Jelita pergi ke rumah sakit setelah dari cafe, bertemu Aksa tadi. Dia yakin, pasti Aksa akan menuruti keinginannya. Sebenarnya video tadi hanyalah sebuah rekayasa. Jelita tak mungkin melukai cucunya sendiri, dia sengaja berbohong pada Kyra untuk bermain penculik dan polisi. Ternyata Kyra menyetujui dan menuruti permintaan omanya bahkan Kyra sangat bersemangat bermain karena banyak teman sabayanya tadi.
Jelita masuk ke dalam ruangan Zeline. Ternyata di sana juga ada dokter Rendi.
"Dokter," ucap Jelita dari arah pintu.
"Nyonya, syukurlah anda datang cepat. Nona Zeline sadar kembali." ucap dokter Rendi.
Jelita berjalan cepat, dia mendekat ke arah ranjang dan melihat Zeline yang membuka mata. Dia mengelus kepala Zeline.
Zeline menggerakkan kepalanya, sangat pelan karena dia merasa seluruh tubuhnya kaku.
"Ma..ma.." ucapnya, suaranya terbata-bata."Ya Zeline, mama di sini. Apa masih sakit?" tanya Jelita.
Zeline mengangguk, dia ingin bertanya ta
Aksa terbangun dari tidurnya, dia melirik ke samping tempat tidurnya, tidak ada Leta di sana. Dengan gerakan malas akhirnya dia bangun, melihat jam di atas nakas yang masih menunjukan jam 5 pagi. Aksa menuju ke kamar mandi, masih terlalu pagi untuknya mandi akhirnya dia hanya membasuh mukanya saja. Lalu keluar mencari keberadaan istrinya.Leta sedang membuatkan sarapan untuk Aksa, dia sendirian di dapur dan bibinya belum datang. Mungkin karena Leta terlalu bersemangat dia ke dapur pagi-pagi sekali.Dari arah ruang makan Aksa masuk, melihat Leta yang memasak dia mendekati dan memeluknya dari arah belakang. Dia meletakkan dagunya di bahu Leta, melihat tangan Leta yang lihai memasak."Pagi sayang," ucap Aksa dengan suara yang masih serak."Pagi, kenapa kau sudah bangun?" tanya Leta."Karena gulingku pergi tanpa menciumku," kata Aksa diselingi tawa."Kau ini, sudah jangan begini. Nanti bibi melihat kita," kata Leta mengusir halus Aksa, dia
Sudah 6 minggu Aksa menuruti kemauan bibinya. Tapi setiap kali dia menanyakan kabar Kyra, bibinya selalu mengelak. Aksa sudah sangat frustrasi dengan ini, dia sudah menyuruh beberapa orang kepercayaannya untuk mencari putrinya. Tapi hasilnya nihil, dia terpaksa menuruti semua permintaan bibinya karena dia satu-satunya kunci keberadaan Kyra sekarang.Meskipun Aksa bisa melakukan sesuatu dengan bibinya, tapi dia takut bibinya tidak sendirian. Jadi meskipun dia ingin menjebloskan bibinya atas penculikan putrinya, dia takut masih ada orang di belakang bibinya.Setiap hari dia selalu pulang larut karena menemani Zeline. Dia sudah mulai lelah dengan semua ini, tapi perkataan istrinya selalu dia ingat bahwa yang terpenting dia harus menemukan Kyra terlebih dahulu. Bahkan Aksa jarang memperdulikan Leta, setiap pagi dia harus bekerja di kantor dan setiap pulang dia selalu menemukan Leta sudah tertidur, dia tidak tega membangunkan istrinya, tubuhnya yang lelah pun sering langsung
Zeline berada di kamar Aksa, dia menunggu kepulangan Aksa. Tapi sampai selarut ini Aksa tidak pulang. Dia merasa cemas, apa terjadi sesuatu dengannya.Ketika Zeline ingin merebahkan dirinya, dia melihat foto seorang gadis kecil yang sangat cantik bermain di ayunan. Entah mengapa dada Zeline sedikit sesak, apa itu anaknya? Jadi selama ini buah cintanya dengan Aksa selamat? Ia meteskan air mata sambil mengusap foto itu.Seharian dia disuruh ibunya untuk tidur, dia juga belum mengelilingi kamar ini. 6 tahun yang lalu dia tidak diperbolehkan sama sekali masuk ke kamar Aksa, meskipun saat itu dia sudah menjadi istrinya tapi tetap saja Aksa selalu dingin padanya.Tapi sekarang tidak, dia berfikir bahwa Aksa sudahlah berubah, nyatanya dia membolehkan Zeline tidur di kamarnya, bahkan saat dia sadar kemarin Aksa selalu menjenguknya dan menghabiskan waktu di rumah sakit.Zeline menghela nafas pelan, besok dia akan menanyakan apa bayinya waktu itu selamat, jika iya kena
Zeline sedang duduk di taman bersama ibunya, sudah dua hari Aksa tidak pulang ke rumah dan itu membuatnya kepikiran. Ibunya tidak terlalu memikirkan itu, setiap kali dirinya bertanya ibunya hanya menjawab Aksa sedang sibuk di kantornya.Zeline menghela nafas perlahan, dia sangat bosan dan ingin segera keluar dari rumah ini. Di rumah dan di rumah sakit tak ada bedanya, Zeline merasa bosan karena tidak adanya Aksa.Zeline terlihat memikirkan bagaimana jika dia jalan-jalan saja, tapi dia melirik ke ibunya, pasti itu juga akan dilarang. Huh... Tiba-tiba dia ingat yang ada dipikirannya semalam. Dia menoleh ke arah ibunya yang sedang asik bermain handphone itu."Mama," ucap Zeline"Ya," saut Jelita tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya."Ma, aku...aku ingin bertanya," ucap Zeline gugup."Bertanyalah, selagi aku tau jawabannya pasti akan ku jawab," ucapnya melirik sedikit anaknya, tapi kembali lagi pada handphone yang ada di tangannya."
