Share

Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta
Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta
Author: UmmiNH

1. Wanita Malam

Author: UmmiNH
last update Last Updated: 2025-04-08 11:09:11

"Gue gak ngerasa salah tuh kerja ginian. Kita punya hak buat nentuin hidup kita sendiri. Masalah dosa, walaupun nggak kerja kaya gini juga banyak yang bikin dosa."

Aku hanya diam mendengar ucapan Maya. Dia lah yang membawaku ke dunia gelap ini setelah kesucianku direnggut paksa oleh preman-preman tak berperasaan. Diam-diam aku bekerja seperti ini tanpa sepengetahuan siapapun. Jelas saja, masa iya aku koar-koar.

Kini kami sudah tiba di depan diskotik tempat kami bekerja mencari pelanggan. Suara dentuman disko pun sampai terdengar hingga luar, beberapa orang pasti sudah memenuhi diskotik itu sambil minum dan berpasang-pasangan.

Aku dan Maya langsung duduk di kursi meja yang masih kosong. Mungkin karena aroma parfum yang sudah mereka kenal, mereka langsung menoleh menyadari kehadiran kami.

Beberapa laki-laki pun mendekat, sekedar menyapa dan berbincang-bincang. Ada juga yang memang sudah berlanqqanan pada Maya, sehingga mereka langsung menghampiri dan mengajak Maya ke kamar.

"Gue dulu!"

"Gue dulu!"

Mereka saling berebut demi mendapat service terdepan.

"Oke-oke, tenang dulu. Gini aja, siapa yang berani bay4r paling tinggi, dia yang duluan," ucap Maya membuat ketiga laki-laki tadi saling menatap.

"Satu juta!"

"Dua juta!"

"Dua juta setengah!"

Maya tertawa sambil bertepuk tangan, benar-benar menikmati persaingan mereka dalam memperebutkannya.

"Sepuluh juta!"

Aku dan Maya sontak menoleh ke arah suara itu terdengar, seorang pria yang cukup matang dengan jenggot tipis berjalan mendekat.

Maya menjentikkan jari dengan antusias. "Ada lagi?"

Semua orang terdiam sambil saling tatap. "Oke, karena gak ada yang nawar lagi, dia pemenangnya. Ris, gue duluan ya?" ucapnya sambil diranqkul oleh laki-laki tadi.

Aku hanya tersenyum tipis menatap kepergian sahabatku dengan pelanggan pertamanya.

"Dia emang gak heran sih, selalu gampang narik cowok. Dari yang kaya sampe yang pas-pasan, dari tua sampai anak ABG sekalipun. Beda sama gue yang cuma punya penampilan pas-pasan," gumamku.

Ya, sahabatku itu salah satu primadona di sini. Wajahnya yang cantik, tubuhnya yang menggoda dan idaman para pria membuatnya jadi rebutan. Mungkin karena itu pula Maya tidak pernah kepikiran untuk berhenti dari pekerjaan ini, walaupun neneknya nangis-nangis minta dia berhenti malam ini juga.

Nenek Maya tak seperti biasanya menangisi kepergian Maya. Padahal, biasanya tidak pernah menampakkan diri dan peduli. Mungkin saking sudah lelahnya mengingatkan tapi tidak didengar.

Selang beberapa jam, Maya baru kembali dan menghampiriku.

"Eh, bengong aja Lo," tegurnya.

"Iya nih, gak biasanya sepi" ucapku dengan lesu.

"Sabar Say, nanti juga dateng kok. Waktu masih panjang."

Lagi-lagi aku tersenyum kecut mendengar ucapannya. Dan hingga lewat tengah malam pun, aku nyatanya tak mendapat ajakan sama sekali, sedangkan Maya sudah melayani tiga orang. sepertinya rezekiku malam ini lagi jelek.

Aku yang putus asa pun bangkit dari kursi dan hendak pulang. Namun, tanpa sengaja aku malah menabrak seseorang yang berada di belakangku.

"Aduh, maaf banget, Om. Aku gak sengaja," ucapku.

Pria yang sudah cukup tua yang semula berwajah marah seketika langsung berubah ekspresi, menatapku dari bawah hingga atas dengan tatapan lapar. Uhuy! Dapat mangsa juga nih, kayanya. Hatiku bersorak.

"Siapa namamu, Cantik?" tanya om-om itu.

"Aku Marisa Om," jawabku sambil tersenyum manis. Sebisa mungkin berusaha menarik perhatiannya. Ya, inilah yang harus kami lakukan sebagai wanita penjaja raga.

"Manis sekali, bisa kamu temani saya malam ini?" tanyanya dengan tatapan nakal.

"Oh, tentu saja Om. Kebetulan aku lagi kosong malam ini," ucapku dengan suara yang sengaja dibuat mendayu-dayu.

"Jadi saya yang pertama, nih?" tanyanya antusias bagaikan menang undian saja.

"Betul, Om."

"Panggil saja saya Mas Daka."

"Oh, iya, Mas Daka," ulangku dengan mengedipkan mata.

