Adella POV...
Sudah Minggu kedua aku berada di dunia novel. Duke Ellington Erland, ayahku itu benar benar tipe ayah penyayang, apapun yang ku mau ayah pasti menurutinya. Sejak saat aku membuat ulah di istana kerajaan Twergien kemarin-kemarin, hingga saat ini kehidupanku ter-jalani dengan damai. Seperti biasa, ayah yang penyayang lalu kedua kakak yang tak pernah pulang. Seharusnya aku merasa bahagia, nyatanya membosankan jika aku tidak memiliki beban. Haruskah aku mencari gara gara pada si Rose sialan itu? Tidak, melihatnya saja aku sudah sangat kesal. Sedang asik memikirkan rencana gila itu, pintu kamarku diketuk beberapa kali membuat lamunanku buyar. Aku mempersilahkan siapapun yang mengetuk itu masuk. Aku menegakkan tubuh anggun, ternyata pelayan pribadiku. "Salam Nona Adella Georgia Erland," salamnya aku jawab dengan berdehem. "Duke ingin bertemu dengan anda jika anda tidak sibuk." Aku mendengus, ayahku memperlakukan aku layaknya petinggi saja. Aku segera berdiri dari kursi dekat jendela kamar, "Baiklah." Ucapku seraya berjalan diikuti Jessi, pelayan pribadiku itu. Di lorong sesekali aku menatap para pelayan dan prajurit yang membungkuk hormat padaku. Dua Minggu ini pandangan orang orang mansion padaku mulai membaik, jangan lupa jika ragaku ini dulunya antagonis yang dibenci siapapun karena selalu membuat ulah. Sialnya, mereka mengasihani ku! Berpikir keterdiaman ku ini terjadi karena rasa frustasi akibat diacuhkan oleh si bangsat putra mahkota Julian. Menyebalkan! Helaan napas aku keluarkan, didepan ku pintu ruangan yang berisi ayah dibuka oleh prajurit. Aku masuk dengan dagu terangkat menandakan keagungan yang ku miliki lalu duduk didepan ayah setelah menyapanya. "Ada apa ayah?" Tak perlu basa basi seperti biasa, aku cukup malas sekarang. "Kau benar-benar tidak menyukai putra mahkota lagi?" Aku menatap intens ayah Duke, dia menanyaiku hal itu? Benarkah? Tambahkan hal itu dalam hal tak penting bagiku. "Ya." Balasku singkat, "Kenapa ayah bertanya seperti itu?" Dari raut wajahnya, Duke seperti... Gelisah? "Tidak." ujarnya cepat, "Ayah hanya bertanya." Berdecak kesal, aku menatap ayah menyelidik. "Tidak mungkin ayah memanggilku hanya untuk menanyai hal sepele seperti itu." Kataku. Ayah sepertinya sedikit tertekan, "Putra mahkota akan merayakan ulang tahun ke 20 tiga hari lagi, sekaligus upacara kedewasaan." Beritahu nya tidak penting, ya, tidak penting bagiku tahu apapun tentang Julian yang telah menelantarkan rasa cinta Adella demi si muka dua Rose. "Lalu?" "Jika kamu tidak ingin datang, ayah akan cari alasan." Akhirnya senyuman aku terbitkan, ayah tahu sekali keinginan ku. "Aku akan ikut," ujar ku lantang, hey ayolah! Aku sedang mencari masalah saat ini, cukup membosankan hidup damai hingga berhari hari. Ayah sedikit terkejut, aku lantas menambahkan. "Bukankah seharusnya aku memperlihatkan jika aku sudah tidak menyukainya?" Hembusan napas ayah sangat terdengar jelas, ia menyesap teh sekian kalinya. Keluarga Erland memang sangat menyukai teh, aku jadi ikut ikutan karena memang teh disini sangat menyegarkan. "Baiklah, biar ayah carikan gaun yang indah untuk putri cantik ayah ini." Mata ayah berbinar setelah keresahannya. Aku menggeleng pelan, biarkan aku sendiri yang akan mencari gaun itu. "Aku berniat keluar, mencari gaun yang pas untuk ku di toko lady Risya. Kudengar gaun lady Risya adalah gaun gaun terbaik dikerajaan Twirgien." Aku menatap ayah serius, "Kuharap ayah mengizinkanku. Tenang saja aku akan membawa banyak prajurit! Aku tahu ayah sangat menghawatirkan ku." Ayah sedikit berpikir lalu mengiyakan walau sedikit kurang setuju dengan keinginan ku. ... Disinilah aku, Adella Georgia Erland, Di toko pakaian milik countess Risya yang terkenal dengan gaun indahnya. Mengapa aku bisa tahu? Jawabannya