Share

Part 05

Alice yang terpaku dari tadi tidak tinggal diam, dia mengikuti sahabatnya. Setelah sampai rumah Ann, Alice masuk ke dalam kerumunan, dia pun bertanya pada salah satu warga yang ada di sana, “Kenapa dan ada apa Pak?”

“Nenek Loriez terjatuh, sepertinya dia memang sudah waktunya ajal, usianya ‘kan sudah tua sekali,” ungkap salah satu Bapak yang sibuk mempersiapakan pemulasaraan.

Alice berdiri di belakang Ann, tangannya meraih lengan gadis yang sedang terisak ini. “Ann, kamu harus kuat, malam ini tidurlah di rumahku,” ucapnya pelan.

Ann beranjak dan menoleh pada Alice, “Tuhan tidak sedang bersamaku, itu selalu!” ucapnya pesimis.

“Tuhan sedang ada rencana besar untukmu, sabarlah!” jawab Alice menguatkan hati sahabatnya, hanya itu cara satu-satunya agar Ann tidak terpuruk. Kendatipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tidak memakan waktu lama, karena tidak ada yang harus ditunggu dari pihak keluarga. Pemulasaraan pun telah usai dengan khidmat. Pelayat yang ikut sudah berhamburan meninggalkan pemakaman.

"Kasian, anak masih kecil tinggal sebatangkara!" ucap salah satu tetangga Ann. Namun, mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya mengharap ada yang mau berbuat baik.

Sedangkan Ann masih terpaku di dekat batu nisan, tangannya meraba halus pada salib yang terbuat dari kayu. Mulutnya bungkam, namun air matanya mengalir deras.

Ann berada di pemakaman bersama Alice yang terpaku di sudut, “Alice pulanglah! Biarkan aku sendiri!” titah Ann sambil menoleh padanya.

Alice mendekat, dia hanya menepuk bahu sahabatnya, lalu pergi.

***

Seminggu setelah kematian Loriez, Ann masih bertahan di rumah kecilnya. Dia beraktivitas seperti  semasa Neneknya masih hidup yaitu memberikan pakan ternak dan menanam sayuran di kebun milik saudagar kaya yang tinggal di desa sebelah agar mendapat upah dan berbagi hasil.

Tangannya menaruh keranjang dan celurit di dalamnya, baru saja hendak membuka pintu, tiba-tiba Natalie sudah berdiri di halaman rumah, matanya menatap ke arah adiknya. Sekilas Ann menoleh ke belakang begitu dilihat, “Kaka!” teriak Ann sambil menghampirinya.

Namun sikap Natalie sangat dingin, membuat Ann agak sungkan untuk memeluknya.

“Kakak tidak lama, ini uang buat kebutuhan kamu sehari-hari!” ucapnya sambil mengeluarkan dua lembar uang ratusan $NZ.

Ragu,namun karena Ann membutuhkannya tangannya pun mengambilnya. Baru saja hendak membuka mulut, Natalie pergi begitu saja, Ann bergeming melihat reaksi Kakaknya ini.

Sejenak menatap kepergian Kakaknya ini, lalu bergegas masuk ke dalam rumah.

Baru saja hendak beristirahat suara ketukan pintu membuatnya kembali membuka mata lalu menghampiri pintu. Setelah dibuka, sosok lelaki tinggi kekar, bersepatu boot warna navy dan bertopi cowboy menatap mata Ann sambil tangannya memutar-mutar kumisnya yang panjang. “Kamu Ann?” tanyanya sangat kasar.

Ann menjawab gelagapan, “I-iya Pak, Bapak siapa?”

“Aku diperintahkan agar membawamu ke kota untuk mengikuti olimpiade matematika, kalau kamu menang maka kamu akan mendapat beasiswa sekolah di SLTP YOUTH di kota.” Ujarnya tegas.

Ann bingung, di dalam kepalanya beribu pertanyaan, “Bapak disuruh siapa?”

Bapak berkumis panjang ini menggertak, “Kamu anak kecil, ikut saja aku! Kamu di sini pun tidak ada siapa-siapa!” 

Tangan kekarnya meraih lengan Ann, tetapi gadis kecil ini mencoba menepisnya, dia pun menggigit jemari pria kekar ini. “Aw, anak tidak tahu diuntung!” lelaki ini melepaskan genggaman tangannya. Nampak dia kesakitan karena digigit begitu sangat keras hingga bekas gigi begitu sangat nyata terlihat di punggung tangannya.

Ann memundurkan langkahnya, dia hendak masuk kembali ke dalam rumahnya. Tetapi pria kekar ini segera meraih tubuh mungil Ann, dia membopongnya hanya dengan satu tangan. Ann meronta dan berteriak minta tolong, tapi tidak ada yang mendengarnya.