Dia tersenyum dan mencubit daguku dengan gemas. Kemudian merangkul dan menuntunku menaiki tangga. Tangan si pria plontos itu sudah tak sabar terus saja bermain-main dengan tubuhku walaupun kamu masih berjalan.

Saat hendak masuk ke dalam kamar, aku sempat melihat Maya yang juga akan masuk ke dalam kamar dengan pria yang sudah berbeda lagi. Kali ini pria itu terlihat cukup berumur, seperti ayah beranak tiga. Kami sempat saling melempar senyum dan dia mengacungkan kedua jempolnya padaku.

Begitu pintu ditutup, pria yang bernama Daka itu pun langsung menerjang tubuhku dan menyerang dengan ganas hingga aku hampir kewalahan.

"Pelan-pelan, Mas."

"Ah, saya sudah gak sabar."

Baru saja beberapa menit pemanasan, aku dan Daka dikejutkan dengan suara teriakan histeris dari luar kamar.

"Tolooongg...... Diaa... Dia sekarat! Toloong!" Suara seorang laki-laki berteriak dari luar kamar. Aku yang penasaran pun segera membenarkan pakaian dan hendak beranjak.

"Hey, mau kemana kamu? Biarin saja itu, kamu harus menuntaskan ini semua," ucap Daka dengan mata tajam.

"Sebentar Mas, takutnya di luar ada polisi atau penggerebekan. Kan gawat?" ucapku membuat Daka mendengkus kesal.

"Sebentar saja, langsung kemari lagi!" ucapnya dengan kesal.

Aku pun mengangguk, membuka pintu dan keluar meninggalkan Daka sendirian.

Terlihat sudah ada beberapa orang yang mengerumuni ambang pintu salah satu kamar. Aku mulai merasa cemas saat mengingat kalau pintu kamar itu adalah yang tadi dimasuki oleh sahabatku, Maya.

Dengan tergesa-gesa aku pun mendekat. "Permisi, ada apa ya ini?" tanyaku pada salah satu orang yang ikut berkumpul di sana. Siapa tahu aku salah dengar tadi.

"Katanya ada yang sedang sekarat," ucap orang itu menjawab.

Deg!

Perasaanku semakin tak enak, dengan sekuat tenaga aku berusaha menerobos ke dalam kamar. Mataku langsung membulat sempurna saat melihat pemandangan yang begitu mengerikan di dalam sana...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    14. Keluarga Jihan

    "Hei, kamu kok diem terus sih?" ucap Jihan sambil melirik Marisa sekilas."Emm,, aku ... aku gugup," jawab Marisa apa adanya."Gugup? Gugup kenapa?" "Aku gak biasa bergaul sama banyak orang. Dulu juga aku cuma punya satu teman aja, jadi ... Pas aku mau ketemu kamu, dengan sendirinya aku merasa gugup gini.""Oh, kamu pendiam ya? Kamu tenang aja, teman-teman kita nanti baik-baik kok. Kamu bisa belajar lebih luas dalam menjalin silaturahmi sekarang. Apalagi nanti di majlis, banyak ukhti-ukhti yang pastinya baik-baik dan ramah," ucap Jihan sambil menggerak-gerakkan tangannya. Marisa hanya diam, semakin gugup saat membayangkan berada di sebuah tempat yang sangat asing. Belum pernah dalam seumur hidup dia menghadiri acara pengajian."Apa ... nanti di sana kita dipinta baca sesuatu? Atau ada sesuatu yang kita harus lakukan?" tanya Marisa dengan gelisah. Takut itu benar terjadi, karena nanti pastinya Marisa akan menjadi bahan gunjingan dan ejekan jika sampai semua orang yang hadir tahu bahw

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    13. Maya?

    POV author Melihat Luqman yang masih saja menatap ke luar jendela, Haidar pun berdehem."Ekhem!" "Eh, apa?" ucap Luqman sambil terjengkat kaget. Seakan baru tersadar dari lamunan.Haidar hanya menggelengkan kepala dan langsung tancap gas melanjutkan perjalanan. Awalnya memang Luqman yang menyetir, hanya saja setelah keberadaan Marisa di antara mereka, Luqman menyuruh Haidar menyetir supaya dia bisa terus berbincang-bincang dengan Marisa. "Dia manis banget, ya? Pertemuan ini ... Gua harap akan terulang lagi. Jangan iri, ya?" tanya Luqman pada Haidar. Namun yang di tanya tak langsung merespon dan hanya menatap lurus ke depan."Tadi aja bicaranya sopan banget," ucap Haidar kemudian.Lagi-lagi Luqman tertawa. "Itu trik, Haidar. Lu harus tiru cara gua biar cepet dapet jodoh. Lu liat aja nanti, kalo takdir mempertemukan gua sama Neng Marisa lagi, gak bakal gua lepasin." Dalam diam, Haidar menggeleng samar."Hah ... Gua ngerasain sesuatu yang berbeda saat berada di dekat dia, Dar. Semaca

