Share

Bab 4

Liam berdiri di altar, matanya tertuju kepada Laura yang berjalan bersama Nicholas Sanders Ayahnya.

"Akhirnya aku berhasil meyakinkan mu untuk mau menikah denganku Laura." Batin Liam.

Mata Liam tak lepas melihat perempuan bergaun putih yang bejalan semakin mendekat ke arahnya dengan senyuman yang tak pernah surut dari bibir tipisnya.

"Damn.. aku tak bisa membohongi diriku kalau perempuan itu sangat cantik." Batin Liam dengan mata yang tak lepas memandang Laura.

"Liam Arnold Davis dan Laura Patricia Sanders, dengan ini saya nyatakan kalian sah menjadi suami istri."

Laura dan Liam saling bertatapan setelah mendengar pernyataan pendeta yang menyatakan mereka berdua sudah sah menjadi suami istri.

Liam menyentuh wajah Laura lalu membingkai pipi nya dengan kedua telapak tangannya, Dan mengecup bibir Laura di depan semua orang yang menghadiri pernikahan itu.

*********************

"Mama, papa kami pamit." ucap Laura kepada ayahnya yang berdiri di samping mobil yang akan membawa Laura dan Liam pergi meninggalkan pestanya.

"Liam, aku titip putri kesayanganku ini, tolong bahagiakan dia." ucap Nicholas Sanders dengan mata berkaca-kaca.

"Tentu saja tuan, anda tidak perlu khawatir , saya akan menjaga Laura dengan nyawa saja." ucap Liam yang sebenarnya hanya sedang membual.

"Oh Tuhan kenapa kamu masih memanggilku tuan, aku sudah menjadi ayah mertuamu Liam, panggil saja Nicholas."

"Ohh ya Nicholas baiklah." Balas Liam.

Nicholas memeluk sepasang pengantin baru tersebut.

"Liam, kumohon jangan sia-siakan putri kami, jangan pernah biarkan setetes air mata jatuh di pipinya, kamu akan berhadapan dengan kami kalau sampai Laura tidak bahagia." Lucy memberikan peringatan kepada Liam.

"pasti Lucy, aku akan jamin Laura akan bahagia." Balas Liam lalu memeluk ibu mertuanya itu.

Liam membuka pintu untuk perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya itu.

Laura tak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan dan terus memeluk pria di sampingnya.

"Apakah kamu bahagia sayang ?" tanya Laura kepada Liam yang sedang menatap keluar jendela.

"Sayang.. " Laura menarik wajah Liam dengan telapak tangannya dan mengalihkan ke arahnya.

"Iya ? kenapa Laura?"

"Apakah kamu bahagia ?" Laura mengulangi pertanyaannya.

"Tentu saja aku bahagia sayang." Balas Liam lalu mengecup bibir Laura sekilas.

"Maaf tuan apakah kita langsung ke airport ?" tanya Jason yang kini mengemudikan mobil untuk Liam dan Laura.

"Tidak, kita ke rumahku saja." Jawab Liam.

"Bukannya kita langsung pergi berbulan madu sayang ?" tanya Laura mendongak ke arah Liam.

"Iya , tapi kita mampir dulu ke rumahku ada hal yang harus kulakukan terlebih dahulu." balas Liam.

"Ohh.. baiklah sayang, aku mengerti." balas Laura.

******************

"Nana yaya... Nana... " teriak Liam begitu masuk ke dalam rumahnya.

"Iya tuan ." Perempuan setengah baya itu menyambut kedatangan majikannya.

"Nana ini Laura, mulai hari ini dia akan tinggal di rumah ini." ucap Liam tanpa memperkenalkan Laura sebagai istri nya.

"Woww cantik sekali nona, apakah nona Laura ini istri tuan ?" tanya Nana yaya melihat perempuan bergaun pengantin yang berdiri di samping tuannya yang juga menggunakan jas pengantin lengkap dengan bunga di saku nya.

"Iya nyonya saya istri Liam." Laura memperkenalkan dirinya sendiri.

"Laura ini adalah Nana yaya, dia pengasuh saya sejak kecil, kalau membutuhkan sesuatu kamu bisa meminta bantuan keapadanya ." Ujar Liam.

"Ohh halo Nana, saya Laura patricia Sanders dan sekarang Laura Patricia Sanders-Davis."

"Kalau begitu panggil saya Nana Yaya nyonya."

"Oh baiklah Nana yaya." Laura menuruti permintaan Nana yaya.

"Nana tolong siapkan kamar untuk Laura."

"pelayan sudah membersihkan kamar tuan Liam."

"BUkan kamar saya, tapi kamar untuk Laura, siapkan saja kamar yang bersebelahan dengan kamarmu."

"Tapi tuan itu adalah kamar pembantu."

"Sudah jangan banyak bertanya , kerjakan saja perintahku." Ucap Liam sambil berlalu meninggalkan dua perempuan yang masih terlihat tak mengerti dengan perintah Liam barusan.

"Sayang , apa maksud kamu ? kamu mau menyuruhku tinggal di kamar pembantu ?" Laura mengejar Liam.

"Hanya sementara sampai saya merasa siap untuk berbagi ruangan dengan orang lain." Balas Liam enteng.

"Tapi aku bukan orang lain Liam, aku istrimu jadi sudah semestinya kita berbagi ruangan."

"Sudahlah Laura jangan terlalu banyak menuntut, lebih baik jadilah istri penurut agar suamimu bahagia."

"Tapi sayang.." Laura terus mengejar Liam yang berjalan masuk menuju kamarnya.

"Sekarang lebih baik kamu istirahat, nanti akan ku suruh orang untuk menurunkan koper pakaianmu dan meletakkan nya di kamarmu." Ucap Liam sebelum menutup pintunya.

Braaakk..

Liam membanting pintunya lalu menguncinya dari dalam.

Tok tok tok

"Tapi sayang, kamu bilang kita akan berbulan madu setelah acara pernikahan." teriak Laura dari luar.

"Sayang.. buka pintunya.. apa-apa an ini." Laura terus mencoba memanggil Liam.

"Sudahlah nyonya , tuan Liam itu sangat keras oragnya, kalau dia sudah mengatakan sesuatu maka itu tidak akan ada yang bisa merubahnya, lebih baik sekarang nona ikut saya ke kamar nona."

"Tapi Nana Yaya.." Laura masih tak bisa mengalihkan wajahnya dari pintu kamar Liam.

"Sudah sudah nyonya, ayo kita ke kamar anda." Nana yaya menarik pelan tangan Laura.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status