Aletha Ayunindya, diusir dari kediamannya sendiri oleh keserakahan pamannya. Pergi ke kota dan bekerja bersama bibinya. Dia bertemu dengan Aksa Delvin Arrayan, kesehariannya yang merawat putri Aksa membuat dirinya dan Aksa mempunyai perasaan yang sama. Di saat mereka memutuskan untuk menikah, di hari itu juga istri Aksa terbangun dari komanya. Apa yang akan terjadi pada pernikahan yang baru seumur jagung itu?
Lihat lebih banyakGadis itu menangis sedih, di hadapannya masih terlihat tanah yang masih basah dan tertancap batu nisan atas nama Abdul Rahman. Dia menangisi ayahnya yang meninggalkan dia sendirian di dunia ini. Setelah ibunya meninggal 2 tahun yang lalu, sekarang ayahnya menyusul sang ibu tercinta. Dia hanya anak satu-satunya dari orang tuanya. Tidak memiliki saudara kandung.
Aletha Ayunindya, gadis berusia 20 tahun. Bukan berasal dari keluarga kaya, tapi keluarganya bisa dibilang berkecukupan. Ibunya meninggal karena sakit paru-paru yang dialaminya 5 tahun belakangan. Sekarang ayah tercintanya pun juga meninggalkannya karena kecelakaan yang menimpanya.
Dia adalah gadis pekerja keras, setelah lulus dari sekolah Sma, dia berkuliah di Universitas Swasta di kotanya. Sambil berkuliah dia juga bekerja untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengandalkan ayahnya. Padahal ayahnya selalu bilang agar dirinya fokus terhadap belajarnya dan jangan memikirkan tentang biayanya. Tapi Aletha adalah gadis yang keras kepala, tak menuruti perintah ayahnya karena dia kasian melihat ayahnya bekerja di usianya yang sudah menua.
Kemarin, saat Aletha di Kampus. Dia menerima telepon dari nomor yang tidak di kenal, memberitahukan bahwa ayahnya masuk rumah sakit karena kecelakaan. Aletha pun bergegas ke Rumah Sakit yang disebutkan oleh penelefon tadi. Tapi saat sudah sampai di sana, alangkah terkejutnya Aletha bahwa ayahnya sudah tiada.
Aletha menangis karena di detik-detik terakhir ayahnya tiada, Aletha tak sempat bertemu dengan beliau. Itulah yang disesali Aletha sampai sekarang. Bahkan sampai saat ini Aletha masih menunggu di depan makam sang ayah dan enggan untuk pergi dari sana.
Sampai senja menyapa dan terdengar suara adzan. Akhirnya Aletha berjalan meninggalkan makam sang ayah. Dia berjalan lunglai sambil tangannya memeluk dirinya sendiri. Dia menatap kosong pada jalanan yang sekarang mulai tampak basah akibat tergenangi rintik hujan yang semakin lama semakin deras.
Tapi Aletha tak memperdulikan hal itu, dia berjalan di tengah-tengah hujan, menuju ke arah rumahnya yang ternyata letaknya sedikit jauh dari area pemakaman tadi. Sesampainya di rumah, Leta bergegas untuk mandi dan setelahnya berbaring di ranjang.
Leta memeluk guling dan kembali menangis, atas kepergian orang yang dia sayangi. Dan sekarang dia sudah tidak memiliki orang tua di dunia ini. Bagaimana nasibnya nanti, dan bagaimana dia menjalani hidup kedepannya. Lelah karena menangis, akhirnya Leta tertidur di tengah malam yang membawa dingin karena hujan masih mengguyur daerah tersebut.
Pagi harinya Leta bangun seperti biasa. Dia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, setelahnya dia berjalan ke arah dapur dan membuka tempat penyimpan makanan. Dia berniat membuat sarapan nasi goreng. Aletha mengeluarkan bahan yang sekiranya akan digunakannya. Dia memasak sarapan dan menghidangkan makananya di meja, Leta merasakan kekosongan yang teramat sangat pada paginya kali ini. Biasanya dia akan bercanda dengan ayahnya, membuatkan sarapan dan tentunya kopi manis sebagai pelengkap pagi ayahnya yang akan bekerja.
Tapi pagi ini semuanya kosong, sepi, hening dan itu menyebabkan butiran air dari mata Aletha mengalir pelan lagi. Dia menangis tanpa suara, mengingat dengan jelas kenangan-kenangannya bersama ayahnya. Lama-lama tangis itu pecah dan membuat Leta tak mampu lagi berkata kata.
~
Hari demi hari terlewati, minggu demi minggu berlalu. Aletha, seperti biasa dia melakukan aktifitasnya. Bangun pagi hari, berkuliah, sehabis itu dia bekerja. Hari-harinya terlihat membosankan dan jenuh, tapi dia tetap menjalaninya dengan semangatnya yang tak pernah luntur karena teringat nasehat ayahnya.