karena lady Rose beberapa kali berkata dalam novel jika desain Risya sangat indah. Hey ayolah! Bukan aku bermaksud mengikuti si Rose itu, aku hanya ingin merenggut segalanya dari Rose. Kalian tahu? Bahkan wajah Adella sebenarnya lebih cantik dari Rose. Adella yang sudah menjadi ragaku ini dulunya terlalu mengikuti tren gila gilaan hingga terkesan berlebihan. Sekarang aku akan membuat tubuh antagonis ini menjadi yang terindah dan teranggun! Kecantikan Adella memakai gaun Risya tentu akan mengalahkan kecantikan Rose yang memang sudah sedari dulu berlangganan membeli gaun gaun Risya. Saat sampai didalam, aku terkejut dengan kehadiran Lady Rose dan... Putra mahkota? Aku tersenyum miring, beberapa orang yang melihat kedatanganku dengan seringaian tentunya menunduk takut. Aku kan antagonis novel yang ditakuti banyak orang. "Wah, lihatlah ternyata kalian juga ada disini." Aku mendekat pada mereka, tentu dengan raut datar karena mereka tidak pantas mendapat senyum manis ku. "Hormat saya putra mahkota, semoga anda selalu diberkati." Kusapa putra mahkota. Lihatlah keterkejutan dua sejoli saling mencintai itu, membuatku ingin membuang mereka ke rawa rawa. "Salam Lady Adella, semoga anda selalu diberkati." Lady rose menunduk hormat, aku menatapnya mengejek. Jangan lupa jika pangkat ku lebih tinggi darinya. "Untuk apa kau kesini?" Pertanyaan putra mahkota ku balas dengan seringaian, "Tentu untuk membeli gaun, untuk apa lagi? Membuntuti anda? Ingatlah aku sudah tidak lagi menyukaimu." Kudengar tawa sinisnya. Mungkin jika orang lain yang melihat akan terpesona, tentunya aku tidak! Ia hanya salah satu orang yang ketampanannya di atas rata rata, dan aku sudah sering melihat orang yang tampan nya melebihi putra mahkota. "Kau pikir aku akan percaya?" "Mungkin? Kau bahkan percaya saja dengan sandiwara Lady Rose." Cepat cepat aku menunduk memberi salam lalu pergi kebagian dalam toko. Aku tertawa pelan melirik Putra mahkota bodoh itu memikirkan ucapan ku. Oh ayah, bolehkah aku bahagia diatas penderitaan orang? Saat aku duduk, Lady Risya merekomendasikan banyak gaun untukku. Tentu karena walaupun ada putra mahkota dan harus melayaninya mencari gaun untuk lady Rose, perempuan itu selalu ingin mencari sendiri gaun apa yang cocok untuknya. "Lady Adella," Rose mendekat padaku seraya membawa gaun berwarna abu, cantik, namun untuk apa? "Aku membelikan satu gaun untukmu, sebagai permintaan maaf. Aku sungguh tidak sengaja mendorongmu hingga terbentur." Ia melihat pada gaun itu, "Gaun ini terlihat cocok untukmu." Walau cantik, aku tidak ingin mengambilnya. "Lady Adella mencari gaun untuk upacara ulang tahun dan hari kedewasaan putra mahkota tiga hari lagi, bukan? Ini benar benar cocok, lalu aku akan memakai gaun ya disana," Rose menunjuk gaun yang tertempel di patung manekin, warna dan tampilannya memang paling indah dari banyaknya gaun yang dipajang. Aku berdiri marah, Rose pikir aku akan mau memakai gaun yang tidak lebih indah dari gaunnya? Aku bahkan sudah memilih gaun yang paling indah disini untuk esok hadir. Dan dia mengejekku dengan pilihan gaunnya? Plak... Tepat sasaran! Aku menamparnya dengan kencang sampai ia menoleh memegang pipinya. Segera ku usap tanganku seakan terkena kotoran. "Kau mempermainkan ku lady Rose," gertak ku dengan mendesis. Putra mahkota yang tadinya ikut memilih gaun langsung mendatangiku dengan amarah, ditambah tangisan lady Rose yang membuat kami jadi sorotan para pelanggan Risya. "Kau tidak pernah berubah ya Adella!" Putra mahkota menarik kencang rambut panjang ku, mendekatkan wajahku padanya. "Kubilang jangan pernah menyakiti lady Rose lagi, dia milikku. Akan aku bunuh kau jika sekali lagi menyentuhnya." Putra mahkota menghempaskan ku begitu saja. Aku yang tersulut emosi menarik rambut Rose agar