Hans tertegun.
Sembari menelan ludah, matanya terbelalak tiada henti menatap perubahan tubuh Xena.
“Cantik sekali!”
“Aku ingin membawanya pulang!” gumam Hans penuh gairah.
Xena tersenyum menatap Hans yang tiada henti memandanginya. Dia malah asyik memutar-mutar badan sengaja memperlihatkan penampilan barunya pada Hans, “Aku lebih cantik, ‘kan? Kau bisa gunakan aku sesukamu!”
Deg!
Hans mulai goyah. Tubuhnya mendadak menggigil gemetar, “Surga merindukanku!” batin Hans kesenangan, sembari menelan ludah.
Neirda menyadari, dia spontan menepuk pundak Hans yang hendak hilang kontrol. “Kita harus melanjutkan perjalanan!”
Hans tersadar. Dia mengangguk pelan perlahan setuju.
“Sebentar! Aku butuh waktu untuk berpikir!” sahut Hans, “ini lebih dan lebih dari luar biasa! Dunia ini di luar akal sehat!” imbuh Hans terpukau sekaligus kebingungan.
Noel sejenak melirik ke arah Hans, lalu pandangannya beralih ke arah
Hexehemnemeywheye
Beberapa hari yang lalu. Di tengah pertemuan Neirda, Bethany dan Rosemary. Muncul sosok misterius berpenampilan serba putih di tengah mereka. Sosok itu seperti laki-laki, melayang, matanya tertutup kain dan membawa sebuah tongkat unik. “Iza?” ucap Neirda menebak, sementara Rosemary dan Bethany juga tampak cukup terkejut. Iza seketika itu membungkuk memberi penghormatan kepada Rosemary, lalu beralih pada Neirda dan Bethany. “Dengan berkah para dewa Aorda … sebagai utusannya … Zaseisye, atas terjadinya distorsi waktu, segeralah menuju Aorda!” ujar Iza, sosok laki-laki misterius tersebut. “Rose, Iza …! Zaseisye dan Bethany harus mengantarkan utusan GAIA itu ke Tetua Morga, aku juga harus melindungi salah seorang utusan GAIA yang tengah terpencar dari mereka. Dalam semesta mataku, ada beberapa utusan GAIA lain yang juga memasuki another maze, mereka butuh pengawal … mary.” sanggah Rosemary. “Mereka
Bangunan kerucut suku Taktataora lenyap. Seluruh mata terperangah. Mereka terkejut keheranan, tak menyangka akan menyaksikan Hexehemnemeywheye secara langsung. Namun, berbeda dengan Noel yang tampak curiga seakan tak percaya, “Aneh sekali, mengapa muncul makhluk yang berbeda?” gumamnya penasaran. Para suku Taktataora langsung berbaris kompak lalu berlutut menyembah. Hans menelan ludah. Matanya tiada henti memandang kedua makhluk aneh yang muncul dari portal tersebut. Dia lalu bertanya kepada Xena, mencoba memastikan, “Mereka ini makhluk mitologi yang kau ceritakan tadi?” Xena sejenak terdiam keheranan. “Aku tidak mengerti, aku tidak pernah melihat kedua makhluk ini … wujud Hexehemnemeywheye seharusnya hanya seekor naga merah!” ujar Xena. “Hah? Jadi—” “Mereka bukan Hexehemnemeywheye,” sahut ketua suku yang berdiri membelakangi Hans, “mereka makhluk miripoid … para pengawal Hexehemnemeywheye, jarang sekal
Beberapa minggu lalu, di Dunia Hampa. Neirda ambruk bertekuk lutut. Tek! Tongkatnya menggelinding, terlepas dari genggamannya. Zora merangkak penuh hati-hati. Dengan pandangan kabur, dia tanpa sengaja menemukan tongkat Neirda. Zora terdesak, dia terpaksa mengambil tongkat tersebut. Diputar-putarnya sembari berharap terjadi suatu keajaiban. Slap! Tiba-tiba muncul sebuah portal misterius dengan pusaran merah di tengah. Neirda menyadari. Portal misterius yang ada di hadapan Zora adalah sebuah portal yang tidak dapat dimasuki dengan sembarangan. Sontak dia melarang Zora mendekat. “Berhenti, Zora!” “Jangan masuk portal itu!” larang Neirda serius. Zora yang keras kepala tak peduli. Dalam benak pikirannya hanya ada satu pilihan yang dia tuju, kabur menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam portal. Sambil memegang tongkat Neirda dan menggendong Hans, Zora bangkit berdiri. N