Seorang pria memakai jaket kulit, mengendarai montor membuntuti mobil yang berada di depannya. Meskipun dia mengambil jarak, tapi sebisa mungkin dia tidak tertinggal oleh mobil itu. Setelah berkendara sedikit lama, dia melihat mobil itu masuk di sebuah rumah dengan tulisan panti asuhan.Pria itu menghentikan sedikit jauh montornya lalu menelfon seseorang. Setelah mengatakan apa yang dia lihat, dia lalu mencari sebuah warung untuk beristirahat, sekalian memantau pergerakan mobil tadi.**"Ma, apa maksudnya ini?" Zeline berdiri dan menghampiri ibunya yang sedang duduk."Ya, itu benar," jawab Jelita singkat."Apa yang benar?" suara Zeline terdengar lantang. Membuat Kyra bersembunyi di belakang tubuh bu Kimmy."Itu semua benar, Aksa sudah menikah lagi, dan kau tau kenapa putrimu berada di sini?" tanya Jelita yang emosi kepada Zeline, dia menatap tajam putrinya. "Aku melakukannya demi kau, agar Aksa bisa kembali lagi dengan kau. Sekarang, bukannya bert
Aksa membawa Kyra dan Leta ke kamar Kyra, dia mendudukan Kyra di ranjang dan dia berjongkok di depannya."Papa kangen sekali sama Kyra, apa Kyra mengalami kesulitan selama ini?" tanya Aksa pada Kyra dengan lembut.Kyra hanya menggeleng, "Kyra kangen sama Papa dan Mama," ucap Kyra melihat Aksa dan Aletha bergantian.Aksa tersenyum, dia mengelus kepala putrinya itu, "Baiklah, Kyra mandi dulu ya. Papa dan Mama ingin berbicara sebentar," ucap Aksa."Oke Pa," Kyra mengangguk dan berlari ke kamar mandi.Aksa lalu berdiri dari jongkoknya, lalu duduk di tepi ranjang. Dia melihat Leta yang masih berdiri, dia pun menarik tangan Leta agar Leta duduk di pangkuannya. Dia memeluk perut Leta agar Leta tidak terjatuh, menatap lembut wajah Leta, tangannya mengelus pipi Leta yang memerah.Aletha hanya diam, dia menutup matanya tatkala tangan Aksa menyentuh pipinya yang masih terasa sakit."Akan ku minta bibi untuk mengompresmu agar tidak memar. Aku masih ada
Mereka sedang berbaring di ranjang kamar Kyra. Kyra berada di tengah dengan Aksa dan Leta di samping. Leta juga bertanya apa saja yang dilakukan Kyra selama di sana, dengan semangat Kyra menceritakan semua kejadian yang dialaminya 2 bulan ini.Meskipun Kyra sedih karena ditinggalkan sendiri di sana oleh omanya, tapi dia mempunyai banyak teman di tempat panti asuhan itu. Bahkan ada salah satu teman Kyra sangat baik pada Kyra, selalu menemani Kyra saat dia menangis."Papa, bisakah kita ke sana lagi? Kyra ingin bertemu dengan teman Kyra," ucap Kyra menoleh ke arah Aksa.Aksa memiringkan tubuhnya menghadap ke arah putrinya, dia menatap Kyra dan mengangguk."Jika Papa libur kita akan ke sana bersama mama," ucap Aksa."Yeay, beneran ya Pa. Kyra ingin bermain dengan teman-teman Kyra di sana," ucap Kyra girang."Baiklah tuan putri, karena ini sudah malam. Ayo segera tidur, Mama juga sudah mengantuk ini," kata Leta lembut pada Kyra.Kyra mengangguk,
Tiga orang itu sedang duduk di sebuah sofa yang berada di apartemen, Tommy membawa ibu dan adiknya untuk tinggal sementara bersamanya.Zeline beranjak pergi ke dapur, ingin membuatkan minuman. Setelah beberapa saat, dia kembali lagi ke tempat semula berkumpul dengan keluarganya."Kenapa sampai bisa kalian diusir?" ucap Tommy tanpa basa-basi."Ini semua gara-gara Mama, dia mengancam Aksa lewat anak kami," kata Zeline mengeluh."Hei, kau menyalahkanku? Ini semua juga gara-gara dirimu yang terlalu lama tidur," ucap Jelita tak mau kalah dengan anaknya."Sudahlah, jawab saja pertanyaanku, jangan membawa urusan lain di hadapanku. Aku sudah pusing dengan semua ini," ucap Tommy melerai keduanya. Memang, sedari dulu Tommy selalu melangkah sendiri tanpa melibatkan ibunya dan adiknya. Tapi tetap saja tujuan mereka sama saja, yaitu Aksa."Bagaimana dengan rencanamu?" tanya Jelita pada anak lelakinya itu."Hem, tinggal sedikit lagi. Aku berhasil menghasu