one week later
Hari yang paling aku takutin akhirnya tiba juga, hari pertama ujian sekolah dan yang paling membuatku tersiksa adalah saat melihat jadwal pelajaran untuk ujian hari ini adalah matematika.
Baru denger kata matematika ajah rasanya kepala aku udh pusing, apalagi kalau liat soalnya yang ada nanti aku pinsan lagi,Sebenarnya aku itu udah belajar cuma untuk pelajaran yang satu ini aku nyerah deh.
'Anak mama yang paling mama sayang, tolong kerja samanya yah, bantuin mama kamu kerjain soal mati-matika ini' ucapku sambil mengelus perutku.
Oh yah ngomong-ngomong soal anak, aku belum kasih tau siapaun termasuk Calvin, aku masih menunggu waktu yang tepat untuk membicarakan ini semua. Lagi pula aku tidak mau mengganggu Calvin nantinya.
Dan aku juga sudah periksa ke dokter, dia bilang kandung ku sudah masuk 1 bulan. Meskipun aku bahagia saat mengetahui kal
Zahira pov"Ini dimana??" TanyakuAku bingung saat aku membuka mata, aku sudah berbaring di tempat yang aku gatau ini dimana."Kamu di rumah sakit" Jawab seseorang yang sedang berdiri di samping ku , aku memperhatikan laki-laki yang memakai jas putih. sepertinya dia adalah seorang dokter."Ko aku bisa ada disini?" Tanyaku lagi"Apa kamu tidak mengingat kejadian itu?" Tanya doket ituAku langsung terdiam sambil mengingat apa yang telah terjadi padaku, kejadian apa yang membuatku masuk kerumah sakit.Yang aku ingat saat itu aku pulang sekolah dan setelah sampai di rumah aku langsung di marahi oleh mamahku.Flasback on"Zahira bagaimana bisa nilai kamu turun begini, bukannya kamu sudah janji pada mama akan berusaha untuk memperbaiki nilai kamu"&
Saat aku membuka mata langsung melihat Calvin yang sedang menatap ku, melihat itu aku langsung tersenyum."Jihan kamu gapapa kan?, ada yang sakit gak?, kepala kamu masih pusing gak?" tanya Calvin tanpa jeda."Aku gapapa" Jawabku yang masih terbaring lemas di tempat tidur.Tak lama setelah itu, seorang dokter perempuan datang bersama perawatan nya, mereka tersenyum kearah kami berdua. Langsung saja aku meminta Calvin untuk membantu ku duduk."Dokter gimana istri saya? Dia gak apa-apa kan?, gak ada yang perlu di khawatirkan dok?" Tanya Calvin saat dokter itu datang menghampiri ku.Dokter itu kembali tersenyum. "Gimana ibu Jihan keadaan nya sekarang, apa masih terasa pusing?" Tanya dokter itu sambil memeriksa keadaan ku."Aku baik-baik ajak ko, cuma masih ngerasa lemas ajah" Jawabku.Kemudian bu dokt
Assalamu'alaikum jangan lupa vote yah. "Kamu serius?" Suara bunda menggema keseluruh ruangan, saat mendengar kabar jika aku hamil. Mata mereka memancarkan kebahagiaan bahkan bunda sudah mengengam tangan ku sambil terus berterima kasih, aku ikut bahagia saat melihat ekspresi mereka. "Jihan ayah sangat bahagia mendengarnya, semoga kamu dan anak yang ada di dalam kandung mu, sehat yah" Ucap ayah seraya mengelus puncak kepala ku. "Amiinn, Jihan juga seneng ngeliat kalian bahagia" "Mama kamu apa sudah di kasih tau?" Tanya bunda. Mama
Pagi ini aku sudah memakai baju gamis berwarna mocca dengan jilbab warna hitam. Seperti yang kalian tau apapun warna bajunya jilbab nya tetap hitam. Karena pagi ini aku akan ikut Calvin ke kantornya jadi aku harus berdandan rapi dan dewasa di depan para karyawan Calvin, aku tidak mau jika nanti aku kelihatan seperti anak kecil. "Sayang" Panggil Calvin yang sudah berdiri di belakang ku. "Bang Calvin aku keliatan kaya anak kecil gak?" Tanyaku sambil mentap tubuh ku di pantulan cermin full body yang berada di kamar ku. "Kamu udah cantik ko, istri aku itu selalu cantik" Jawab Calvin yang masih fokus pada handphone nya. Aku tersenyum mendengarnya meskipun hati aku sedikit kesal karena melihat Calvin yang sibuk sendiri. kemudian setelah itu aku memutarkan tubuh ku menatap wajah Calvin"bang Calvin liat aku dong jangan fokus ke hape terus kesal ku. "Maaf sayang aku lagi ngir