Malam ini, Aletha pulang agak larut karena tadi cafe tempat dia bekerja sedang di booking seseorang untuk merayakan hari ulang tahunnya. Dia sampai rumah jam 9 malam lebih 20 menit. Ketika dia sampai di depan rumahnya. Dia heran karena melihat pintu rumahnya terbuka.
Dan saat dia masuk, di sana terlihat paman dan bibinya sedang ada di ruang tamu bersama seorang pria paruh baya yang menatap ke arahnya setelah dia membuka pintu rumahnya itu.
“Paman, Bibi, apa yang kalian lakukan di sini?“ tanya Aletha heran.
“Aletha, mulai sekarang rumah ini bukan milikmu lagi, Bibi sudah menjualnya kepada Pak Rama. Dan mulai besok kau harus segera pergi dari sini,“ ucap bibi Aletha ketus menatap ke arah Aletha.
“Apa maksudnya Bi, ini kan rumah orang tuaku, kenapa bisa Bibi menjualnya tanpa sepengetahuanku?" ucap Aletha masih tidak percaya.
“Orang tuamu memiliki hutang kepada kami, jadi dengan ini aku anggap semua lunas. Kau boleh menginap malam ini, tapi besok pagi kau harus segera mengosongkan rumah ini, karena mulai besok Pak Rama akan tinggal di sini,“ ucap pamannya yang berlalu pergi meninggalkan Aletha
“Mari pak,“ kata Paman Aletha sopan kepada pria paruh baya yang ada di hadapannya.
Mereka bertiga keluar meninggalkan Aletha yang tiba-tiba jatuh terduduk menangis dengan histeris.
“Kali ini apa lagi ya Tuhan,” ucap Leta serak sambil memukul-mukul dadanya yang terasa nyeri.
Dia tak sanggup lagi berkata-kata, kenapa paman dan bibinya begitu tega dengannya, padahal selama ini keluarga Aletha selalu baik terhadap keluarga pamannya yang ada di sini itu. Aletha tak habis pikir, kenapa paman dan bibinya tega menjual rumah yang menjadi kenangannya bersama keluarganya tanpa mengatakan kata sedikit pun.
Kalau pun memang mereka punya hutang, setidaknya jika Aletha tahu pasti Aletha akan berusaha untuk melunasinya. Jika sudah begini, apa yang harus Aletha lakukan, apa yang akan terjadi padanya besok jika benar-benar dia diusir pergi dari sini.
“Ayah, Ibu, apa yang harus Aletha lakukan?“ kata Aletha dalam hati, tangisannya masih belum berhenti.
**
Hallo readers, ini novel pertamaku di GoodNovel. Jangan lupa berikan review ulasan dan bintang 5 ya, wajib masukin pustaka agar kalian tidak ketinggalan ceritanya. Author padamu 🌷
Sinokmput
*8 tahun kemudian."Papa pulang..."3 anak yang sedang bermain itu menoleh. Melihat papanya yang merentangkan tangan dari arah pintu, membuat Kyra dan juga Reyna berlari ke arah Aksa. 2 gadis kecil beda usia itu memeluk papa mereka dengan erat. Memang, sudah 2 hari mereka tak bertemu karena papanya itu ada bisnis di luar kota.Aksa mengecup pipi Kyra dan Reyna bergantian. Setelahnya, pandangannya beralih pada Raydin yang masih duduk membaca buku. Aksa mendekat ke arah anak lelaki satu-satunya itu."Raydin." panggil Aksa.Anak lelaki itu langsung menoleh dan menatap ke arah papanya. "Ya, Papa.""Kenapa kau tidak memeluk Papa seperti yang lain, kau tidak merindukan Papa?" tanya Aksa."Rindu," ucap Raydin sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Tapi kita sama-sama lelaki ayah, aku tak mau memelukmu."Aksa yang mendengar ini merasa tercengang. Bagaimana bisa anak yang berumur 8 tahun ini berbicara seperti ini? Entah Aksa harus terke
Leta sedang menyirami taman ketika Aksa mendekat. Suaminya itu mengecup wajahnya berkali-kali sebelum pamit pergi ke kantor. Hari demi hari terlewati begitu saja. Kandungan Leta sudah berusia 9 bulan. Kini dirinya sedang menanti kehadiran sang buah hatinya. Tangan Leta yang terbebas dari selang mengelus perutnya dengan lembut, Leta bahkan terdengar bernyanyi di sela-sela kegiatannya itu. "Mama." Kyra berlari menghampirinya, tak ingin membuat anaknya kotor karena sudah rapi, Leta mematikan kran airnya. Dia tersenyum pada putrinya yang memeluk dirinya. "Kakak Kyra berangkat sekolah dulu ya baby twins. Jangan nakal sama mama, dada.." Hanya sebatas itu, dan Kyra kembali berlari menghampiri Rossa yang sudah menunggunya. Leta hanya menatap Kyra dan menggelengkan kepalanya. Dia sangat senang karena Kyra terlihat menyayangi calon adiknya. Akhirnya Leta kembali dengan aktivitasnya lagi. Entah mengapa hari ini Leta sangat bersemangat. Di
