Share

Menyerah

Author: Indira Hasya
last update Last Updated: 2025-04-11 06:18:11

Aku memutuskan untuk menyerah setelah Mas Fajar berkali-kali minta agar aku mengajukan gugatan cerai. 

Mereka memang meminta aku yang menggugat cerai karena usaha yang kami kelola adalah murni dari uangku. Saat ini Mas Fajar yang membantuku mengelola rumah makan kami. 

Saat awal menikah, Mas Fajar bekerja di kantor perkebunan di kota ini. Aku yang sejak awal tidak diterima oleh Mas Fajar merasa perlu punya usaha sendiri karena aku pikir, jika aku menguatkan ekonomi keluarga, mereka akan melihatku, tidak hanya menganggapku sebagai benalu saja. 

Kebetulan aku pernah kursus memasak dan orang-orang bilang rasa masakanku enak. Berbekal dari uang sisa penjualan rumah di kota, aku membuka rumah makan, bukan rumah makan kecil, tapi aku membuat rumah makan besar setara kafe. Karena aku tinggal di kota pinggiran, tentu aku mengusung konsep rumah makan. 

Untuk urusan ini aku merasa Tuhan begitu baik padaku, di tahun ke dua, usahaku semakin ramai, aku bisa memperkerjakan hingga seratus karyawan karena aku juga melayani pembelian secara delivery. 

Saat usahaku sedang ramai-ramainya, Mas Fajar kena PHK karena perusahaan mengalami kerugian. Aku menawari Mas Fajar untuk membantuku karena aku harus merawat Bani yang sudah mulai aktif. 

Keluarga Mas Fajar sangat peduli dengan nama baik karena bapak mertua yang sebagai kepala desa tentu harus menjaga nama baik keluarga, tak heran jika mereka berusaha tampak baik di depan orang-orang, bahkan soal hubungan Mas Fajar dengan Keyra pun, Orang-orang malah membela Mas Fajar menganggap aku dan ibu memaksakan pernikahan ini dengan meminta keluarga Mas Fajar membayar budi dengan menikahiku. 

Dulu saat keluarga Mas Fajar merantau, Bapak yang membantu mereka hingga sukses. Orang-orang di kampung tahu karena ibu mertua menceritakan kisah sukses itu dan kami --saat bapak masih hidup selalu datang beberapa bulan sekali untuk menjaga tali silaturahmi. Mungkin kami tidak datang setelah bapak sakit-sakitan dan kami tidak tahu lagi bagaimana kabar mereka. 

"Kamu yang menjalani, kamu juga yang bisa memutuskan, Nin," kata Syifa—temanku setiap kali aku minta masukan. 

Awalnya memang berat, tapi lama-lama aku terbiasa dengan sikap Mas Fajar. Aku tidak menghilangkan kebaikannya, sepuluh tahun bersama tentu ada masa indah yang kami jalani. 

"Aku tidak setuju dengan istilah, seumur hidup itu lama, kemudian kamu merasa hidupmu tidak pernah bahagia. Memang seumur hidup itu lama, tapi bukankah pernikahan itu adalah belajar, belajar memahami sifat dan karakter pasangan kita."

 Syifa sebagai sahabat tidak pernah sekali pun menganjurkanku menggugat cerai, menurutnya semua pernikahan tidak akan selalu lurus, semua melewati ujian masing-masing dan inilah ujianku, Mas Fajar masih terjebak dengan masa lalunya. 

"Aku minta kamu bantu aku buatkan surat gugatan cerai, aku ingin tinggal beres saja," kataku pada Andika teman Syifa, dia seorang pengacara. 

"Sudah kamu siapkan untuk harta gono-gini?"

Aku menggeleng, aku tidak memikirkan itu, aku hanya ingin harta kami untuk Bani satu-satunya putra kami. Kalau untuk Mas Fajar, aku akan berikan rumah yang kami tempati meski saat bangun rumah pakai uangku, tapi rumah itu dibangun di tanah milik Mas Fajar. Kalau untuk usaha yang aku jalani sekarang, itu murni milikku, Mas Fajar bekerja juga aku gaji dan selama menikah, aku membiayai sendiri rumah tangga kami. 

"Aku minta surat gugatan dikirim ke pengadilan di tanggal 17 bulan depan," kataku. Itu adalah tanggal anniversary pernikahan kami. 

"Nin, kamu yakin menggugat Fajar? Bagaimana dengan Bani, dia sangat dekat dengan Fajar."

Aku baru ingat putraku, kenapa aku tidak memikirkan Bani. Bagaimana kalau anakku tidak ingin kami berpisah. Semua anak pasti tidak ingin orang tuanya berpisah, tapi Mas Fajar tidak mau melanjutkan pernikahan ini.

"Anak adalah korban perceraian, pikirkan dulu sebelum kamu melanjutkan rencana ini, Anin."

Aku mendesah pelan, aku tidak mau jiwa anakku terganggu dengan perceraian ini. Bani dekat dengan ayahnya karena Mas Fajar banyak menghabiskan waktu bersama Bani.

"Aku akan bicara pelan-pelan, Bani pasti mengerti kenapa orang tuanya berpisah."

"Kamu yakin, Nin?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Anniversary Terakhir    Akhir

    Mendengar kabar kalau Anin hamil dan keguguran membuat Fajar tidak bisa memaafkan kesalahannya, dia tidak menyangkan akan sejauh ini padahal tidak ada niat sedikit pun melakukannya. Entah setan apa yang merasukinya saat itu yang jelas Fajar benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya sedang terjepit, keadaannya tidak ada yang menguntungkan.Keyra pernah menggugurkan kandungannya dan lebih parahnya lagi Keyra hamil dengan lelaki lain, lelaki yang menjadi selingkuhan Keyra selama ini, kenapa dia tidak menyadari kalau selama ini dia hanya dijadikan sebagai sumber uang. Dia pikir setelah kejadian itu Anin hamil dan meminta pertanggung jawabannya karena lelaki mana yang mau menikahi Anin jika dia hamil. Sempat dia menyesal setelah kejadian itu, rasa takut dan bersalah tentu saja menghantuianya, dia tidak sejahat itu, dia hanya khilaf saja dan kini … dia harus menjalani hukuman atas perbuatannya.Setelah Anin melaporkannya ke polisi, dia sempat mengelak dan menjelaskan pada ibu dan K

  • Anniversary Terakhir    Hukuman untuk Fajar

    Dilecehkan, hamil, operasi pengangkatan saluran tuba. Entah ujian apa lagi yang aku jalani sekarang.Aku tidak marah, tidak menyesali apa yang terjadi dalam hidupku karena inilah kehidupan, saat manusia diuji maka kita akan merasakan bahwa kita masih hidup di buminya Allah karena sejatinya hidup adalah ujian.Awalnya setelah mengalami pelecehan itu, jelas aku marah, ingin sekali membunuh lelaki itu, tapi aku tidak mau mengotori tangan dan hatiku karena aku ingin dia mendapatkan balasan secara hukum, tapi setelah hukum bicara, aku menjadi korban lagi karena mereka bukannya menyadari kesalahan malah membuatku semakin jadi korban.Pintu kamar terbuka, aku masih bersandar tenang menyapa mereka dengan senyum agar mereka tidak lebih sedih dari aku. Usiaku tidak muda untuk hanya menangis meratapi nasib, aku harus kuat bisa berdiri di kaki sendiri, tidak perlu merepotkan orang lain karena sekarang aku hidup sendiri.“Anin, kamu sudah baikan?” Bu Romlah langsung mendekat mengusap punggung tang

  • Anniversary Terakhir    Sedikit Pelajaran

    “Aku akan bunuh dia!” “Dwi, berhenti!” Andika menarik tangan remaja itu, dia mencengekram erat. “Jangan bodoh! Jangan melakukan hal yang akan kamu sesali seumur hidup!”“Aku nggak akan menyesali apa pun untuk membalaskan perlakukan lelaki itu Mbak Anin, di penjara seumur hidup juga aku tidak takut.”Plak!!Andika mendaratkan pukulan keras di pipi Dwi. Namun, remaja yang sedang di pucak emosinya itu menarik kerah Andika lalu membalas pukulan Andika. Tangannya mengepal kuat, dia memukulkan dengan seluruh kekuatannya hingga membuat Andika limbung. Seolah ingin meluapkan energinya yang berlebih, Dwi menarik lagi lengan Andika memberi pukulan tidak sekali pada Andika. “Astagfirullah, berhenti!” Bu Romlah menarik Dwi, tapi Dwi yang belum bisa mengendalikan emosinya malah mengibaskan tangan ibunya hingga ibunya tersungkur.“Dwi! Sadar.” Andika mendorong Dwi dan akhirnya Dwi tersadar saat melihat ibunya jatuh kepalanya terbentur dinding. Beruntung tidak ada luka meski sempat kepalanya m

  • Anniversary Terakhir    Kamu Kuat, Nin

    Andika membopong Anin keluar. Dwi yang sedang bersama teman-temannya ikut panik melihat keadaan Anin. Ada darah menetes di tubuh bagian bawah."Kenapa mas?" tanya Dwi. "Aku nggak tahu, tolong siapkan mobil." Dia ke luar menuju mobilnya. Dwi mengikuti setelah menyambar kunci mobil."Dwi ikut aku yang lain tetap di rumah jangan sampai ada orang yang masuk ke rumah ini." Andika memberi instruksi pada para pemuda teman Dwi lalu dia meletakkan Anin di kursi penumpang , Andika lantas memutari bodi belakang membuka pintu sebelah kanan, dia masuk meletakkan kepala Anin di pangkuannya. Dwi mulai mengendarai mobil tanpa banyak tanya, dua pria beda usia itu punya perasaan yang sama, khawatir pada wanita malang itu.Setelah sampai, Andika membopong kembali Anin. seorang perawat datang menunjukkan Andika untuk membawa Anin ke ruang UGD. Dokter bersama seorang perawat masuk ke ruang UGD. Andika dan Dwi berada di depan ruang UGD. Dua pria itu berjalan mondar-mandir di depan pintu. Wajah panik k

  • Anniversary Terakhir    Terpuruk

    “Dik, aku minta bantuanmu, Anin kena musibah.”“Ada apa dengan Anin?”Andika langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar nama Anin. Sudah lama dia tidak mendengat kabar tentang Anin. Setelah kondisinya membaik, Andika fokus dengan pekerjaannya yang sudah menumpuk. Bukan karena dia melupakan perasaannya pada Anin, tapi dia masih berusaha meyakinkan orang tuanya kalau pilihannya tidak salah. Syifa menceritakan apa yang dialami Anin, Andika terkejut kenapa bisa Anin memberi akses pada Fajar hingga mereka bisa bersama. Namun, dalam sebuah tanda tanya besar itu, Andika tidak mau menghakimi Anin, pasti ada alasan kenapa Anin memberi ruang pada Fajar. “Apa Anin masih cinta sama Fajar?”Sedikit, Andika punya rasa percaya kalau Anin masih mencintai Fajar. Bukankah 10 tahun adalah waktu yang panjang untuk seseorang mencintai begitu dalam. Dia yang tidak dalam ikatan pernikahan hanya bertunangan selama setahun saja susah untuk move-on. “Apa kamu pikir mereka mau sama mau? Kalau Anin m

  • Anniversary Terakhir    Benci Menyebut Namanya

    “Kita sudah lama tidak melakukannya, pasti kamu merindukannya, Anin.”“Lepas! Kalau sampai kamu macam-macam, aku akan bunuh kamu!” Aku berusaha melepaskan diri dari cekalannya. Namun, lelaki itu justru leluasa menindihku, tangan besarnya mencengkeran kedua lenganku dan saat aku akan berteriak, dia membungkam mulutnu dengan mulutnya yang … Astagfirullan, sejak kapan dia mengonsumsi alkohol. “Eumm!” Aku tidak bisa berteriak, kini tangan lelaki itu membungkamku. Aku meronta, tapi tidak ada artinya dibanding tubuh yang sedang menindihku.Lelaki itu menyeringai mendekatkan wajahnya hingga napasnya tak beraturan menerpa wajah. “Kita sudah biasa melakukannya, Anin. Sekali saja, aku ingin punya anak darimu.”Gila! Dia memang sudah gila.“Keyra tidak bisa punya anak, dia selingkuh dan pernah hamil. Dua kali, Anin. Aku dibohongi dan kini aku ingin membalasnya. Beri aku anak satu lagi, Anin, setelah itu kita akan menjadi keluarga utuh dan aku akan menceraikan wanita tak berguna itu.”Aku mengge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status