Share

A Cyborg Girl

Di suatu tempat, dalam sebuah gedung arsitektur berbentuk tiga jari, tampak seorang perempuan misterius bertopi bowler merah dengan lengan penuh tato, membawa senjata shotgun, membidik sebuah apel di atas kepala seorang pelayan.

Dhuuar!

Cekrek-krek!

Tembakan langsung tepat sasaran. Apel hancur berceceran, si pelayan lari ketakutan.

Blabb!

Sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di depannya, tampak seseorang dengan avatar kucing menghubunginya.

“Kenapa baru bisa terhubung sekarang? Dari mana saja kau?” tanya si penghubung dengan suara disamarkan.

Perempuan itu tak menjawab.

Bibir lipstik merahnya menghisap sebatang rokok lalu menghempaskannya perlahan.

“Apa kau sudah mendapatkan data penelitiannya?” tanya si penghubung spontan.

“Sesuai rencanamu, Im telah bergerak dan menghancurkan salah satu lembaga penelitian Hans.” jawab perempuan itu sambil mengelus shotgun kesayangannya.

“Sebagian data penelitian orang itu kini berada di tanganku.” lanjut perempuan itu.

“Kerja bagus! Apa Im berhasil membawa Hans?”

“Itu bukan urusanku!” bentak perempuan tersebut.

Dia lalu mengubah shotgun ke mode laser dan membidik layar hologram tepat di depannya.

“Baiklah, aku tunggu kabar berikutnya darimu, oh iya satu hal lagi,”

Perempuan itu terdiam, menunggu si penghubung melanjutkan pembicaraannya.

“Menikahlah denganku!”

Zabb!

Tanpa banyak kata perempuan itu menembakkan laser, memotong pembicaraan si penghubung.

Slaapp!

Layar hologram menghilang. Perempuan itu kembali menghisap rokoknya, dan menghempaskannya perlahan.

“Kubunuh dia nanti!” kesal si perempuan.

* *

Di depan papan Jalan Blueberry, di sebuah desa area persawahan, Dhea yang diantar Hans pulang lalu turun dari mobil dan mengemas ranselnya.

“Apa turun di sini tidak terlalu jauh?” tanya Hans masih berada dalam mobil.

“Tidak Tuan, tinggal jalan sedikit saja nanti sampai rumah.” jawab Dhea tersenyum.

“Baiklah hati-hati di jalan, oh iya ....” Hans memotong pembicaraannya sendiri.

“Kenapa Tuan?” tanya Dhea penasaran.

Hans memandang lurus mata Dhea yang tertutup kacamata dengan raut wajah serius.

“Dhe … aku harap engkau tetap merahasiakan ruang bawah tanah sacred room, jangan sampai membicarakan atau memberi tahu orang lain tentang ruangan itu.” pesan Hans terus terang, “Kau tahu ‘kan, ruangan itu menyimpan tempat ribuan data penting penelitian dan sejumlah penemuan pentingku?”

Dhea lalu menyipitkan mata sembari meremas lengan tas ranselnya.

“Apakah ini ada hubungannya dengan Im-Tech, Tuan?” sahut Dhea balik bertanya.

“Akhir-akhir ini lembaga itu terlihat mencurigakan, aku sangat cemas jika mereka bekerja sama dengan WG, mereka akan mengincarku. Itulah mengapa aku sering berpindah tempat, aku sengaja membuat banyak cabang penelitian kosong dan memecat seluruh pegawai. Aku yakin dengan cara ini mereka akan sulit menemukanku.” jelas Hans dengan raut wajah penuh cemas.

“Baiklah Tuan, saya mengerti maksud Anda. Sebenarnya, ada yang masih mengganjal di pikiran saya.”

“Apa itu?” tanya Hans penasaran.

“Saya yakin Anda tidak masalah dengan memecat seluruh pegawai, karena mereka semua belum pernah ada yang mengunjungi sacred room, dan setiap dari mereka yang telah Anda pecat, Anda memberi mereka bolpoin yang di dalamnya terpasang sensor chip penghapus memori ingatan apa pun yang terkait dengan lembaga Mira-Tech. Hanya saja, saya tidak yakin cara seperti itu akan cukup efektif. Lebih baik Anda memberanikan diri menghadapi mereka, tanpa harus terus bersembunyi.” saran Dhea bijak.

“Aku hanya tak ingin kembali melanjutkan mesin waktu.” gumam Hans lirih.

Suasana menjadi hening sejenak.

Di dekat pepohonan tampak anakan rusa saling mengejar antar kawanannya.

“Sudah sore, sepertinya mau hujan. Kita sudahi saja hari ini.” ujar Hans mengalihkan pembicaraan sambil melirik arloji.

Dhea tersenyum dan mengangguk sambil menatap jas lab Hans.

“Tuan Hans, tetap semangat! Dan jangan lupa naikkan gaji saya!” pamit Dhea bersemangat.

Dia lalu membalikkan badan dan melambaikan tangan.

“Tenang saja, itu tidak mungkin terjadi!" balas canda Hans ikut melambaikan tangan.

Hans lalu tancap gas dan melanjutkan perjalanan.

* *

Gemuruh petir menggelegar.

Awan hitam berkumpul menutupi langit, disertai rintik hujan turun semakin deras.

Hans tanpa sadar tersesat.

Dia malah memasuki Kota Novalley, sebuah kota sepi yang telah ditinggalkan penduduknya selama ratusan tahun.

Di tengah guyuran hujan lebat, Hans merasa ada yang mengawasi, namun dia tak memedulikan, dan meneruskan perjalanan.