Lelaki ini terus berjalan, sedangkan Ann dengan teriakannya. Begitu sampai persimpangan jalan, dia membuka pintu mobil jeep warna hitam yang terparkir, kemudian dia mendudukan Ann dan memakaikan seatbelt dengan sangat ketat. Cepat dan kasar sekali lelaki ini membanting pintu dan menguncinya. Sedangkan Ann meronta-ronta sambil berusaha membuka seatbelt.

Tanpa menunggu waktu lelaki ini segera melajukan mobilnya dengan sangat cepat, sepertinya Ann pasrah. Sekarang dia pun bergeming, tapi matanya menoleh pada lelaki tersebut, “Bapak ini siapa? Kita berdamai saja yuk? Jangan culik Ann, Ann ini bukanlah anak pejabat dan tidak akan ada yang menebus jika pun Bapak ingin uang," ucapnya sangat memelas.

Mendengar ocehan Ann, Bapak ini tertawa terbahak-bahak, “Ha-ha-ha, siapa yang mau menculik kamu? ‘Kan sudah bilang kalau aku disuruh!”

Ann bergeming dan bungkam sejenak.

Kemudian dia membuka suaranya dengan sangat pelan, “Setidaknya aku membawa buku catatan, uang yang diberikan Kakak dan baju. Tidak seperti ini!” mata Ann memperhatikan seluruh anggota badan dan kakinya yang hanya memakai sandal jepit.

“Kamu tak usah khawatir, di sana akan memfasilitasi kebutuhanmu!” ujar lelaki kekar ini sambil menghisap cerutu dan membuka pintu mobil.

Perjalanan yang sangat panjang dan lama, membuat Ann tertidur pulas karena memang dari tadi dia sudah sangat kelelahan.

Lelaki ini menoleh pada gadis kecil yang ada di sampingnya, dia tersenyum lebar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya pun melihat wajah lugu Ann, seketika wajahnya menjadi sangat sedih.

Tiba-tiba di depan sudah ada dua orang petugas yang di antaranya lelaki dan perempuan menghampiri sambil berkata,  “Ronald, bagaimana sudah dapat anak yang dimaksud?”

Lelaki yang membawa Ann ini bernama Ronald adalah seorang petugas dari kementrian perlindungan anak dan juga pekerja social yang meninjau anak-anak berbakat dan cerdas.

“Ini dia terlelap di sebelahku,” jawabnya sambil menunjuk pada Ann.

Seorang petugas wanita membuka pintu mobil, “Hey, gadis cantik! Bangun!” ucapnya.

Ann sedikit kaget, dia membetulkan duduknya sambil memuyu-muyu kedua matanya. “A-aku di mana?” ucapnya pelan terbata-bata.

“Kamu ada di asrama putri, besok kamu akan mengikuti olimpiade,” tutur petugas wanita.

Ann menoleh pada Ronald, lalu memandang wajah petugas yang tersenyum ramah, “Kakak namanya siapa?” tanya Ann pelan.

Petugas perempuan ini tersenyum mendengar pertanyaan Ann ini, “Nama Kakak, Reina. Kamu Ann ‘kan?” jawabnya sambil membukakan seatbelt.

Ann beranjak turun dari mobil dengan lincah, “Kakak Reina kok tahu namaku?” ujar Ann bingung.

Tangan Reina meraih jemari Ann yang mungil, “Photomu ada pada surat kabar, kamu ‘kan anak lulusan sekolah dasar The West yang mendapat nilai tertinggi.”

Mendengar penjelasan Reina, Ann tersenyum. Mata Ann sejenak menoleh pada Ronald, sedangkan Ronald membalas tatapannya dengan ciri khasnya, yaitu datar dan bengis.

“Bapak yang menjemput Ann itu bernama Ronald. Tidak usah takut, Bapak ini tidak akan mencelakai anak-anak.” Jelas Reina.

Ann pun menyungging senyum di bibirnya dan senyumannya ini untuk Ronald.

Melihat senyuman Ann, Ronald memalingkan mukanya. Dengan cepat dia masuk ke dalam jeep dan melajukannya sangat cepat lalu meninggalkan asrama putri ini.

Melihat reaksi dari Ronald, Ann mengerutkan keningnya. Kemudian, dia menoleh kepada Reina. Sedangkan Reina hanya menghela napas pendek, dia mengetahui alasan Ronald bersikap seperti itu.

“Jangan diambil hati, Bapak Ronald ini baru saja kehilangan anaknya, dia akan merasa sangat sedih jika melihat anak perempuan seusiamu.” Jelas Reina sambil berjalan pelan memasuki bangunan besar berlantai delapan ini.

Penjelasan Reina seperti itu, membuat Ann penasaran, “Kehilangan karena apa? Anaknya pergi?”

Dengan singkat Reina menjawab, “Dipanggil Tuhan. Jatuh dari apartemennya lantai 16!”

Mendengar itu Ann terkejut dan ekspresi wajahnya seperti yang habis dicubit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status