Share

Part 06

Di dalam asrama mata Ann memperhatikan ke sekeliling ruangan sambil terpaku di atas tempat tidur bertingkat. Tatapannya pada suster dan anak-anak sebayanya yang sedang sibuk dengan buku-buku mereka di atas meja belajar.

Reina datang menghampiri dengan membawa beberapa baju dan kotak segi empat. “Jangan merenung seperti itu, nanti suster Maria akan menggodamu,” ujarnya sambil menoleh pada suster yang berbadan gemuk yang sedang merapikan tempat tidur.

Tangan Reina pun meraih kotak, setelah di buka isinya adalah bermacam-macam buku yang tidak pernah Ann miliki. “Ensiklopedia Algoritma? Ensiklopedia Cultural? Science? Sejarah? Ilmu Peradaban?” ucap Ann sumringah sambil mengeluarkan semua buku-buku tersebut, hingga membuat tempat tidurnya penuh.

Reina tersenyum melihat antusiasme Ann pada buku-buku, dia menyadari anak yang baru datang ini tidak seperti anak pada umumnya. Dia berasal dari keluarga yang sangat tidak mampu. Kemudian, dia pun meninggalkannya.

Suster Maria yang sudah memperhatikan, menyimpulkan kalau Ann ini anak desa yang baru saja dapat dukungan dari yayasan dan dinas. Dia pun merasa tidak harus memperlakukannya seperti anak-anak lain.

“Heh, kamu ‘kan orang kampung miskin, artinya semua baju dan hal pribadimu urus sendiri. Aku hanya mengurus mereka-mereka dari kalangan konglomerat.” Ungkapnya sangat ketus sambil menyipitkan kedua matanya yang orange.

Agak mendongakan badannya ke belakang Ann menjawab sangat pelan, “Baik, Suster Maria jangan khawatir.”

Tangan Maria menepuk tiang tempat tidur. “Semuanya kalian, jangan buang sampah sembarangan, pakaian yang kotor segera masukan ke dalam ember masing-masing! Jangan lupa setelah penuh masukan ke ruang laundry! Mengerti!” ucapnya sangat tegas.

"Mengerti Suster Maria!" ucap anak-anak serentak.

Matanya mendelik ke arah Ann sambil berkata, “Kamu anak baru, ikut aku!”

Ann pun segera mengikutinya.

Setelah kepergian Ann, kedua anak yang mengenal Ann dari rekan-rekannya yang ada di sekolah dasar The West berdesis, “Dia itu Ann, anak andalan The West! Anak orang miskin!”

“Pasti kita kalah melawan dia!” ujar salah satu dari mereka.

Kedua anak ini bernama Angela dan Belle, Angela yang ingin sekali mendapat penghargaan dan pujian dari kedua orang tuanya, dia pun mulai merangkai strategi. “Bell, bagaimana kita bayar saja Suster Maria, agar dia memberikan tugas-tugas dapur atau bersih-bersih. Agar Ann tidak belajar dan kecapean setelahnya!”

Belle menajamkan sorot matanya hingga memadukan ciri khas wajahnya yang judes. “Ide bagus! Salah satu dari kita harus menang dan menjadi kebanggaan!”

Angela merasa disupport oleh temannya ini, sambil menyilangkan kakinya dia pun bergumam, ‘Kamu pintar Ann, tapi aku akan melumpuhkanmu!’

Sedangkan Ann di dapur bersama Maria sedang mencuci piring dan perkakas lainnya. “Setelah beres semua kamu makan makanan yang di meja itu!” titah Maria sambil menunjuk ke arah piring yang isinya gandum dan sepotong daging ayam dan sayuran. Maria pun meninggalkan Ann sendirian.

Ann hanya mengangguk, tetapi karena perutnya sangat kelaparan dia pun segera meninggalkan tumpukan piring, lalu dengan cepat mengambil makanan tersebut dan memakannya.

Tiba-tiba saja Reina datang, “Ann, kok makannya di dapur?” tanyanya sambil menegaskan kedua matanya. Di belakang Maria sudah memasang wajah sangar agar Ann tidak membuka mulut.

“Aku lapar Kak Reina,” singkat Ann datar sambil menunduk. Reina pun segera menuntun Ann ke ruang makan yang mewah dan luas. “Makan itu di sini! Bukan di dapur!” ucapnya sambil berlalu.

Sementara Ann hanya menelan daging yang dikunyahnya sangat terpaksa, dia sudah merasa bahwa Maria tidak menyukainya. ‘Aku akan membuatmu menyukaiku Suster Maria.’ Ungkapnya dalam hati.

Setelah makan Ann pun kembali ke dapur, dia menampaki Maria sedang berada duduk dan menikmati secangkir teh.  “Suster, tadi Ann makan terlebih dahulu karena sudah sangat lapar!” ucapnya pelan lalu kembali ke ruang cuci perkakas dan melanjutkan mencucinya.

Melihat itu, Suster berbadan gendut ini terdiam dan memperhatikan bagaimana Ann menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik.

Kemudian, Ann pun kembali ke kamar. Begitu sampai kamar dia sudah tidak menemukan buku -buku yang sebelumnya berada di atas kasur. Netra Ann memutar ke seluruh ruangan dan tidak menemukan tanda-tanda keberadaannya.

Melihat kebingunan Ann, Angela datang. “Kenapa Ann?” tanyanya pura-pura tidak tahu.

“Kamu melihat buku-buku yang di sana?” ucapnya sambil telunjuknya mengarah ke tempat tidur.

Belle datang sambil melipat tangannya, “Tadi ada petugas datang ke sini, dia pikir buku tersebut tidak ada pemiliknya, karena melihat tempat tidur ini seperti tidak berpenghuni!” ucapnya sangat tegas.

Ann menghela napas panjang, “Huh!”  helaan itu dibarengi langkahnya ke arah tempat tidur. Dia pun segera mengambil pakaian bermaksud untuk pergi ke kamar mandi. Baru saja membalikan badannya, Angela berdesis, “Kamu bisa belajar bersamaku kalau mau? Tapi ada syaratnya!”

Ann tersenyum ramah sambil berkata, “Kalau aku belajar bersamamu, kamu akan terganggu! Biar nanti aku bicara sama Kak Reina perihal buku itu.”

Angela memundurkan badannya lalu meninggalkan Ann, begitu pula dengan Belle. Sedangkan Ann hanya menatap kepergian mereka dan segera pergi ke kamar mandi.

Di lorong menuju kamar mandi, Maria sudah berdiri tegak dengan raut wajah yang tidak bersahabat. Tangan kekarnya menggenggam lengan Ann dengan kasar, “Kamu ini tidak bisa menjaga kebersihan?” ucapnya dengan nada tinggi!

Ann bingung, karena dirinya ini baru sekarang masuk ke dalam kamar mandi. Mulut mungil Ann baru saja hendak berkata, Maria membentak, “Cepat! Bersihkan itu!” tangannya mendorong badan Ann yang mungil hingga terbentur pada pintu kamar mandi. Maria dengan cepat meninggalkan Ann seorang diri!

Tangan Ann mengusap pelan bahunya karena merasa kesakitan. Namun tidak mempedulikannya, dia segera membersihkan kotoran dan entah siapa yang melakukannya.

Kamar mandi sudah bersih dan wangi. Kemudian Ann pun mandi sambil sesekali menimbul dan tenggelamkan badannya di dalam bathtub.

“Segar!” ucapnya sambil melirik tubuhnya ke arah cermin, sejenak dia menatap wajahnya sambil tersenyum manis. “Kenapa aku berbeda di antara kedua saudaraku? Renata, Kakak merindukanmu!” tetapi ucapannya terhenti ketika dia mengingat Kakaknya Natalie. “Kakak tidak pernah mau mendukung Ann, tapi Ann sangat menyayangimu, semoga Kakak sehat selalu.”

Setelah dari kamar mandi Ann dengan cepat berjalan ke arah ruang para suster, tangan Ann mengetuk pelan pintu yang terbuka. Dari dalam seorang suster bernama Nancy menghampiri, “Ada apa gadis cantik?” tanyanya sambil mengulas senyum tipis.

“Aku ingin bertemu dengan Kak Reina,” ucap Ann pelan.

“Hmm, Kak Reina ambil cuti sayang, dia akan kembali setelah dua bulan. Karena dia sedang mempersiapkan pernikahannya,” lirih Nancy.

Mendengar penjelasan dari Suster yang ada di depannya, Ann menunduk lesu dan tidak bersemangat, dia pun pergi meninggalkan Nancy yang berdiri di tengah pintu.

‘Tanpa buku aku bagaimana? Sedangkan besok aku harus ikut test! Materinya seperti apa?’ ucap hati Ann. Kemudian dia pun berkata, “Semoga Tuhan kali ini berpihak kepadaku.” Langkahnya pun dipercepat menuju ke kamarnya.

Begitu Ann masuk, dia mendapati tempat tidurnya tidak beralas. “Ini kenapa lagi?” ucapnya sambil meraih selimut yang terpapar di lantai.

‘Selamat tidur di lantai gadis miskin!’ ucap hati Angela yang bibirnya menyimpul senyum sinis pada Belle yang bereaksi sama, kemudian tangan mereka beradu pelan seperti sedang merayakan kemenangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status