Bintang menghela nafas gusar, kulkas yang biasanya terdapat sayur atau beberapa bahan untuk memasak kini habis. Ibunya pun sudah izin dengannya bahwa lima hari ke depan tidak bisa menemani Bintang dirumah, acara arisan PKK yang saat ini mengadakan tour ke Bali. Ibunya pun lebib suka membaur dengan ikut arisan ini ia bisa berekreasi dari uang kas yang dikeluarkan setiap bulannya, lumayan banyak. Tapi Bintang tak suka sendirian dirumah, ayah sudah meninggal karena kecelakaan pesawat yang ditumpanginya saat kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan bisnisnya yang bermasalah.
"Cuman ada uang 500 ribu, apa cukup ya dalam lima hari? Belum lagi SPP gue belum bayar untuk bulan Agustus ini." keluh Bintang, iya kalau Angkasa mengantar jemputnya. Tapi sepertinya Angkasa mulai perhatian dengan Bela, ongkos angkot, uang jajan, berat jika menuju ke SPP. Uang 100 ribu untuk apa? Bintang tak ingin menunggak masalah SPP, walaupun hanya tinggal sedikit uangnya ia harus pandai menghemat. Terlebih dalam hal sarapan. Sudah mulai malam tapi Bintang ingin membeli makanan diluar entah masih buka atau tutup mengenai baru saja adzan maghrib.
๐ธ๐ธ๐ธ
Sudah berjalan sejauh ini Bintang masih belum menemukan warung atau tempat lesehan kecil yang menyediakan makanan dengan harga terjangkau. Lampu jalanan pun pencahayaannya minim, Bintang takut. Ah tapi itu masih bisa dihalau dengan menghubungi Angkasa jika ada apa-apa, mulai tenang Bintang mencari-cari warung yang buka.
Dan langkahnya terhenti ketika dihadang oleh tiga pria berbadan tinggi dan tegap itu dengan tatapan khas beringasnya. "Berhenti! Sebelum memasuki wilayah kekuasaan kami serahkan dulu semua uangmu!" tuntut yang berambut gondrong dengan celana jeans sobek-sobek.
"Gak kalian gak berhak merampas uang orang seenaknya." Bintang malah menantang, sebenarnya ia juga takut. Tapi sebisa mungkin ia keluarkan sikap tempramentalnya.
Yang berambut jabrik itu tertawa mengejek. "Dia menantang kita rupanya, ya sudah ayo main-main sebentar dengan kita. Saling menikmati." godanya seakan mendapatkan mangsa baru.
Bintang menghirup sekali nafasnya, mencoba berani mengumpullan aura kemarahan yang tidak bisa diremehkan. "KALAU KALIAN MACAM-MACAM! BERARTI BELUM PERNAH MERASAKAN BOGEMAN KERAS!!" teriak Bintang dengan wajah memerah dan nafas tersengal, matanya menunjukkan kilat marah dan tajam siap menerkam dan menghabiskan siapa saja yang berani mengganggunya.
Pria berambut mohawk pun juga takut akan kemarahan wanita ini tapi ia menutupinya dengan tawa merendahkan. "Hahaha, cewek-cewek mana bisa berkelahi. Emang sanggup melawan kita?" ucapnya justru memancing amarah Bintang semakin menambah. Tanpa aba-aba Bintang menendang satu persatu perut ketiga pria itu.
"Aww, kuat juga tendangannya. Nantangin rupanya." yang berambut jabrik mulai pukulan keras di pelipis Bintang. Sakit yang dirasakannya, wanita satu ini malah tertawa mengejeknya sekakan baru saja salah memukul. Bintang memelintir tangan pria itu hingga terdengar suara retak. Sedangkan dua pria di belakang yang takut-takut untuk melawan pun berusaha menariknya hingga Bintang didekap oleh si rambut gondrong.
"Hahaha, akhirnya diam juga. Bos, rampas uangnya." titahnya dan yang berambut mohawk itu pun meraba tanpa adanya sopan santun, menjelajahi saku celana Bintang hingga sesekali menggerakkan kemodusan. Dengan kesalnya Bintang memukul keras wajah pria kurang ajar itu, tamvahan lagi menendang dua pria dibelakangnya layaknya samsak saat pelatihan karate yang rutin Bintang ikuti. Ketiganya tersungkur, menatap wajah wanita jagoan ini takut-takut, menyatukan kedua telapak tangannya berharap tak ada lagi pukulan atau tendangan maut dari wanita beringas ini.