"Papa... Kyra ikut..."Niat hati hanya ingin mengajak sang istri, kini Aksa hanya bisa menghembuskan nafas kasar ketika Kyra merengek ingin ikut.Gadis kecil itu tak sengaja memergoki kedua orang tuanya yang bersiap-siap ingin pergi. Tak ingin ditinggalkan, akhirnya dia mengeluarkan jurus merengeknya agar dirinya bisa ikut."Papa."Kyra kembali berucap ketika dirinya tak direspon, gadis kecil itu mendekati Aksa dan menggoyang-goyangkan lengan Aksa. Tatapan matanya yang terlihat sangat imut tak kuasa menahan Aksa. Akhirnya lelaki itu mengangguk dan tersenyum pada putrinya."Yeay...," sorak Kyra senang."Sekarang segera bersiap-siap... Minta kakak Rossa untuk ikut juga ya." pinta Aksa.Kyra langsung melaksanakan perintah papanya. Dia terlihat senang, bahkan saat turun dia terlihat bernyanyi, menirukan lagu anak-anak.Akhirnya, Farrel juga ikut mengantarkan mereka. Itu karena Aksa tak tega jika Rossa harus menemani Kyra send
"Aksa.""Hem." Aksa langsung menoleh ketika Leta memegang pundaknya, wanita itu menatapnya dengan pandangan rumit membuat Aksa menjadi heran."Aku ingin tahu keadaan Zeline." lirih Leta."Sudah kukatakan Leta, jangan ungkit lagi wanita itu. Kenapa kau begitu keras kepala." gerutu Aksa.Leta tampak menghela nafas, susah sekali meminta hal ini pada suaminya. Dia sudah berkali-kali membahas ini, tapi Aksa langsung menghindarinya. Kini Leta tak membiarkan hal itu terjadi, dia mengunci ruang kerja Aksa dan menyembunyikan kuncinya."Aku mohon, ini yang terakhir. Aku ingin melihat keadaannya." kata Leta."Kau terlalu baik Leta, kau bahkan tetap memaafkan wanita itu meskipun kau selalu dibuat menderita olehnya." Aksa tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah, tapi janji ini yang terakhir. Dan jangan ungkit masalah wanita itu lagi di depanku."Leta tersenyum manis, dia bahkan langsung memutar kursi Aksa ke arahnya. Dengan cepa
WARNING, area dewasa!!! Harap bijak memilah sebuah cerita.Entah mengapa jantung Aksa menjadi berdebar ketika melihat gunung kembar Leta sedikit terbuka. Dia memang sedang membantu Leta melepaskan gaunnya agar dia bisa bisa tertidur nyaman.Tapi sepertinya sekarang dia malah terjebak. Hasratnya tiba-tiba menjadi naik, dan dia tidak tahan. Aksa menggoda Leta, mencoba mengecupi pipi, bibir, leher dan dada atas Leta.Tak ayal karena itu Leta menjadi terusik dari tidurnya. Dia membuka matanya perlahan dan langsung kaget melihat Aksa ada di atas tubuhnya."Aksa, apa yang kau lakukan?""Aku menginginkanmu Leta."Leta tak sempat berucap lagi ketika Aksa dengan cepat membungkam bibirnya. Lelaki itu melumatnya dengan lembut, memberikan permainan yang cukup lama sampai Leta benar- benar terbuai.Tangan Leta langsung merangkul ke leher Aksa, dia memejamkan matanya dan menikmati ciuman Aksa.Aksa yang mendapat respon ini segera menur
Guan itu melekat pas di tubuh Leta. Perutnya yang membuncit tak menghalangi kecantikannya malam ini. Wanita itu bahkan terlihat sangat anggun. Kalung permata yang digunakannya senada dengan anting dan cincin yang terpasang di jari manisnya. Rambutnya dicurly, sebagian dirapikan ke arah belakang. Leta benar-benar cantik malam ini."Kau siap?" Aksa tiba-tiba ada di belakang Leta dan memeluknya. Dia mengecup singkat pipi istrinya dan menatapnya lewat cermin."Aku sedikit gugup." Memang, baru kali ini Leta menghadiri pesta. Dan pesta kali ini bukan sembarang pesta. Aksa membuat perayaan kehamilan Leta yang menginjak 7 bulan. Dia bahkan mengundang seluruh karyawannya untuk hadir, tentunya dengan para kolega bisnisnya juga."Tak apa, aku akan ada di sisimu," ucap Aksa sambil tersenyum.Aksa lalu menggandeng tangan Leta untuk turun ke bawah. Di sana sudah ada Farrel dan Kyra yang menunggu. Sebagian orang bahkan sudah berangkat duluan ke kantor Aksa.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen