"Selamat malam tuan. " Sambut Nana Yaya kepada Liam yang baru masuk ke dalam rumah. "Selamat malam Yaya. " Balas Liam sambil membuka kancing jas nya. "Bagaimana kabar Laura? apa dia sudah makan malam? " Tanya Liam. "Maksud tuan? " Nana Yaya meragukan pendengaran nya tentang pertanyaan tuannya tersebut. "Apa Nana tidak mendengar pertanyaan ku yang begitu jelas, saya ulangi apakah Laura sudah makan malam? " Liam mengulangi pertanyaan nya. "Iya tuan saya mendengar, tapi kenapa tuan menanyakan Nyonya sudah makan atau belum, apakah tuan lupa kalau Nyonya tidak ada di rumah? " "Tidak ada di rumah? memangnya kemana istriku Nana? " Liam terkejut dengan ucapan Nana Yaya. "Bukannya tuan sudah tahu dan mengijinkan Nyonya Laura untuk pulang ke rumah orang tuanya. " "Tahu? ijinkan? tidak, aku sama sekali tidak tahu apalagi mengijinkan Laura pergi dari rumah, apa-apa an ini, kenapa Nana tidak memberitahu saya kalau Laura pergi dari rumah? " Liam mulai emosi. "Tapi tuan, Nyonya Laura sendir
"Huh.. huh.. huh..."Liam berusaha mengatur nafasnya yang naik turun. "Beruntung mereka tidak sempat melihatku disana. " Batinnya sambil bergegas menghidupkan mesin mobilnya. "Jadi selama ini Lucy benar-benar mengetahui perselingkuhan Livia dan Nicholas. " Liam berbicara sendiri. "Bisa jadi Lucy juga terlibat dengan apa yang menimpa Livia, karena dia juga yang sudah merencanakan kecelakaan Nicholas waktu itu. " Liam mulai menerka-nerka. "Sayang sekali aku tidak bisa melihat siapa lelaki yang membantunya. ""Oh Shit... mereka sedang merencanakan untuk mencelakai Laura, aku harus mencegahnya. " Liam memukul setir di depannya mengingat apa yang akan dilakukan Lucy kepada Laura , aku harus mencari keberadaan Laura saat ini. " ucap nya kemudian meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo David, tolong kerahkan anak buahmu, bantu aku mencari istriku sekarang juga. "***********Laura masih menangis di dalam taksi nya, hampir tiga jam dirinya berada didalam nya. "Nona sebenarnya
"Masuklah nona. " Armand berhenti sejenak mempersilakan Laura untuk berjalan mendahului nya, begitu sampai di halaman rumahnya. Laura tersenyum dan mengangguk, kemudian melangkah pelan di depan Armand, lalu keduanya berhenti tepat di depan pintu yang masih terkunci.Armand maju selangkah kemudian mengambil kunci dari kantongnya lalu mengarahkan di lubangnya." Silakan. " Ucap Armand mempersilahkan Laura masuk ke dalam rumah yang tidak terlalu besar. Laura berdiri di dekat pintu menunggu Armand yang menuju saklar untuk menghidupkan lampu. Laura memindai ruang tamu berukuran Sekitar dua puluh lima meter persegi tersebut. "Anda tinggal sendiri disini? " tanya Laura. "Sebenarnya ada seorang asisten rumah tangga, tapi saat ini dia sedang ada keperluan di kampung halamannya, mungkin minggu depan baru kembali kesini. " Armand menjelaskan. "Ohhh... " Armand menangkap rona tidak nyaman di wajah Laura. "Kenapa? kamu takut tinggal di sini? " Tanya Armand. "Ehhee... " Laura tersenyum tip
"Bagaimana David, apakah sudah ada kabar mengenai istriku?" Tanya Liam melalui sambungan telepon. "Maafkan saya tuan, tadi saya sempat bertemu dengan nyonya Laura.""Hah apa? dimana kamu bertemu istriku? lalu sekarang dimana dia? aku harus bertemu dan berbicara dengan nya sekarang juga.""Di depan rumah ayahnya tuan, tapi sayangnya nyonya Laura menolak untuk ikut bersama saya dan kemudian seseorang membawanya pergi, dan saya kehilangan jejak nyonya Laura. " Balas David. "Kenapa bisa begitu David? Kamu tahu siapa orang itu?" tanya Liam."Maaf tuan saya belum pernah melihat lelaki itu sebelumnya, sepertinya dia hanya seseorang yang kebetulan lewat di situ dan berusaha membantu nyonya Laura yang terus berteriak dan memberontak dari saya tuan." Ujar David."harusnya kamu tidak membiarkan Laura pergi begitu saja, saya tidak mau tahu kamu harus menemukan keberadaan istri saya segera."Pinta Liam secara tegas."Saya minta maaf tuan, tapi saya sedang mengusahakan yang terbaik untuk mencari n
