Share

4. Bertemu

Author: Sinokmput
last update Last Updated: 2021-05-20 22:23:09

Aletha memandang pada pria yang baru saja bersuara itu, belum sempat Aletha menjawab, sopir taksi tadi sudah menyela duluan.

“Ini pak, dia naik taksi udah muter-muter sampai 1 jam tapi pas ditagih uangnya dia tidak punya, jika tidak punya sebaiknya jangan naik taksi, jalan kaki kan bisa. Menyusahkan orang saja," ucap sopir taksi tadi.

Aletha menggelengkan kepalanya menatap memelas pada pria tersebut. “Bukan, bukan begitu. Aku juga tidak tahu dompetku di mana. Sungguh aku benar-benar kecopetan tadi, sekarang pun aku bingung, aku baru pertama kali ke kota ini.” Ucap Aletha.

“Halah pasti kau cuma cari alasan agar kau bisa kabur tanpa membayar taksi kan," ucap sopir tadi lagi.

“Berapa biayanya?“ tanya pria tersebut yang tak lain adalah Aksa.

“270 ribu pak,” kata sopir tadi singkat.

Aksa mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang, dia menyerahkan 4 lembar uang ratusan dan menyerahkannya pada sopir tadi. “Ini buat bapak, dan tolong segera bubar. Jangan membuat kerumunan seperti ini,“ kata Aksa yang melihat kesekelilingnya.

Akhirnya semua yang ada di sana membubarkan diri masing-masing. Sopir taksi tadi mengeluarkan koper beserta tas Aletha dan melemparkannya di hadapan Aletha. Dia memandang Aletha tak suka. Setelahnya dia masuk ke dalam mobil taksinya dan berlalu pergi dari sana.

Aletha mengambil tas gendongnya lalu memakainya di pundaknya. Dia memandang Aksa dan tersenyum pada pria itu. Dia membungkukan badannya sambil berkata. “Terimakasih tuan, terimakasih telah membantuku, aku tidak tahu harus membalas kebaikan anda dengan apa.” 

Aksa hanya melihat Aletha, dan dia mengangguk. Setelahnya dia meninggalkan Aletha dan berjalan ke arah mobilnya. Belum sempat dia membuka pintu teriakan gadis tersebut mengusiknya.

“Tuan.... Tuan tunggu. Bolehkah aku meminta tolong pada Tuan,” kata Leta berlari menyusul Aksa.

“Hem, ada apa?“ kata Aksa mengangkat salah satu alisnya menatap Leta.

“Aku masih baru di sini dan aku mengalami kesusahan karena kecopetan tadi. Bolehkah aku menumpang mobil Tuan. Aku ingin ke alamat ini untuk menyusul bibiku,” kata Aletha sambil menyerahkan secarik kertas pada Aksa.

“Kau yakin ini alamat bibimu. Sepertinya tidak ada alamat ini di sini,” kata Aksa.

“Tapi tuan, ini alamat yang di berikan oleh bibiku semalam. Saya tidak bisa menelefonnya, karena handphone saya sepertinya ikut kecopet,“ kata Aletha.

“Aku sedang buru-buru sekarang, bagaimana jika kau ikut aku dulu. Nanti setelahnya akan ku antarkan kau mencari alamat rumah bibimu.” Kata Aksa sambil membuka pintu mobilnya dan melihat ke arah Aletha.

Awalnya Aletha ragu tapi jika dia di sini bagaimana nanti dia mencari alamatnya, sedangkan Leta tak punya apa-apa sekarang.

Akhirnya Leta menganggukan kepalanya dan tersenyum pada Aksa. “Baik tuan, terimakasih.” Dia berjalan ke arah samping dan membuka pintu mobil tersebut. Setelahnya dia masuk ke dalam.

Aksa yang melihat Leta sudah masuk segera melanjukan mobilnya. Dia melihat ke arah jam tangan yang bertengger di tangannya. Melihat jam yang ternyata dia sudah 40 menit sejak kepergiannya dari kantornya tadi. Dia segera menancapkan gas, menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di rumah. Pasti sekarang putri kecilnya itu akan cemberut melihat dia yang terlambat seperti ini.

Aletha hanya diam, dia sebenarnya ingin bertanya siapa nama orang yang sudah menolongnya. Tapi melirik orang yang ada di sampingnya itu kelihatan sekali memang sedang terburu-buru. Aletha pun hanya diam. Mungkin nanti jika diberi kesempatan berbincang, dia akan menanyakannya.

