Share

Ide Gila Anin

Author: Indira Hasya
last update Last Updated: 2025-04-11 06:18:47

“Aku nggak setuju, nanti setelah kalian bulan madu, kamu nggak jadi ceraikan Anin.” Kayra bersendekap menatap sinis pada Fajar.

“Apa kamu meragukan pengorbananku, Kay?” Fajar mendengus, dia ingin segera menyelesaikan ini, tinggal selangkah lagi, tapi kenapa Kayra mempersulitnya.

Ini sudah entah kesekian kalinya Fajar meyakinkan agar Kayra memberi izin, toh, itu hanya sehari, setelah itu mereka bisa menikah dan Fajar tidak kehilangan hartanya karena Anin yang mengajukan gugatan cerai seperti perjanjian sebelum menikah. Dan … karena perjanjina itulah akhirnya membuat Fajar terus saja menyakiti Anin agar Anin tidak bahagia dan cepat mengajukan gugatan cerai.

“Sehari kamu bersamanya, hanya berdua. Mustahil kamu nggak tertarik sama Anin.”

Fajar meraup wajahnya kasar, terlalu lelah menghadapi sikap egois Kayra.

“Aku sudah buktikan 10 tahun bisa, ini hanya sehari. Ayolah, Kay, jangan seperti anak kecil atau aku yang menceraikan Anin tapi kamu harus terima kalau aku tidak punya apa-apa. Kita mulai dari nol.” Fajar sedikit memberikan tekanan pada ucapannya, kalau sampai dia tidak memenuhi permintaan Anin kali ini, dia takut Anin berubah pikiran dan dia tidak jadi bercerai.

Sebenarnya dia bisa menikahi Kayra secara siri, tapi keluarganya melarang karena takut mendapat penilaian buruk dari masyarakat. Sebagai kepala desa yang selalu mengingatkan warganya untuk tidak melakukan nikah siri demi melindungi kaum wanita, tidak mungkin mereka membiarkan Fajar melakukan pernikahan siri.

“Mas, aku tidak setuju ide gila Anin!” setengah berteriak Kayra terus saja menolak ide itu.

Sebenarnya sejak dulu Anin tidak pernah menuntut apa-apa, bahkan perekonomian rumah tangga mereka Anin yang mencukupi. Gaji Fajar sebagai manager di rumah makan milik Anin dia berikan untuk Kayra, tak jarang Fajar mengambil uang lebih untuk keperluan Kayra dan Anin tidak pernah mempermasalahkannya, menanyakan juga tidak pernah.

Di luar ada mobil travel berhenti. Kayra mengintip dari jendela sedang Fajar membuka pintu setelah melihat kalau Anin yang turun dari mobil itu.

Anin tersenyum padanya seolah tidak merasa sakit hati melihat dirinya di rumah Kayra, selalu seperti itu, Anin selalu memakluminya hingga dia tidak pernah menjelaskan kenapa dia betah di rumah Kayra. Ingin menambah penderitaan Anin dengan mengatakan kalau dia lebih cinta Keyra pun Anin tidak memberikan kesempatan, seolah Anin baik-baik saja meski dia menyakiti hati Anin.

“Mas, kita berangkat sekarang. Barang-barangmu sudah aku siapkan,” ujar Anin. Wanita berhijab itu menyalaminya dan mencium punggung tangannya.

Fajar membeku di sana, sikap Anin yang biasanya memang baik, kini tampak lebih baik lagi.

Kayra mendorong Anin agar menajuh. “Aku nggak izinin kalian pergi,” ujarnya dengan menatap tajam Anin.

“Mas, urus dulu wanita itu, aku beri waktu 10 menit atau aku akan berubah pikiran.” Anin berbalik meninggalkan pasangan kekasih tidak tahu malu itu.

“Mas, aku nggak yakin kalau kamu cerai sama dia. Apalagi … kalian menghabiskan waktu hanya berdua.” Kayra menggeleng, air matanya tumpah.

Fajar yang selalu tidak bisa melihat kayra menangis langsung memeluk wanita itu, dia berusaha meyakinkan kalau tinggal selangkah lagi mereka bisa bersatu.

“Nggak, aku nggak akan biarkan kalian pergi berdua. Aku akan ikut.”

Kayra masuk kamar mengambil pakaiannya dengan cepat lantas dia keluar lagi sudah menarik koper.