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    12. Terpesona

    "Em, maaf, bukan maksud apa-apa. Tapi barangkali mau merapikan kembali hijabnya. Rambutnya kelihatan sedikit." Pria itu tersenyum. Ya Allah, dia tampan sekali."Gimana?" tanyanya membuatku gelagapan karena malah melamun."Em, i-iya.""Saya antar, ya?" Aku menunduk, kemudian mengangguk malu-malu.Pria itu sungguh-sungguh menungguiku selama aku di toilet. Saat aku keluar, dia yang belum menyadari kehadiranku masih duduk di atas batu sambil membelakangi. Dia benar-benar pria yang baik. "Sudah," ucapku membuatnya menoleh.Pria itu tersenyum sesaat, namun lama kelamaan senyumannya pudar. Kedua matanya menatapku dengan ... lekat. Aku sampai salah tingkah sendiri melihatnya seperti itu. "Em, Mas?" Aku melambaikan tangan di depannya. "Astaghfirullohal'adziim..." lirih pria itu sambil mengusap wajahnya. Dia tersenyum lagi padaku, lalu menggelengkan kepala tanpa berhenti tersenyum. Tiba-tiba ada yang menghangat dalam dada ini melihat sikapnya. Ya Allah ... "Kamu menyelamatkannya dari bapa

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    11. Pesona di Pandangan Pertama

    Kedua laki-laki itu menatap mobil dengan heran. Ya, mereka pasti tertarik dengan keadaan mobil yang terus bergerak-gerak bagai diguncang gempa. "Tolooong... Tolooong...!" Tak menyiakan waktu, aku langsung berteriak sekuat tenaga sampai tenggorokanku sakit. Ku dorong pria botak di depanku sampai membentur kaca jendela, untuk semakin menarik perhatian mereka yang berada tepat di belakang Daka. Dirasa tanganku sampai, dengan segera ku gedor kaca jendela sambil terus berteriak-teriak. Setidaknya mereka melihat telapak tanganku di kaca yang memberi isyarat."Sialan!" umpat Daka dengan wajah panik menyadari ada orang yang kini di dekat kami.Plak! Tamparan kedua benar-benar mendarat di pipiku dengan lebih keras. Pandanganku berkunang-kunang."Wah, gila sih ini," ucap laki-laki itu yang dapat ku dengar. Dia mondar mandir ke sana kemari entah mencari apa. Sedangkan satu pemuda lagi hanya menyaksikan aksi temannya sambil berdiri bersandar pada mobil dengan santai."Tolooong ..." lirihku de

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    10. Terjebak

    Kini waktu yang dinantikan tiba. Aku sudah bersiap, membawa cukup banyak baju ganti karena jaraknya yang memang jauh. Salah satu teman menawariku untuk menginap beberapa hari di rumahnya. Walau sungkan, tapi akhirnya aku setuju juga.Perjalanan sangat menyita waktu, 5 jam ke depan baru akan sampai di terminal. Entahlah, Allah mentakdirkan ku untuk punya teman baru yang terhalang jarak.Saat aku hendak mengirim chat ke Jihan, tiba-tiba beberapa orang laki-laki menyeret ku ke tempat sepi. Aku terus berontak, tapi mereka membekap mulutku dan meringkus ku dengan begitu kuat."Lepas! Siapa kalian? Ada urusan apa kalian sama aku?" teriakku begitu mereka menjebloskan ku ke dalam mobil. Namun, mereka malah pergi meninggalkanku di dalam mobil begitu saja."Heeyy! Kenapa kalian mengurungku di sini?" teriakku lagi sambil berusaha membuka pintu.Aku panik, lalu mengedarkan pandangan, seseorang tertawa dengan keras dari balik kemudi. Aku terjengkat kaget, dan semakin terkejut saat melihat kalau or

  • Antara Dendam, Hijrah, dan Cinta    9. Bertahan

    Pikiranku kini bertarung, hasrat meminta untuk menyetujui ajakan Gladis yang sangat menggiurkan itu, tapi naluriku menolak. Seketika itu juga aku teringat kembali dengan mimpi yang teramat seram tadi malam. Dengan cepat aku mengerjap, berusaha meneguhkan hati."Maaf, Gladis. Gue ... Gue gak bisa," ucapku sambil mencoba berlalu meninggalkan Gladis."Udah lah, kita gak perlu berpikir buat hijrah dan taubat. Dosa kita udah terlalu banyak, Mar. Gak bakalan juga kita diampuni sama Tuhan. Mending kita nikmatin aja hidup ini, bersenang-senang dahulu, soal nanti gimana nanti aja," teriak Gladis membuat langkahku terhenti.Untuk kesekian kalinya lagi-lagi aku dibuat bingung. Entahlah ... walau sebelumnya niatku untuk berubah sudah sangat kuat, tapi aku selalu merasa was-was, seperti ada bisikan-bisikan yang terus berusaha untuk menggoyahkan tekadku. Bagaikan aku ini sebuah pohon kelapa tinggi di tengah lapangan, diterjang angin topan dan badai yang membuatku terombang-ambing ke sana ke mari.T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status