Di tengah jalan terlihat seorang gadis berwajah tertutup tudung jubah hitam, berdiri tak jauh menghadang mobil Hans.

Gadis itu memegang tongkat aneh dan membawa sebuah kitab yang terbuka.

Antara takut dan penasaran, Hans menghentikan mobilnya.

“Penyihir?”

“Ah, mana ada penyihir di dunia ini!” gumam Hans.

Dia lalu mengenakan mantel, dan keluar dari mobil.

Blak!

Pintu mobil tertutup.

Hans penasaran, dia memberanikan diri berjalan pelan mendekat ke arah gadis tersebut.

“Pe … permisi?” sapa Hans gugup.

Gadis itu hanya diam tak menjawab, wajahnya yang tanpa ekspresi membuat Hans semakin penasaran.

“Kau siapa?”

“Mau ke mana?” tanya Hans penasaran.

“Rosemary.” jawab gadis itu singkat.

Suaranya merdu, tatapannya kosong dengan pandangan mata lurus ke depan tanpa berkedip.

Hans penasaran dan mencoba lebih dekat.

Rose, Robert Hans, anak Adam!”

“Dengan berkah para Dewa Aorda, engkaulah yang terpilih berjalan di atas takdir, menapak kaki di Lembah Heigos, mary.” ucap Rosemary tanpa ekspresi.

Hans bertambah kebingungan, dia sama sekali tak paham dengan ucapan Rose.

Semakin lama mengamati, Hans menemukan banyak keanehan pada Rose.

Hans merinding, namun mencoba tenang memastikan.

“Sebentar!”

“Aku tak paham maksudmu, apa kau itu seorang peramal atau penyihir?” tanya Hans curiga.

“Rosemary.” jawab Rose singkat.

Hans kesal, dia langsung menepuk pundak Rose.

Anehnya, sebelum tangan Hans mengenai tubuh Rose, dengan sekejap tubuhnya berpindah.

Hans semakin merinding ketakutan.

“Si … siapa kamu sebenarnya?”

Rose,”

“Zaseisye memberkatimu, tetaplah berada pada naungannya, mary.” pamit Rosemary.

Tiba-tiba keluar aura hitam membalut tubuh Rosemary.

Zap!

Dengan sekejap dia menghilang.

Hans ketakutan sampai jatuh terduduk, dan mundur beberapa langkah.

* *

Gemuruh kilat menggelegar, selang beberapa menit hujan mereda.

Angin bertiup kencang menghempas beberapa puing bangunan dan papan jalan.

Tak kuat menerjang hawa dingin, Hans bergegas kembali ke dalam mobil.

Hans menggigil kedinginan, dia tancap gas dan melanjutkan perjalanan.

“Hari ini terasa aneh sekali,”

“Apa aku kelelahan, jadi aku berhalusinasi? Apa ada yang salah dengan diriku?” gumam Hans kebingungan.

Di tengah perjalanan, untuk kedua kalinya dia bertemu seorang perempuan berdiri menghadang mobilnya.

“Ini siapa lagi?” geram Hans.

* *

Seorang perempuan bertopi berjalan mendekatinya.

Hans langsung menghentikan laju mobil dan keluar menemuinya.

Hans berdiri di hadapannya sambil menodongkan tangan kiri bersarung hitamnya.

“Jangan mendekat!” bentak Hans.

Dengan tatapan mata dingin, perempuan tersebut seketika menurut dan berhenti di hadapan Hans.

“Apa maumu? Siapa kau?” tanya Hans agresif.

Perempuan itu langsung melepas topi dan membuka jaketnya. Hans terkejut sampai mundur beberapa langkah.

Cyborg? Jadi, kau ....?” sambung Hans.

“Benar, namaku Zora. Ozora Sakaguchi. Aku cyborg, sekaligus ilmuan dari WG,”

“Kau pasti Robert Hans ilmuan yang terkenal itu 'kan?” sambung perempuan berambut hitam pendek tersebut dengan wajah judesnya.

“Ya, aku Robert Hans. Lewati perkenalan, apa yang orang WG inginkan dariku?”

Zora tidak menjawab. Dia hanya berjalan mendekati Hans beberapa langkah.

Mata Zora tiba-tiba menyala biru dan spontan menghancurkan beberapa bangunan kosong di belakangnya.

Zabb!

Zabb!

Zabb!

Bluaar!

Dengan tembakan laser dari tangan kiri cyborg-nya, seluruh bangunan runtuh menjadi puing-puing kecil.

“Kenapa kau hancurkan bangunan-bangunan itu?”

“Di dalam bangunan itu ada orang WG mengawasi kita.” ucap Zora.

“Orang WG? Bukankah kau juga dari WG?” sanggah Hans penasaran.

“'Kan tidak semua bangunan, kenapa kau hancurkan semuanya?” imbuhnya.

Zora duduk di atas sebuah puing bangunan sambil meneguk sebotol air minum yang diambil dari jaketnya.

“Hanya kesal.”  jawab Zora singkat.

Zora lalu terdiam beberapa saat sembari menundukkan pandangannya ke bawah.

“Kenapa kau tidak kembali ke WG, Hans?” tanya Zora tiba-tiba.

“Mengapa aku mesti menjawab pertanyaanmu itu?” sanggah Hans, “Dan, kau juga belum menjawab pertanyaanku!” 

Zora langsung berdiri dan menghampiri Hans.

“Mesin waktu telah membawaku kemari.”

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rika123
lanjutkan kakak
goodnovel comment avatar
Devi citra
berasa ikut dalam cerita
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status