wajahnya terlihat, sekali lagi ku tampar pipinya kencang. Lelaki gila itu melotot marah, pedang yang menempel ditubuhnya ia keluarkan, menempatkannya tepat dileher ku. Setetes darah keluar dari leherku, bukannya takut aku malah menggenggam pedang itu hingga darah mengucur ditanganku. Ku singkirkan pedang itu lalu tertawa keras melihat putra mahkota diam saja karena terkejut dengan tindakan ku yang memang sudah diluar batas. Ku arahkan pedang itu tepat di bagian nadi di leherku, "Bunuh lah aku." Kataku, "Kau tahu, ayahku dan Raja bersahabat. Jika kamu membunuhku ayahku pasti akan membunuhmu. Raja tidak akan menghukum ayahku yang telah membunuh anaknya. Ayahku adalah bagian terpenting kerajaan, Raja akan lebih memihak ayahku dari pada kamu. Jangan lupa kau pun akan terganti oleh para saudaramu yang lain. Bagi Ayahmu, Raja kita, pion mu mudah tergantikan oleh anaknya, pion lain. Dan jika ayahku tiada, dia tidak akan mudah digantikan walaupun kedua putra ayahku menyatu berusaha mengalahkannya." Skak! Mati kau putra mahkota. Pedang itu meluruh perlahan, aku menghela napas. Ingatlah aku sudah tidak ada harapan hidup, jika aku mati syukur, lalu jika aku masih hidup aku akan lanjut berjuang. Lagipula, "Akulah antagonisnya." Mencari segala cara agar Lady Rose kalah dariku. Tidak ada lagi pikiran menjauh, ia ingin mengalahkan protagonis perempuan sialan itu. Aku tersenyum, untung saja tadi aku sempat memilih beberapa barang agar sampai ke mansion keluarga Erland, jadi aku bisa langsung pulang saat mendapat kekacauan. "Sampai jumpa dihari ulang tahun anda, semoga tuhan selalu memberkatimu," kembali ucapan ku menjadi Formal. "Lalu lady Rose, tunggu pembalasanku," aku berbisik di telinganya dengan seringaian sebagai tanda perpisahan untuknya.Adella POV..."Dari mana?""Bertemu penyusup Jackson, lalu bekerjasama.""Dan baru pulang sepagi ini?""... Iya."Keterdiaman cukup lama menyerang kami. Tentu Aku-Adella dan ayah, siapa lagi?"Hah..." Aku sedikit terperanjat saat ayah menghela napas segusar itu.Ayah kenapa? Aku baru melihat tatapan aneh dari mata ayah. Seperti pasrah, khawatir, takut, segalanya ada disana.Pagi ini aku memang baru tiba kembali di mansion, biasanya yang menemani kepulangan ku adalah tatapan khawatir."Kerajaan Wordans menyatakan perang." Mataku yang sedikit sipit membulat, aku tentu tahu kerajaan itu. Tapi... Mengapa hari ini? Bukankah seharusnya satu tahun mendatang saat beberapa hari kedewasaanku. Itupun setelah tak lama Adella.Kurasa Duke sangatlah tahu pikiran ku. Tapi buka itu yang ingin ku dengar. Astaga! Aku harus mencegah ayah berperang."Jenderal kerajaan tidak mampu mengalahkan mer
Bosan. Itulah yang Adella rasakan malam ini.Sehabis mengacau ia tertidur panjang hingga malam tiba, ia yakin tak akan mampu tertidur lagi setelahnya.Telunjuk kanannya ia gigit pelan mencari solusi kebosanannya dengan tubuh setia duduk bersandar dikursi dekat jendela kamarnya. Gemilang bintang terlihat indah diluar jendela yang sengaja ia buka, ada bulan bulat penuh berdiri sendiri.Sesekali Adella menghela napas gusar, sungguh rasa bosan sangat menyiksanya. Tubuhnya refleks berdiri, beranjak kelemari besar penuh gaun dan korset, ada beberapa pakaian lain disana.Tangannya mengambil jubah hitam dengan bulu di bagian sisi tudungan jubah itu. Memakainya lalu berlari cepat kearah jendela, melompat dari kamarnya tanpa rasa takut.Adella melayang tepat saat ia akan sampai menginjak tanah, ia putuskan mencari kesenangan kembali malam ini."Edrick? Hm... Tidak. Ada Duke Weria diperbatasan Utara, bisa bisa aku berhenti dan menginap lagi