"Ampun, ampun. Kami berjanji tidak akan menganggumu lagi." ucap ketiganya bersamaan. Bintang tersenyum menang. "Baiklah, tapi jangan pernah merampas uang lagi. Dan satu hal lagi.." Bintang memikitkan ide yang pas. Tapi ketiga pria itu menatap ngeri.
"Kalau suatu saat saya butuh pertolongan kalian datang yah. Dan kalian bisa menghubungi saya, ingat! Jangan salahgunakan. Kalau iya.." Bintang menatap mencurigakan, tapi bagi ketiganya itu tatapan kematian. "B-baik, kami akan membantumu. Ini kartu identitas saya, bisa menghubungi kapanpun." bosnya memberikan kertas kecil yang tertera nama Mario dan sederet angka nomor telepon.
๐ธ๐ธ๐ธ
Bintang menutup dan mengunci pintu ruang tamunya dengan perasaan cemas. 'Untung saja kemampuan karate gue masih ada. Coba kalau gak? Dijadiin mangsa sama laki-laki buaya jalanan tadi. Ah, sialan! Begini ya kalau jadi cewek? Apalagi yang cantik? Gak seberapa yang bodynya itu. Kalau gue diganggu terus mending wajah ini jadi nurani aja deh. Mana mau kan cowok buaya itu?' batin Bintang kesal, namun terselip rasa senang juga karena ia pulang dengan selamat.
๐ธ๐ธ๐ธ
Kejadian kemarin pun membuat Pandu tertawa geli, namun ia juga merasa bersalah karena sudah membuat perut Virgo yang diaduk-aduk, pedasnya keripik balado tersebut membuat Virgo bolak-balik ke toilet. Bahkan Mala sudah menyodorkan obat penghenti diare, wajah Virgo kemarin benar-benar pucat."Sableng lo, bukannya diucapin semoga cepet sembuh ya go, malah ketawa gak jelas." dumel Virgo saat masih mengunyah nasi gorengnya."Kalau mau bicara itu selesaikan dulu makanannya, jadi ngomongnya kurang jelas kayak lebah mau memangsa sasarannya." ucap Pandu menambah kesan ramai walaupun kelas masih sepi karena ia dan Virgo berangkatnya terlalu pagi, kursi Angkasa pun masih kosong, ah ia jadi memikirkan cowok itu lagi."Tante Mala itu baik banget yah sampai beliin kita oleh-oleh yang harganya mahal itu." Virgo kagum sekaligus bersyukur, rejeki datang itu diterima secara lapang dada.Pandu mencium bau ke-modusan. "Halah, palingan lo juga ngarep gitu kan semenjak tante M
"Iya gue tau, nanti sepulang sekolah ayo kita ke rumah Bintang, jangan lupa ajak Rangga juga.""Hm, Rangga sekarang jarang juga yah kumpul bareng kita." ucap Pandu mengusap dagunya, Rangga memiliki prestasi, ah bisa saja ya lupa ingatan dan pelajaran langsung faham? Rangga di pindahkan ke kelas unggulan, andai cowok itu satu kelas dengannya sudah dipastikan ada dua hotspot untuk transfer contekan, tapi sekarang Angkasa tak pernah memberinya contekan atau mrngajarinya materi pelajaran yang kurang faham."Rangga pastinya mau dong kumpul lagi, andai yah dia satu kelas sama kita. Nilai rapot gue dijamin B semua, kan lumayan supaya gak di omelin sama ibu mulu." keluh Virgo, setengah mengerjakan sendiri dan sisanya menyontek."Makanya belajar dong, kan lo bisa manggil Rangga. Minta ketemuan dimana gitu buat bahas materi yang kurang lo faham." Pandu memberikan pencerahan."Iya-iya. Eh beliin gue gorengan tiga dong. Gue lupa gak bawa uang saku nih," Virgo menyeng
