Liam berdiri di altar, matanya tertuju kepada Laura yang berjalan bersama Nicholas Sanders Ayahnya.
"Akhirnya aku berhasil meyakinkan mu untuk mau menikah denganku Laura." Batin Liam.Mata Liam tak lepas melihat perempuan bergaun putih yang bejalan semakin mendekat ke arahnya dengan senyuman yang tak pernah surut dari bibir tipisnya."Damn.. aku tak bisa membohongi diriku kalau perempuan itu sangat cantik." Batin Liam dengan mata yang tak lepas memandang Laura."Liam Arnold Davis dan Laura Patricia Sanders, dengan ini saya nyatakan kalian sah menjadi suami istri."Laura dan Liam saling bertatapan setelah mendengar pernyataan pendeta yang menyatakan mereka berdua sudah sah menjadi suami istri.Liam menyentuh wajah Laura lalu membingkai pipi nya dengan kedua telapak tangannya, Dan mengecup bibir Laura di depan semua orang yang menghadiri pernikahan itu.*********************"Mama, papa kami pamit." ucap Laura kepada ayahnya yang berdiri di samping mobil yang akan membawa Laura dan Liam pergi meninggalkan pestanya."Liam, aku titip putri kesayanganku ini, tolong bahagiakan dia." ucap Nicholas Sanders dengan mata berkaca-kaca."Tentu saja tuan, anda tidak perlu khawatir , saya akan menjaga Laura dengan nyawa saja." ucap Liam yang sebenarnya hanya sedang membual."Oh Tuhan kenapa kamu masih memanggilku tuan, aku sudah menjadi ayah mertuamu Liam, panggil saja Nicholas.""Ohh ya Nicholas baiklah." Balas Liam.Nicholas memeluk sepasang pengantin baru tersebut."Liam, kumohon jangan sia-siakan putri kami, jangan pernah biarkan setetes air mata jatuh di pipinya, kamu akan berhadapan dengan kami kalau sampai Laura tidak bahagia." Lucy memberikan peringatan kepada Liam."pasti Lucy, aku akan jamin Laura akan bahagia." Balas Liam lalu memeluk ibu mertuanya itu.Liam membuka pintu untuk perempuan yang kini telah resmi menjadi istrinya itu.Laura tak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan dan terus memeluk pria di sampingnya."Apakah kamu bahagia sayang ?" tanya Laura kepada Liam yang sedang menatap keluar jendela."Sayang.. " Laura menarik wajah Liam dengan telapak tangannya dan mengalihkan ke arahnya."Iya ? kenapa Laura?""Apakah kamu bahagia ?" Laura mengulangi pertanyaannya."Tentu saja aku bahagia sayang." Balas Liam lalu mengecup bibir Laura sekilas."Maaf tuan apakah kita langsung ke airport ?" tanya Jason yang kini mengemudikan mobil untuk Liam dan Laura."Tidak, kita ke rumahku saja." Jawab Liam."Bukannya kita langsung pergi berbulan madu sayang ?" tanya Laura mendongak ke arah Liam."Iya , tapi kita mampir dulu ke rumahku ada hal yang harus kulakukan terlebih dahulu." balas Liam."Ohh.. baiklah sayang, aku mengerti." balas Laura.******************"Nana yaya... Nana... " teriak Liam begitu masuk ke dalam rumahnya."Iya tuan ." Perempuan setengah baya itu menyambut kedatangan majikannya."Nana ini Laura, mulai hari ini dia akan tinggal di rumah ini." ucap Liam tanpa memperkenalkan Laura sebagai istri nya."Woww cantik sekali nona, apakah nona Laura ini istri tuan ?" tanya Nana yaya melihat perempuan bergaun pengantin yang berdiri di samping tuannya yang juga menggunakan jas pengantin lengkap dengan bunga di saku nya."Iya nyonya saya istri Liam." Laura memperkenalkan dirinya sendiri."Laura ini adalah Nana yaya, dia pengasuh saya sejak kecil, kalau membutuhkan sesuatu kamu bisa meminta bantuan keapadanya ." Ujar Liam."Ohh halo Nana, saya Laura patricia Sanders dan sekarang Laura Patricia Sanders-Davis.""Kalau begitu panggil saya Nana Yaya nyonya.""Oh baiklah Nana yaya." Laura menuruti permintaan Nana yaya."Nana tolong siapkan kamar untuk Laura.""pelayan sudah membersihkan kamar tuan Liam.""BUkan kamar saya, tapi kamar untuk Laura, siapkan saja kamar yang bersebelahan dengan kamarmu.""Tapi