Pagi ini aku harus berdiri di tengah lapangan, beberapa murid sudah menatapku dan di balas dengan tatapan tajam oleh ku, membuat mereka langsung tertunduk takut, cih... Masa di gituin ajah taku, LEMAH BANGET. “JIHANN?!” teriak itu membuatku terkejut, namun saat tau siapah orang yang berteriak, aku langsung memutar bola mataku malas lalu menjawab “ada apa sih bu, pagi-pagi udah teriak-teriak” Ya, dia adalah Bu Nina, guru yang akhir-akhir ini selalu saja Memarahiku setiap pagi, membuat gendang telingaku hampir pecah gara-gara mendengar omelannya yang menurutku sama sekali tidak berguna. “kamu ini selalu ajah telat, gaada disiplin nya banget jadi anak sekolah, terus cara bicara kamu gaada sopan-sopannya sama guru, udah cara berpakain kamu yang kaya preman pasar” omel bu Nina sambil menatapku dengan tajam. “yaelah bu ini
aku terus berdo'a sepanjang jalan pulang, agar tidak bertemu dengan mama ku di rumah. Perasaan ku sedikit tenang saat melihat keaadan rumah yang terlihat sepi, sepertinya mama sedang tidak ada di rumah ... namun saat aku sampai di ruang keluarga tiba-tiba saja. Brak Sontak aku langsung memjamkan mataku, saat melihat laptop milik ku di lempar ke lantai di tepat di depanku. "BELUM CUKUP KAMU MEMPERMALUKAN KELUARGA INI." bentak mama dengan suara yang sudah benggema di seluruh ruangan, Aku hanya bisa tertunduk takut, sambil memainkan kuku tangan, aku tidak berani jika harus melawan atau menjawab ucapan mama. "Kamu ini bukan bikin prestasi tapi bikin malah bikin frustasi" "Otak kamu ini di pake
Siang ini aku memilih untuk pergi ke kantin, bukan untuk makan Siang, melainkan untuk mencari seseorang yang berani-berani nya menjadikan adik ku sebagai bahan taruhan, namun sayang aku tidak menemukan keberadaan Satria.Aku sudah tanya kebeberapa laki-laki yang aku temuin di Koridor sekolah dan lapangan Sekolah juga, mereka bilang kalau satria itu sering berkumpul di gudang sekolah bersama temen-temen nya.Dengan langkah yang berani aku berjalan menuju gudang sekolah, tak lupa aku udah memasang ekspresi jutek dengan cara berpakaian layaknya preman sekolah, tidak heran kalau mereka memberiku julukan badgirl.Tapi aku sama sekali tidak bangga dengan julukan itu, sebenarnya aku tidak suka dengan julukannya karena terkesan aku itu wanita paling buruk dan nakal di sekolah ini, padahal masih banyak wanita yang lebih buruk dari aku hanya saja ... Mereka menyembunyikan itu semuah dari orang-orang.
Aku terus menangis di dalam kamar, bagaimana aku tidak menangis mama memaksaku untuk menerima perjodohan ini, aku tidak mau jika harus menikah di usia muda.Bagaimana nasibku di masa depan, di saat teman-temanku sibuk hangout sedangkan aku sibuk mengurus suami dan anakku, dengan baju daster layaknya ibu-ibu yang sering aku temui, oh my gosh jangan sampai.Sebenarnya aku sudah menolak nya beberapa kali, tapi mama tetap kekeh menyuruh ku untuk menerima perjodohan ini, bahkan mama sudah berbicara pada keluarga Reonaldi jika aku menyetujui perjodohan ini, padahal aku sama sekali tidak pernah menerima perjodohan ini."Ka... Udah yah jangan nangis terus, aku jadi ikut sedih" Mohon Zahira yang sedari tadi menemani ku."Aku gamau nikah zah ... Gimana dong""Gima ... " Ucapan Zahira terpotong saat tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamarku, saat tau siapah yang masuk aku langsung