Dua orang preman kini tersenyum senang karena incarannya tak dapat melarikan diri, jalan buntu. Bintang memasang ancang-ancang. "Kalau kalian gak mau pergi, berarti pingin dibelai kan?" Bintang meninju tangannya keras hingga berbunyi dan membuat dua preman itu hanya menertawakannya, meremehkan."Emang bisa ngalahin kita? Perempuan kan gak bisa baku hantam, bisanya cuman nangis dan lemah kan?" ejek pria berjaket navy.'Aduh gak bawa ponsel lagi. Badan juga tak bisa berkompromi, cepet sembuh dong.' batin Bintang cemas, ia mengecek saku celana jeans-nya dan tetap kosong. Ia ingin meminta orang yang sangat berarti baginya selama ini, Angkasa... Semoga kau bisa datang.Sentuhan halus di pipi Bintang membuatnya semakin geram, ia menendang alat vital cowok berjaket navy hingga tersungkur, merasa temannya kalah preman satunya lagi maju mengunci pergerakan Bintang hingga jarak mereka semakin menipis.Bintang memejamkan matanya, kali ini tenaganya tak sekuat saat i
Pandu menatap heran wajah Angkasa yang kini begitu sedih. Ia menepuk bahu cowok itu. "Kenapa? Cerita saja, jangan dipendam sendiri." ucap Pandu menenangkan, tapi Angkasa menatapnya sekilas lalu menunduk lagi. Sangat berat apabila harus menjauhi geng Elang.Virgo yang baru datang pun tak mencampuri Pandu, sudah jelas tak bertegur sapa dan berubah masih saja di kancah¹.Tak digubris, Pandu mulai mengobrol dengan Virgo, jangan dicuekin terlalu lama kalau dia masih cemburu. "Gimana acara sepak bola yang lo tonton kemarin malam?"Virgo mengangguk. "Baik, 42 bro. Lo sih diajak begadang malah sibuk ngerjain tugas, tenang saja Ndu, gue contekin kok." goda Virgo, tak seperti biasanya Pandu mau diajak kumpul dirumahnya, terutama menonton sepak bola. Pandu juga terlalu sibuk dengan toko rotinya, membantu ibunya membuat adonan kue dan mengantarkan pesanannya."Kapan-kapan saja, gak asik kalau nontonnya cuma kita berdua." sindir Pandu dan menoleh pada Angkasa. Vi
Nyong meggebrak meja, kedatangannya yang berlari-lari membuat Rayhan, Bayu dan Angkasa kaget. Sampai bakso yang dikunyah Bayu keluar dari mulutnya dan mengenai pipi Rayhan."Lo kalau kaget biasa aja toh bakso lo mendarat di pipi mulus ganteng gue!" semprot Rayhan kesal. Bayu hanya menyengir dan kembali fokus dengan Nyong."Anak Rajawali nantangin kita!.." jeda sejenak, Nyong mengatur nafasnya. "Balapan! Kali ini taruhan nyawanya Angkasa!" ucap Nyong menggebu.Angkasa bersikap santai, pasti balas dendam Farhan melalui anggota geng barunya. Padahal sekarang Farhan sudah tak terlihat lagi kehadirannya."Di jalan kenanga jam 9 malam. Kalau gak ikut balapan, Rajawali bakalan menyuruh pasukan Batalyon buat menyerang sekolah kita." ucap Nyong lagi. Angkasa berdecih, beraninya main keroyokan."Terima saja, lagipula Farhan kan di Madrid." ucap Angkasa santai. Nyong terbelalak, ia tak pernah tau tentang Farhan. "Lo tau darimana?" tanya Nyong penasaran.