tuan itu adalah kamar pembantu.""Sudah jangan banyak bertanya , kerjakan saja perintahku." Ucap Liam sambil berlalu meninggalkan dua perempuan yang masih terlihat tak mengerti dengan perintah Liam barusan."Sayang , apa maksud kamu ? kamu mau menyuruhku tinggal di kamar pembantu ?" Laura mengejar Liam."Hanya sementara sampai saya merasa siap untuk berbagi ruangan dengan orang lain." Balas Liam enteng."Tapi aku bukan orang lain Liam, aku istrimu jadi sudah semestinya kita berbagi ruangan.""Sudahlah Laura jangan terlalu banyak menuntut, lebih baik jadilah istri penurut agar suamimu bahagia.""Tapi sayang.." Laura terus mengejar Liam yang berjalan masuk menuju kamarnya."Sekarang lebih baik kamu istirahat, nanti akan ku suruh orang untuk menurunkan koper pakaianmu dan meletakkan nya di kamarmu." Ucap Liam sebelum menutup pintunya.Braaakk..Liam membanting pintunya lalu menguncinya dari dalam.Tok tok tok"Tapi sayang, kamu bilang kita akan berbulan madu setelah acara pernikahan." teriak Laura dari luar."Sayang.. buka pintunya.. apa-apa an ini." Laura terus mencoba memanggil Liam."Sudahlah nyonya , tuan Liam itu sangat keras oragnya, kalau dia sudah mengatakan sesuatu maka itu tidak akan ada yang bisa merubahnya, lebih baik sekarang nona ikut saya ke kamar nona.""Tapi Nana Yaya.." Laura masih tak bisa mengalihkan wajahnya dari pintu kamar Liam."Sudah sudah nyonya, ayo kita ke kamar anda." Nana yaya menarik pelan tangan Laura."Bagaimana David, apakah sudah ada kabar mengenai istriku?" Tanya Liam melalui sambungan telepon. "Maafkan saya tuan, tadi saya sempat bertemu dengan nyonya Laura.""Hah apa? dimana kamu bertemu istriku? lalu sekarang dimana dia? aku harus bertemu dan berbicara dengan nya sekarang juga.""Di depan rumah ayahnya tuan, tapi sayangnya nyonya Laura menolak untuk ikut bersama saya dan kemudian seseorang membawanya pergi, dan saya kehilangan jejak nyonya Laura. " Balas David. "Kenapa bisa begitu David? Kamu tahu siapa orang itu?" tanya Liam."Maaf tuan saya belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya, sepertinya dia hanya seseorang yang kebetulan lewat di situ dan berusaha membantu nyonya Laura yang terus berteriak dan memberontak dari saya tuan." Ujar David."harusnya kamu tidak membiarkan Laura pergi begitu saja, saya tidak mau tahu kamu harus menemukan keberadaan istri saya segera."Pinta Liam secara tegas."Saya minta maaf tuan, tapi saya sedang mengusahakan yang terbaik untuk mencari n
"Masuklah nona. " Armand berhenti sejenak mempersilakan Laura untuk berjalan mendahului nya, begitu sampai di halaman rumahnya. Laura tersenyum dan mengangguk, kemudian melangkah pelan di depan Armand, lalu keduanya berhenti tepat di depan pintu yang masih terkunci.Armand maju selangkah kemudian mengambil kunci dari kantongnya lalu mengarahkan di lubangnya." Silakan. " Ucap Armand mempersilahkan Laura masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar. Laura berdiri di dekat pintu menunggu Armand yang menuju saklar untuk menghidupkan lampu. Laura memindai ruang tamu berukuran Sekitar dua puluh lima meter persegi tersebut. "Anda tinggal sendiri disini? " tanya Laura. "Sebenarnya ada seorang asisten rumah tangga, tapi saat ini dia sedang ada keperluan di kampung halamannya, mungkin minggu depan baru kembali kesini. " Armand menjelaskan. "Ohhh... " Armand menangkap rona tidak nyaman di wajah Laura. "Kenapa? kamu takut tinggal di sini? " Tanya Armand. "Ehhee... " Laura tersenyum tip
