Leta masih sedih, sejak pulang dari kampung halamannya Kyra belum mau bermain dengannya. Aksa yang merasa kasihan kepada istrinya itu mengajak Leta untuk ikut ke kantornya. Mau tak mau Leta mengiyakan ajakan suaminya.
Saat Aksa ingin masuk ke mobil setelah menutup pintu sebelah yang di tempati Leta, Kyra memanggilnya.
"Papa." Kyra berlari dari dalam rumah menuju ke arah papanya.
Aksa tersenyum, dia menyambut putri kecilnya lalu memeluknya. Menciumi kepala gadis mungilnya itu.
"Papa, bolehkah Kyra ikut mama untuk menjenguk oma ?" tanya Kyra dengan polosnya.
Aksa yang mendengar itu menyerngitkan alisnya dalam. Dia lalu menatap tak suka ke arah Zeline yang baru saja keluar dari dalam rumah.
Sedangkan Zeline yang ditatap hanya tersenyum sekilas pada Aksa, dia mendekat ke arah mereka.
"Apa Papa akan ikut?" tanya Zeline yang ikut berjongkok, agar dia bisa sejajar dengan Kyra dan Aksa. Leta yang melihat itu dari dalam mobil hanya diam memper
Aksa melirik ke arah Leta yang duduk di sofa, memainkan handphone nya dengan bosan. Dia tersenyum sedikit sebelum beranjak dari duduknya dan menghampiri istrinya."Kau bosan?" tanya Aksa yang duduk di sebelah Leta, dia menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Leta.Leta melirik sekilas ke arah suaminya dan mengangguk. Dia kembali lagi, sibuk dengan handphonenya.Aksa tersenyum lagi, dia mengecup singkat pipi Leta. "Bagaimana jika kita jalan-jalan?" tanya Aksa, dia memeluk istrinya dari samping."Tidak, lagi pula kakiku masih sakit. Aku hanya merindukan Kyra, Aksa. Sudah beberapa hari ini dia tidak ingin bermain denganku. Apa aku membuat kesalahan?" tanya Leta lirih, suaranya terdengar begitu sedih.Aksa segera memeluk istrinya ketika melihat wajah muram dari istrinya lagi."Secepatnya, kita akan bisa bermain dengan Kyra lagi sayang. Aku masih mengajukan surat perceraian itu, entah kenapa sudah berbulan-bulan tapi belum masuk juga ke
Aksa menutup dokumen yang berada di depannya. Dia menyenderkan badannya ke kursi, lalu menoleh, melihat istrinya yang ketiduran di sofa dengan buku yang ada di tangannya. Aksa tersenyum lalu beranjak mendekati Leta. Dilihatnya wajah ayu istrinya yang selalu membuatnya terpesona. Tak tega membangunkan istrinya, akhirnya Aksa beranjak keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Vino.Vino menoleh saat melihat bosnya masuk ke ruangannya. Dia segera berdiri menyambut kedatangan Aksa itu."Bagiamana, apa sudah selesai?" tanya Aksa."Belum Tuan,orang itu sangatlah licik. Kita berhasil menemukan orang suruhannya, meskipun mereka mengaku tapi kita tak mempunyai bukti. Sehingga akan sulit untuk mengajukannya ke pihak kepolisian." ucap Vino.Aksa mengangguk dalam diamnya. Dia juga memikirkan, bagaimana caranya agar semua kedok orang itu terungkap. Dia sedikit kesulitan karena sekecil apapun petunjuk berhasil dihilangkan olehnya."Baiklah, aku sudah lama memberi
Leta dan Kyra menoleh ketika Aksa keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkapnya. Dia segera berjalan mendekati putri dan istrinya, berbaring di samping Kyra. Menopang kepalanya menatap putri kecilnya yang beberapa hari ini tak ingin dekat dengannya."Kau sudah makan sayang?" tanya Aksa."Sudah Papa, baru saja mama Leta menyuapiku." ucap Kyra."Habis makan kenapa malah tiduran, nanti perutmu bisa sakit. Kemarilah," ucap Aksa bangun dan duduk bersender di kepala ranjang. Kyra mengikuti hal itu, dia duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya."Bagaimana dengan hari-hari Kyra? Apa selama ini Kyra tak merindukan Papa dan mama Leta sehingga Kyra tak ingin bermain bersama kami," ucap Aksa dengan suara memelas kepada Kyra. Dia menampilkan wajah yang dibuatnya menjadi sedih."Tidak Papa, Kyra juga merindukan kalian. Tapi mama Zeline selalu bilang jika Papa sudah melupakan Kyra," jawab Kyra juga ikut tertunduk sedih."Apa Kyra percaya bahwa papa da