"Kok Angkasa gak masuk yah?" tanya Virgo heran pada Tika sebagai seketaris yang mencatat daftar hadir. Tika menggeleng, bahkan ia tak melihat Angkasa sejak tadi."Iya, biasanya dia duluan sampai disekolah." Pandu ikut menimpali, kursinya pun masih kosong. Selama dua jam hanya suara berisik musik dangdut menggema. Jamkos memang kebebasan bagi semuanya, asalkan tidak keluar kelas jika tak penting."Gue disini," suara Angkasa membuat seisi kelas bungkam, musik dangdutnya pun dimatikan.Virgo dan Pandu terperangah melihat penampilan Angkasa."Wah, sekarang lo berubah yah. Jadi siapa nih yang bakalan ganti siswa teladannya?" sindir Virgo tak suka. Bahkan ia mencium aroma rokok ketika Angkasa duduk didepannya, Fino yang sebangku dengan Angkasa pun tak masalah asalkan tak mengusik aktifitas baca bukunya."Sa, kalau lo berubah gini kita merasa kehilangan Angkasa yang dulu. Apa sih yang membuat lo jadi begini sa?" Pandu tak akan membenci perubahan Angkasa y
Setelah ujian kelas 12 selesai.Tinggal menunggu nilai dan pengumuman lulus. Hari ini Niko tampak sedih karena tak ada kehadiran Farhan, padahal ia sudah mengirkmkan foto kebahagiaan geng Elang dari waktu ke waktu. Tapi cowok itu tak kunjung ada kabar, terakhir kali Farhan berpesan padanya 5 bulan yang lalu. Kalau anda lelah menjadi jahat maka berhentilah sebelum menyesal dan diluputi rasa bersalah. Setelahnya Farhan tak lagi menjawab teleponnya, nomornya pun tak aktif. Niko menatap mading yang kini sudah ada nilai mata pelajaran uji coba ujian, Niko menatapnya miris. Nilai itu tak sesuai harapannya, terlalu ikut campur dengan geng Rajawali membuatnya jarang belajar apalagi menguasai materi yang di ujikan.๐ธ๐ธ๐ธ"Ah kamu tambah ganteng tau kalau pakai jas formal ini," goda Imelda pada Farhan, cowok itu terpaksa datang ke pesta Imelda sahabatnya dulu sebelum ia melanjutkan ke SMP. Lampu kerlap-kerlip dan alunan lagu dansa membuaf pesta ulang tahun Imelda semakin mewah.
"Jangan pulang sendirian didaerah sini." peringat dua pria yang pernah merampas uang Bintang dulu."Kenapa? Ada begal?" tanya Bintang polos. Ah, rupanya dua pria ini sudah berubah. Tampilannya pun tak seperti preman lagi."Bukan sih, tapi bisa saja kan ada penjahat ditempat sepi dan gelap ini. Apa mau diantar?" tawarnya ramah.Bintang menggeleng, ia sungkan jika pulang dengan pria ala om-om ini ke rumah, kalau ibunya tau bisa remuk tulangnya. "Tidak terima kasih, saya pulang sendiri saja." Bintang pergi, tapi dua pria itu mengikuti langkah Bintang memastikan wanita yang punya tenaga kuat berkelahi selamat.๐ธ๐ธ๐ธ"Eh, kok kemarin malam gue liat Bintang diantar sama dua om-om ya?" Pandu membuka topik ketika Angkasa dan Virgo baru saja duduk dikursi pojok kantin.Virgo tercengang, Angkasa terkejut."Wah-wah? Habis ngapain malem-malem?" Virgo ngelantur, Angkasa masih tak percaya. Kemarin malam ia masih bekerja di kafe, bahkan Sergio meng
Manda meringis sakit ketika kuah bakso yang panas tumpah mengenai seragamnya. "Aw, lo bisa gak sih jalan yang bener?!" teriak Manda marah dan mendongak melihat Adisti sengaja melakukan ini, ia memiliki rasa iri dengan Manda, ia tak diterima di anggota cheerlader padahal kemampuannya bagus sedangkan Manda hanya biasa saja. Manda masuk tanpa seleksi, dirinya sudah bersusah payah latihan."Ups! Gak sengaja sayang. Lagian ini bakso panas banget sih, jadi gue gak bisa bawanya." Adisti berkilah, padahal ia ingin Manda ditonton seisi kantin tapi kini tak ada yang berani menatapnya.Igo yang melihat itu langsung menghampiri Manda, seragam cewek itu basah dan menerawang bentuk tubuhnya. Igo melepas seragamnya hingga mengisakan kaos putih polos. Manda terkejut merasakan perlakuan spesial dari cowok yang tak dikenalnya. "Makasih." ucapnya datar. Selera makan Manda untuk melahap mi ayam sirna, satu hari saja Adisti tak bisa mengusik ketenangannya. Erna pun sama, ia beranjak pergi