Walau dengan tubuh penuh luka bercucuran darah, Miranda tak pernah berhenti melepaskan tangannya, memeluk seorang anak berusia dua belas tahun yang tergeletak pingsan di pangkuannya, Robert Hans. Puluhan pasukan cyborg bersenjata lengkap mulai mengepung dan menodongkan senjata rifle ke arah mereka berdua. “Miranda! Mengapa kau malah melindungi anak itu? Anak itu telah membunuh suamimu!” teriak salah satu cyborg. “Apa kalian tidak sadar? Kalian mau membunuh seorang anak kecil? Kalian orang WG sungguh biadab sekali!” sanggah Miranda, perempuan berambut perak, berjas lab dan mengenakan kacamata. Seorang perempuan berseragam militer tiba-tiba berjalan masuk ke tengah kerumunan pasukan cyborg. “Kami tidak akan membunuh anak itu, Miranda. Serahkan saja Robert Hans kembali pada WG, anak itu akan menjadi aset yang berharga bagi kami!” sahut perempuan tersebut. Miranda merogoh saku jas labnya, lalu diambillah
Di suatu tempat, dalam sebuah gedung arsitektur berbentuk tiga jari, tampak seorang perempuan misterius bertopi bowler merah dengan lengan penuh tato, membawa senjata shotgun, membidik sebuah apel di atas kepala seorang pelayan. Dhuuar! Cekrek-krek! Tembakan langsung tepat sasaran. Apel hancur berceceran, si pelayan lari ketakutan. Blabb! Sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di depannya, tampak seseorang dengan avatar kucing menghubunginya. “Kenapa baru bisa terhubung sekarang? Dari mana saja kau?” tanya si penghubung dengan suara disamarkan. Perempuan itu tak menjawab. Bibir lipstik merahnya menghisap sebatang rokok lalu menghempaskannya perlahan. “Apa kau sudah mendapatkan data penelitiannya?” tanya si penghubung spontan. “Sesuai rencanamu, Im telah bergerak dan menghancurkan salah satu lembaga penelitian Hans.” jawab perempuan itu sambil mengelus shotgun kesayangannya.
Di bawah reruntuhan puing-puing bangunan, di sebuah lubang galian terdapat tempat persembunyian. Tampak seorang perempuan berkostum panda dengan logo WG-Tech di punggung bersembunyi. Sambil berteduh di bawah payung, dia memencet tombol rahasia di telapak tangan kirinya. Blab! Muncullah sebuah tablet hologram terpancar dari tangannya. Perempuan itu mengetikkan sebuah nomor panggilan, dan langsung terhubung ke sebuah kontak melalui video call. “Yuriko, kenapa kau baru menghubungiku?” sapa bos dengan tampilan avatar kucing. “Sachi menyerang saya, sekarang saya sedang bersembunyi di dalam lubang.” “Sachi? Kau bertemu Sachi?” “Iya Tuan, tampaknya ia sekarang sedang bersama Robert Hans.” jawab Yuriko. “Robert Hans?” sahut bos terkejut. “Apa yang harus saya lakukan, Tuan Muda?” “Segera berangkat ke Im-Tech dan temui Lenna di sana.” perintah bos. “Baik, Tuan Muda!” “Oh
Portal mesin waktu perlahan lenyap dengan sendirinya. Dengan pandangan mata kabur, Zora melihat sosok perempuan misterius tersebut terbang mendekat ke arahnya. Perempuan itu berambut merah scarlet, lurus terurai panjang semata kaki. Di atas kepalanya terdapat mahkota hitam berhias berlian, dengan dua tanduk merah kecil menyala-nyala. Tubuh perempuan itu perlahan menyusut, kedua sayapnya menghilang, dan berjalan menyerupai manusia. Berparas cantik dengan ekspresi datar, dan matanya terpejam. Kulitnya putih pucat, tubuhnya bersinar, memancarkan aura kehijauan. Zora tertegun, matanya terus memandang lurus ke arah perempuan tersebut tanpa berkedip. Perempuan itu mengenakan gaun cantik berwarna biru kelasi berbentuk unik, dan memegang sebuah tongkat aneh. “Bidadari cantik sekali ... mungkin ini di surga.” gumam Zora. Perempuan misterius itu mengentakkan tongkatnya. Dhuk! Tiba-tiba seluruh ruang putih hampa i
Neirda tampak serius. Dia lalu menghadap lurus ke arah Zora dan mulai menjelaskan. “Pertama, kau harus mencari kepingan air mata Aldebran yang terpencar di seluruh alam semesta, termasuk dunia paralel. Lalu, kau harus menemukan dan membunuh The GiantBlackDoloro.” jelas Neirda, “Dan yang kedua lebih mudah, kau hanya perlu menghabisi nyawamu sendiri atau pria yang bersamamu itu.” “Jangan main-main denganku!” murka Zora. Matanya menyala biru. Tanpa berpikir panjang, Zora langsung menyerang Neirda dengan senjata meriam laser dari tangannya. Zabb! Meriam laser berwarna biru dengan cepat melesat mengenai tubuh Neirda. Blasst! Meriam itu tiba-tiba berhenti, dengan sekejap terhempas tepat sebelum mengenai Neirda. “Seranganku tidak mempan sama sekali?” kejut Zora sembari tangannya gemetaran. Neirda tetap tenang tak membalas, dia lalu berjalan membelakangi Zora beberapa langkah sambil melanjutkan penje