Beberapa menit berkendara akhirnya mobil tersebut memasuki rumah yang mewah bagi Aletha. Gerbang itu di buka dan di sepanjang jalan menuju rumahnya saja ditumbuhi pepohonan palem yang menambah sejuk pemandangan mata. Di sisi kiri terlihat taman dengan banyak bunga yang ditanam di sana. Terdapat ayunan dan kolam ikan terletak di pojokan antara taman dan batasan tembok luar.

Leta memandangnya dengan terkagum-kagum. Dia bahkan sampai tidak sadar jika mobil sudah berhenti tepat di depan rumah besar yang terlihat bak bangunan gedung, menurut Aletha. Sampai suara dari Aksa mengagetkan Leta.

“Kau akan tetap di sini? “tanya Aksa yang ternyata sudah membuka pintu mobil dan ingin keluar.

Aletha yang melihat hal itu pun langsung cepat-cepat melepaskan sealtbetnya dan membuka pintu mobil, sedikit berlari mengikuti Aksa yang sudah berjalan jauh di depannya.

“Papa,” teriak gadis kecil dengan rambut di bawah bahu, memakai bando mawar dengan rok senada dengan hiasan rambutnya, berlari ke arah Aksa.

“Hai sayang," kata Aksa sambil mensejajarkan badannya pada putri kecilnya itu, memeluk dan menciumi kepala gadis kecil itu.

“Kenapa Papa lama sekali,” ucap Kyra setelah melepas pelukan ayahnya.

“Maaf sayang, Papa tadi sedang menolong orang. Jangan cemberut lagi ya, Papa membawakan kamu ice cream cocholate kesukaanmu,” ucap Aksa menyerahkan bingkisan ice cream yang dibelinya tadi di minimarket.

Aletha hanya memandang adegan di depannya itu dengan tersenyum. Ternyata pria yang menolongnya tadi sangat sayang pada anaknya. Terlihat sekali dengan cara dia memperlakukan putrinya ketika pertama kali bertemu. Pasti keluarganya sangat harmonis, pikirnya. 

Saat Aksa akan menggandeng tangan Kyra untuk masuk ke dalam. Dia tiba-tiba menoleh ke arah belakang dan melihat Leta yang masih berdiri di sana. Dia menggendong putrinya dan berjalan ke arah Leta.

“Kyra, kenalkan ini kakak yang Papa tolong tadi,” ucap Aksa sambil melihat wajah putrinya yang masih tersenyum.

“Hallo tante, namaku Kyra,” ucap Kyra sambil melambaikan tangan.

“Hallo Kyra, kenalin nama kakak, Aletha. Kyra bisa memanggil kakak dengan sebutan kakak Leta,“ ucap Leta tersenyum ke arah Kyra.

Kyra hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum melihat Leta. Setelahnya Aksa menyuruh Leta masuk ke dalam.

Leta mengikuti langkah Aksa yang membawa mereka ke arah dapur. Leta masih mengagumi bentuk dari rumah ini yang terkesan elegan dan tak terlalu banyak furnitur.

Sesampainya di dapur Aksa menurunkan Kyra ke kursi, dan menyuruh Leta untuk duduk juga. Dia melonggarkan dasinya dan membuka kancing paling atas kemejanya itu.

“Bibi, tolong siapkan mangkuk untuk Kyra makan ice cream,“ teriak Aksa.

“Iya tuan,” jawab suara dari arah belakang.

Saat bibi itu hampir menyerahkan mangkuk yang akan digunakan untuk majikan kecilnya itu, dia berteriak kaget saat melihat keponakannya ada di sini.

“Aletha.”

**

Hayoo... Siapa nih yang manggil Aletha 😅😅

Sinokmput

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Siti Bue Azzam
Aihh ternyta si bibi prima krj, jd ART. Di rumah aksa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Antara Aku dan Dia    96. Bonus Part

    *8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke

  • Antara Aku dan Dia    95. Kelahiran Baby Twins (End)

    Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di

  • Antara Aku dan Dia    94. Berbelanja

    "Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send

  • Antara Aku dan Dia    93. Rumah Sakit Jiwa

    "Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa

  • Antara Aku dan Dia    92. Menjenguk Baby

    WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur

  • Antara Aku dan Dia    91. Pesta Perayaan

    Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status