"Huh.. huh.. huh..."Liam berusaha mengatur nafasnya yang naik turun. "Beruntung mereka tidak sempat melihatku disana. " Batinnya sambil bergegas menghidupkan mesin mobilnya. "Jadi selama ini Lucy benar-benar mengetahui perselingkuhan Livia dan Nicholas. " Liam berbicara sendiri. "Bisa jadi Lucy juga terlibat dengan apa yang menimpa Livia, karena dia juga yang sudah merencanakan kecelakaan Nicholas waktu itu. " Liam mulai menerka-nerka. "Sayang sekali aku tidak bisa melihat siapa lelaki yang membantunya. ""Oh Shit... mereka sedang merencanakan untuk mencelakai Laura, aku harus mencegahnya. " Liam memukul setir di depannya mengingat apa yang akan dilakukan Lucy kepada Laura , aku harus mencari keberadaan Laura saat ini. " ucap nya kemudian meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo David, tolong kerahkan anak buahmu, bantu aku mencari istriku sekarang juga. "***********Laura masih menangis di dalam taksi nya, hampir tiga jam dirinya berada didalam nya. "Nona sebenarnya
"Selamat malam tuan. " Sambut Nana Yaya kepada Liam yang baru masuk ke dalam rumah. "Selamat malam Yaya. " Balas Liam sambil membuka kancing jas nya. "Bagaimana kabar Laura? apa dia sudah makan malam? " Tanya Liam. "Maksud tuan? " Nana Yaya meragukan pendengaran nya tentang pertanyaan tuannya tersebut. "Apa Nana tidak mendengar pertanyaan ku yang begitu jelas, saya ulangi apakah Laura sudah makan malam? " Liam mengulangi pertanyaan nya. "Iya tuan saya mendengar, tapi kenapa tuan menanyakan Nyonya sudah makan atau belum, apakah tuan lupa kalau Nyonya tidak ada di rumah? " "Tidak ada di rumah? memangnya kemana istriku Nana? " Liam terkejut dengan ucapan Nana Yaya. "Bukannya tuan sudah tahu dan mengijinkan Nyonya Laura untuk pulang ke rumah orang tuanya. " "Tahu? ijinkan? tidak, aku sama sekali tidak tahu apalagi mengijinkan Laura pergi dari rumah, apa-apa an ini, kenapa Nana tidak memberitahu saya kalau Laura pergi dari rumah? " Liam mulai emosi. "Tapi tuan, Nyonya Laura sendir
Cerita Nana Yaya tadi membuat dirinya penasaran untuk mencari tahu lebih banyak tentang adik iparnya yang telah meninggal dunia. Laura berjalan keluar dari kamarnya, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri berharap tidak ada orang yang melihat dirinya. Dirinya berjalan ke menuju sebuah kamar yang pintunya tertutup. "Pasti ini kamarnya. " Batin Laura. Klik.. Laura berhasil membuka pintu yang tidak terkunci, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar bernuansa merah muda. Laura menyapu pandangan ke sekeliling, dilihatnya sebuah photo besar di tengah-tengah dinding kamar nya, seorang gadis cantik berambut panjang sedang berpose tersenyum. "Cantik, mata dan hidungnya sangat mirip dengan Liam. " Gimana Laura selesai mengamati photo close up tersebut. Laura mendekati ranjang yang terbungkus sprei dan bed cover, semuanya tertata begitu rapi dan bersih meskipun tidak berpenghuni. Laura duduk di tepi ranjang, matanya tertuju pada sebuah buku tertelungkup yang terletak di meja samping ranja
Brak.. Laura menutup pintu dengan kasar, kemudian mengunci nya dari dalam. Laura sengaja melakukannya agar Liam tidak bisa menyusulnya. "Hiks.. Hiks... Hiks... " Laura menjatuhkan dirinya ke ranjang, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Siapapun yang melihat nya pasti langsung paham apa yang sedang di rasakan nya, luka hatinya terlalu , kepergian sang ayah yang begitu tiba-tiba, sikap Liam yang plin-plan ditambah lagi kedatangan seorang perempuan yang mengaku sedang mengandung benih sang suami. Perempuan itu menangis tanpa henti, Laura hanya berharap bahwa kepedihannya bisa luruh, seiring dengan derasnya air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. "Papa kenapa papa pergi meninggalkan aku sendiri, tidak ada yang mencintaiku sebesar papa. " Ratap Laura mengingat kini tiada lagi orang yang mencintainya, terlebih ibu tiri yang selama ini di kiranya benar-benar tulus mencintai dirinya dan ayah nya ternyata hanya berpura-pura. Laura terus menangis tak peduli sua