Liam duduk di dalam mobilnya sambil memperhatikan seorang perempuan cantik yang berada di tengah anak-anak yang duduk melingkar."Namanya Laura Sanders , dua puluh tiga tahun, lulusan terbaik Andromeda University, anak tunggal Nicholas Sanders." Senyuman gadis bernama Laura itu terlihat begitu mempesona, di tambah dengan hiasan deretan Gigi putih yang berada di balik bibir tipis namun lebar."Hampir setiap hari dia berada di sini bersama anak-anak itu setelah melaksanakan tugasnya sebagai guru taman kanak-kanak di salah satu yayasan milik ayahnya, dia menjadi salah satu relawan di panti asuhan yang juga di dirikan oleh Nicholas Sanders ." Jason masih memberikan informasi tentang gadis yang rencana akan menjadi salah satu target pembalasan dendam yang di lakukan oleh Liam kepada keluarga Nicholas Sanders."Benar-benar tameng yang sempurna untuk menutupi semua kebusukan nya." balas Liam dengan nada sinis.Liam turun dari mobilnya, lalu berjalan menghampiri kerumunan anak-anak yang di p
"Miss Sanders ini untukmu." "Untukku? dari siapa?" Gadis itu langsung berlalu tanpa memperdulikan pertanyaan sang guru dari siapa setangkai bunga mawar itu berasal."Miss Sanders ini untukmu." Baru tiga langkah dari tempatnya menerima tangkai bunga pertama, Laura menerima setangkai mawar merah yang sama."Dari siapa sayang?" Sama dengan sebelumnya Laura juga tidak mendapatkan jawaban dari salah satu muridnya."Miss Sanders ini untukmu."Laura terus menerima bunga hingga tangkai ke tujuh, namun tidak satupun dari anak-anak itu memberikan jawaban kepadanya dari mana bunga itu berasal."Ada saja kelakuan anak-anak itu." Laura tersenyum sambil mencium tujuh tangkai bunga mawar yang di terima dari para muridnya itu."Selamat paaa.. gii aaa nak anak." Langkah kaki Laura melambat , melihat kelasnya di penuhi beraneka macam bunga."Selamat pagi Miss Sanders. " balas anak-anak didik nya yang sudah siap untuk belajar."Kenapa banyak sekali bunga di sini anak-anak? apakah ruangan ini mau di g
Bug Bug Bug"Berani kalian mau melecehkan perempuan yang saya cintai.. rasakan ini Bajingan."Bug Bug Bug..Liam terus menghujani dua pria yang salah satunya sedang berada di atas Laura dan berniat melakukan penetrasi kepada gadis yang terus meronta itu."Awww ampun ampun tuan." ucap dua lelaki yang berhasil di lumpuhkan oleh Liam tersebut."Pergi kalian dari sini, pergi sebelum saya panggil polisi dan membuat kalian membusuk di penjara." gertak Liam pada dua pria brengsek tersebut."Baik baik tuan maafkan kami tuan."Liam menoleh kepada Laura yang sedang menangis sesenggukan dan mencoba menutupi tubuhnya dengan bajunya yang sebagian besar sudah terkoyak dan memperlihatkan sebagian besar tubuhnya."Sialan, tubuhnya sangat menggairahkan." Liam menelan ludah nya karena hampir saja tergoda dengan bentuk tubuh Laura yang mungil namun menunjukkan tonjolan di bagian-bagian erotis nya."Laura kamu tidak apa-apa?" Liam membuka jas nya lalu menutup tubuh Laura dengan jas tersebut."Liam.. siap
Liam berdiri di altar, matanya tertuju kepada Laura yang berjalan bersama Nicholas Sanders Ayahnya."Akhirnya aku berhasil meyakinkan mu untuk mau menikah denganku Laura." Batin Liam.Mata Liam tak lepas melihat perempuan bergaun putih yang bejalan semakin mendekat ke arahnya dengan senyuman yang tak pernah surut dari bibir tipisnya."Damn.. aku tak bisa membohongi diriku kalau perempuan itu sangat cantik." Batin Liam dengan mata yang tak lepas memandang Laura."Liam Arnold Davis dan Laura Patricia Sanders, dengan ini saya nyatakan kalian sah menjadi suami istri." Laura dan Liam saling bertatapan setelah mendengar pernyataan pendeta yang menyatakan mereka berdua sudah sah menjadi suami istri.Liam menyentuh wajah Laura lalu membingkai pipi nya dengan kedua telapak tangannya, Dan mengecup bibir Laura di depan semua orang yang menghadiri pernikahan itu.*********************"Mama, papa kami pamit." ucap Laura kepada ayahnya yang berdiri di samping mobil yang akan membawa Laura dan Lia