Fajar tidak bisa mencegas, selain mengambil keputusan cepat untuk mengajak Kayra, dia bisa menyewa vila di sebelah vila yang dipesan Anin dari pada rencananya berpisah dengan Anin gagal.

“Kenapa kamu masuk, Kay?” pertanyaan dari Anin membuat kayra berhenti. Wanita itu menarik sudut bibirnya.

“Memangnya Mas Fajar mau hanya berdua denganmu? Jangan mimpi, Anin. Dia itu jijik sama kamu.”

“Apa kamu pikir Bani lahir tanpa sumbangan sp*rma Mas Fajar?” Anin masih duduk tenang sambil melipat tangannya.

“Aku nggak perncaya kalau itu anak Mas Fajar. Aku pernah berikan bukti kalau kamu masukkan lelaki lain di rumah saat Mas Fajar ke laur kota.”

“Aku bukan wanita bodoh, Kay. Kamu yang menjebakku kalau kamu lupa.”

Wajah Kayra memerah, tangannya mengepal. Fajar langsung sigap memeluk Kayra dari belakang agar kekasihnya tidak hilang kendali lantas mencakar Anin seperti dulu.

“Sudah 10 menit lebih 30 detik, kalau Mas nggak jadi berangkat aku akan ….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
untung si anin goblok dan menye2 sehingga tetap bertahan sampai dicampakkan.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Anniversary Terakhir    Akhir

    Mendengar kabar kalau Anin hamil dan keguguran membuat Fajar tidak bisa memaafkan kesalahannya, dia tidak menyangkan akan sejauh ini padahal tidak ada niat sedikit pun melakukannya. Entah setan apa yang merasukinya saat itu yang jelas Fajar benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Dia hanya sedang terjepit, keadaannya tidak ada yang menguntungkan.Keyra pernah menggugurkan kandungannya dan lebih parahnya lagi Keyra hamil dengan lelaki lain, lelaki yang menjadi selingkuhan Keyra selama ini, kenapa dia tidak menyadari kalau selama ini dia hanya dijadikan sebagai sumber uang. Dia pikir setelah kejadian itu Anin hamil dan meminta pertanggung jawabannya karena lelaki mana yang mau menikahi Anin jika dia hamil. Sempat dia menyesal setelah kejadian itu, rasa takut dan bersalah tentu saja menghantuianya, dia tidak sejahat itu, dia hanya khilaf saja dan kini … dia harus menjalani hukuman atas perbuatannya.Setelah Anin melaporkannya ke polisi, dia sempat mengelak dan menjelaskan pada ibu dan K

  • Anniversary Terakhir    Hukuman untuk Fajar

    Dilecehkan, hamil, operasi pengangkatan saluran tuba. Entah ujian apa lagi yang aku jalani sekarang.Aku tidak marah, tidak menyesali apa yang terjadi dalam hidupku karena inilah kehidupan, saat manusia diuji maka kita akan merasakan bahwa kita masih hidup di buminya Allah karena sejatinya hidup adalah ujian.Awalnya setelah mengalami pelecehan itu, jelas aku marah, ingin sekali membunuh lelaki itu, tapi aku tidak mau mengotori tangan dan hatiku karena aku ingin dia mendapatkan balasan secara hukum, tapi setelah hukum bicara, aku menjadi korban lagi karena mereka bukannya menyadari kesalahan malah membuatku semakin jadi korban.Pintu kamar terbuka, aku masih bersandar tenang menyapa mereka dengan senyum agar mereka tidak lebih sedih dari aku. Usiaku tidak muda untuk hanya menangis meratapi nasib, aku harus kuat bisa berdiri di kaki sendiri, tidak perlu merepotkan orang lain karena sekarang aku hidup sendiri.“Anin, kamu sudah baikan?” Bu Romlah langsung mendekat mengusap punggung tang

  • Anniversary Terakhir    Sedikit Pelajaran

    “Aku akan bunuh dia!” “Dwi, berhenti!” Andika menarik tangan remaja itu, dia mencengekram erat. “Jangan bodoh! Jangan melakukan hal yang akan kamu sesali seumur hidup!”“Aku nggak akan menyesali apa pun untuk membalaskan perlakukan lelaki itu Mbak Anin, di penjara seumur hidup juga aku tidak takut.”Plak!!Andika mendaratkan pukulan keras di pipi Dwi. Namun, remaja yang sedang di pucak emosinya itu menarik kerah Andika lalu membalas pukulan Andika. Tangannya mengepal kuat, dia memukulkan dengan seluruh kekuatannya hingga membuat Andika limbung. Seolah ingin meluapkan energinya yang berlebih, Dwi menarik lagi lengan Andika memberi pukulan tidak sekali pada Andika. “Astagfirullah, berhenti!” Bu Romlah menarik Dwi, tapi Dwi yang belum bisa mengendalikan emosinya malah mengibaskan tangan ibunya hingga ibunya tersungkur.“Dwi! Sadar.” Andika mendorong Dwi dan akhirnya Dwi tersadar saat melihat ibunya jatuh kepalanya terbentur dinding. Beruntung tidak ada luka meski sempat kepalanya m