Pagi hari tiba dengan cuaca secerah mentari, berbeda dengan cuaca kemarin yang seharian bergemuruh hujan lebat.Adella sudah siap dengan pakaian maid Weria. Tidak mungkin ia memakai gaunnya kemarin karena kotor dan basah. Berbekal jubah anti airnya yang berwana biru kemarin, pakaian maid yang ia pakai tertutupi dengan benar.Rambut pendeknya ia rapihkan saat akan memakai tudungan jubah. Bersiap menaiki kuda putihnya yang ia tinggal semalaman dipeteduhan. Duke Kaidar Puth Weria, nama panjang yang ia dengar tadi pagi dari pemiliknya. Lelaki itu mengantar kepergiannya dengan Raiden dalam pelukan.Sekali lagi ia mengusap kepala Raiden pelan, setelahnya berjinjit mencuri cium pada Duke Weria."Kau boleh berkunjung ke mansion ku. Bawa Raiden, aku akan merindukannya."Adella tak sanggup melihat tatapan sedih Raiden seakan bayi itu tahu ia akan meninggalkannya."Jika terjadi sesuatu pada Raiden tolong beri tahu aku. Aku pergi." ...Kuda putih Adella berlari kencang memasuki gerbang utama ma
"Raiden mommy yang manis, saatnya kita makan!""Mam..."Adella mengangguk seakan mengerti ucapan Raiden, "Iya, mam..." Katanya membawa Raiden kepelukannya."Daddy-nya Raiden dimana ya?"Adella celingak-celinguk mencari keberadaan Duke Weria, dimansion ini lebih banyak manusia berseragam prajurit dibandingkan maid.Didominasi lelaki, dari koki, tukang kebun, pembersih mansion dan lainnya. Dari saat ia sampai dimansion Duke Weria, Adella hanya dapat melihat beberapa maid yang dikhususkan menjaga Raiden, selebihnya laki-laki."Permisi..."Adella tergelak pelan. Kenapa harus permisi? Ia kan bisa langsung menanyai perihal Duke Weria pada prajuritnya."Eum... Duke Weria?" Prajurit didepannya menunduk sebentar saat melihat Raiden ada digendongan Adella."Tuan ada di kamarnya, Lady."Tentu prajurit Weria tahu kedatangan Lady Adella ke mansion tuan nya, ia bahkan bersyukur karena kedatangan Adella sedikit membuat area mansion tidak sesuram biasanya. Ada kehangatan yang Adella berikan baik un
Siang hari terasa dingin bagi orang orang yang beraktivitas diluar rumah, cuaca ekstrem datang membuat banyak orang lebih memilih berdiam diri dirumah masing masing.Hujan lebat dengan angin yang ikut bergemuruh menabrak pohon pohon besar, petir bersautan menakut nakuti para anak kecil agar bersembunyi diperlukan sang ibu. Ditengah cuaca hujan lebat itu, putri seorang Duke Erland dengan sengaja ya keluar dari mansion berbekal jubah besar berwarna biru dengan tudungan yang menutupi kepalanya agar tidak terlalu basah. Kuda putih yang didapatnya beberapa waktu lalu dari seorang prajurit sudah siap berlari membawa berat tubuhnya.Adella bersiap seraya berdecak melihat Nicholas tepat berada dibelakangnya, memaksa ikut kemanapun Adella pergi. Ia berbalik dengan berkacak pinggang, menilai penampilan Nicholas yang memang terlihat sangat siap mengikutinya dengan kuda berwarna coklat disampingnya."Kau... Kembali ke mansion!" Perintah Adella kesal.Nicholas menggeleng seraya tersenyum lucu,
"Ayo ayah!"Hari Adella berlibur tiba. Persiapan yang Duke lakukan demi membuat Adella senang selesai dengan cepat.Duke juga memaksa kedua putranya agar ikut berlibur meninggalkan berkas berkas kerajaan yang menumpuk menunggu mereka kerjakan.Mereka setuju saja karena memang ucapan Adella tempo lalu membuat mereka selalu terpikirkan tidak ada salahnya mereka ikut berlibur.Adella berbeda, kini jika mereka mengacuhkan Adella maka Adella akan lebih mengacuhkan mereka.Bahkan adik mereka itu berharap datangnya kematian untuk kedua kakaknya.Ada yang aneh. Vincent dan Yuand hanya ingin tahu apa yang membuat Adella begitu membenci mereka. Mereka hanya memikirkan hal itu tanpa tahu bagaimana perasaan Adella saat mereka acuhkan dulu.Sekarang, saat diacuhkan kembali mereka bertanya tanya mengapa Adella mengacuhkan mereka? Apa salah mereka? Secepat itulah mereka lupa akan sikap mereka pada Adella dulu."Aku ingin bersama ayah! Berdua!" Adella berkata lantang saat melihat dua kereta kuda ber