Melihat tingkah adiknya membuat Tommy tak bisa menahan senyum mengejeknya. Ditatapnya wajah adiknya yang terlihat panik dan bingung dengan apa yang baru saja diucapkannya. Seolah menikmatinya, Tommy membiarkan hal itu terjadi sejenak sampai pelayan datang membawakan pesanan mereka."Apa.... Apa suratnya sudah keluar?" tanya Zeline menatap pak Ridwan, suaranya terdengar sekali sangat gugup.Pak Ridwan menoleh sekilas ke arah Tommy. Melihat Tommy menganggukan kepalanya dia tersenyum sedikit lalu menatap ke arah Zeline."Belum Nona, selama ini surat permohonan perceraian yang diajukan oleh pak Aksa belum naik ke pengadilan. Artinya anda dan pak Aksa belum resmi bercerai," ucap Pak Ridwan menjelaskan.Zeline menghela nafas lega, dia menyenderkan badannya pada sandaran kursi. Dia kira surat perceraiannya sudah keluar, tapi ternyata hal itu belum terjadi. Zeline sangat bersyukur tentang hal ini, dia menatap ke arah kakaknya yang juga menatapnya."Kau sen
Ruang makan itu kembali seperti semula, suara riang Kyra mendominasi membuat suasana hangat terlihat di keluarga kecil itu. Meskipun masih ada Zeline dengan muka masam, tapi sepertinya mereka tidak memperdulikan hal itu.Setelah selesai, Aksa segera berdiri. Dia mengecup kepala Kyra dan Leta bergantian, lalu berpamitan pergi untuk segera ke kantor."Sayang, bagaimana kalau habis sarapan kita melukis," ajak Zeline menatap ke arah Kyra."Tapi Kyra ingin bermain di taman bersama mama Leta." ucap Kyra."Mungkin kita bisa mengajak mama Zeline," ucap Leta lembut kepada Kyra, yang membuatnya langsung menoleh dan mengangguk tersenyum."Mama Zeline mau ikut kita?" tanya Kyra."Em...tidak, sepertinya Mama tidak enak badan. Lain kali saja," ucap Zeline mengelak. Dia tidak ingin jika harus berbagi Kyra juga dengan Leta.Akhirnya Kyra berpamitan pada Zeline, dia lalu pergi ke taman bersama Leta. Sedangkan Zeline, dia segera pergi dari ruang makan.
Seorang pria mengerjapkan matanya kesal tatkala mendengar bunyi handphone yang mengganggu tidur nyenyaknya. Tangannya bergerak meraih handphone yang berada di meja. Tanpa melihat siapa yang menelfon, dia segera mengangkat panggilan itu."Hallo," ucapnya serak, khas suara yang baru saja bangun tidur."Kenapa masih belum ada kabar? Ini sudah seminggu sejak kau meminta waktu. Aku masih menunggu kabar darimu, jangan coba-coba mengacaukan rencanaku. Jika kau tidak bisa biar aku cari saja orang lain," suara dari seberang telfon itu praktis membuat pria itu langsung membuka matanya.Zein segera melihat siapa yang menelfonnya, dan dia tidak salah. Orang itu meminta kabar yang dijanjikannya. Dia lalu mengarahkan handphone itu ke telinganya lagi."Tunggu, beri aku waktu. Besok aku akan menyelesaikannya," ucap Zein cepat."Jangan coba-coba untuk membodohiku bocah kecil," jawab suara dari telfon itu."Tidak, tidak... Aku janji, besok akan aku lakukan se
Sudah hampir satu jam Leta belum keluar dari kedai tersebut. Leta yang mengatakan hanya sebentar membuat Farrel menyusulnya karena khawatir. Dia masuk ke dalam, menoleh ke sana-sini mencari keberadaan Leta, tapi dia tak menemukannya.Farrel mencoba bertanya pada pelayan yang berada di kedai itu dengan menyebutkan ciri-ciri Leta. Tapi semuanya menjawab tak tahu. Bahkan dia sudah mencari ke kamar mandi, area belakang kedai dan dapur tapi tetap saja. Farrel yang melihat jika di sini ada cctv akhirnya meminta untuk mengeceknya.Tapi petugas yang menjaga cctv mengatakan cctv sedang mengalami gangguan, jadi dari pagi cctv mereka mati. Hal itu membuat Farrel panik seketika. Dia langsung keluar dan mencoba menghubungi Aksa.~Aksa menutup berkas yang ada di hadapannya. Dia melirik sebuah note kecil yang ditempelkan pada meja bagian pojok. Hari ini dia harus menghadiri pertemuan dengan clientnya sekalian melakukan makan siang.Aksa segera menghubungi Vino u
Leta membuka matanya perlahan, kepalanya sangat pusing saat ini. Tapi saat dia ingin menyentuh kepalanya, tangannya tak bisa digerakan. Seketika matanya membuka dengan sempurna. Dia terlihat takut dengan apa yang terjadi saat ini, apalagi tangannya diikat ke belakang di sebuah kursi, kakinya juga.Leta panik, dia menoleh ke sana-sini, tapi dia tak bisa berteriak. Mulutnya disumpal oleh kain. Leta mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya. Tadi dia merasa pusing dan Zein bilang mengantarkannya ke mobil. Tapi apa yang terjadi sekarang, dan di mana dia saat ini.Pintu ruangan itu terbuka membuat pandangan Leta teralihkan. Dia melihat Zein masuk dan tersenyum ke arahnya. Seketika nyali Leta menjadi ciut, karena senyum Zein yang tak wajar itu.Leta mencoba berteriak tatkala Zein mendekatinya. Tapi karena mulutnya yang tersumpal suara Leta hanya terdengar seperti sebuah erangan.Zein masih menatap Leta dengan senyum sarkasnya, tepat berada di depan Leta dia