  • Anniversary Terakhir    Kamu Kuat, Nin

    Andika membopong Anin keluar. Dwi yang sedang bersama teman-temannya ikut panik melihat keadaan Anin. Ada darah menetes di tubuh bagian bawah."Kenapa mas?" tanya Dwi. "Aku nggak tahu, tolong siapkan mobil." Dia ke luar menuju mobilnya. Dwi mengikuti setelah menyambar kunci mobil."Dwi ikut aku yang lain tetap di rumah jangan sampai ada orang yang masuk ke rumah ini." Andika memberi instruksi pada para pemuda teman Dwi lalu dia meletakkan Anin di kursi penumpang , Andika lantas memutari bodi belakang membuka pintu sebelah kanan, dia masuk meletakkan kepala Anin di pangkuannya. Dwi mulai mengendarai mobil tanpa banyak tanya, dua pria beda usia itu punya perasaan yang sama, khawatir pada wanita malang itu.Setelah sampai, Andika membopong kembali Anin. seorang perawat datang menunjukkan Andika untuk membawa Anin ke ruang UGD. Dokter bersama seorang perawat masuk ke ruang UGD. Andika dan Dwi berada di depan ruang UGD. Dua pria itu berjalan mondar-mandir di depan pintu. Wajah panik k

  • Anniversary Terakhir    Terpuruk

    “Dik, aku minta bantuanmu, Anin kena musibah.”“Ada apa dengan Anin?”Andika langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar nama Anin. Sudah lama dia tidak mendengat kabar tentang Anin. Setelah kondisinya membaik, Andika fokus dengan pekerjaannya yang sudah menumpuk. Bukan karena dia melupakan perasaannya pada Anin, tapi dia masih berusaha meyakinkan orang tuanya kalau pilihannya tidak salah. Syifa menceritakan apa yang dialami Anin, Andika terkejut kenapa bisa Anin memberi akses pada Fajar hingga mereka bisa bersama. Namun, dalam sebuah tanda tanya besar itu, Andika tidak mau menghakimi Anin, pasti ada alasan kenapa Anin memberi ruang pada Fajar. “Apa Anin masih cinta sama Fajar?”Sedikit, Andika punya rasa percaya kalau Anin masih mencintai Fajar. Bukankah 10 tahun adalah waktu yang panjang untuk seseorang mencintai begitu dalam. Dia yang tidak dalam ikatan pernikahan hanya bertunangan selama setahun saja susah untuk move-on. “Apa kamu pikir mereka mau sama mau? Kalau Anin m

  • Anniversary Terakhir    Benci Menyebut Namanya

    “Kita sudah lama tidak melakukannya, pasti kamu merindukannya, Anin.”“Lepas! Kalau sampai kamu macam-macam, aku akan bunuh kamu!” Aku berusaha melepaskan diri dari cekalannya. Namun, lelaki itu justru leluasa menindihku, tangan besarnya mencengkeran kedua lenganku dan saat aku akan berteriak, dia membungkam mulutnu dengan mulutnya yang … Astagfirullan, sejak kapan dia mengonsumsi alkohol. “Eumm!” Aku tidak bisa berteriak, kini tangan lelaki itu membungkamku. Aku meronta, tapi tidak ada artinya dibanding tubuh yang sedang menindihku.Lelaki itu menyeringai mendekatkan wajahnya hingga napasnya tak beraturan menerpa wajah. “Kita sudah biasa melakukannya, Anin. Sekali saja, aku ingin punya anak darimu.”Gila! Dia memang sudah gila.“Keyra tidak bisa punya anak, dia selingkuh dan pernah hamil. Dua kali, Anin. Aku dibohongi dan kini aku ingin membalasnya. Beri aku anak satu lagi, Anin, setelah itu kita akan menjadi keluarga utuh dan aku akan menceraikan wanita tak berguna itu.”Aku mengge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status