Share

Bagian 9

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2024-06-12 14:29:49

Beberapa waktu terlewati, para pekerja sedang mendirikan tiang untuk pijakan, semua tampak baik-baik saja sampai ada satu tiang yang berukuran besar dan panjang sepertinya akan jatuh, para pekerja tidak bisa mengendalikan tiang itu dan akhirnya roboh.

"Awas... Awas...!" Teriak para pekerja serempak, Celin menjadi sasaran paling empuk, walaupun posisinya agak jauh, tiang panjang itu masih akan menjangkaunya. Celin yang kaget spontan memegangi kepalanya sambil berdiri untuk kabur. Semua orang juga kaget dan panik, tapi lebih kaget lagi saat melihat Evan berlari untuk menyelamatkan Celin sambil meneriakkan namanya,

"Celin...! Awas....!" Teriakan Evan dan dorongannya pada Celin serta jatuhnya tiang terjadi secara bersamaan dan sangat cepat. Semua orang segera berlari mendekatinya.

"Evan, kau baik-baik saja?" Tanya Celin, sangat khawatir tanpa memperhatikan sekitar, ia memeriksa tubuh Evan.

"Pipimu berdarah, Evan!"

"Aku tak apa, orang-orang sedang melihat kita," bisik Evan, seperti mengingatkan Celin agar tidak berlebihan, saat Celin mendongak untuk melihat situasi, sudah ada beberapa orang sedang mengerumuninya termasuk Pak Yanto dan beberapa rekan dari departemennya.

"Anda baik-baik saja, Pak Evan? Bagaimana denganmu Celin?" Tanya Pak Yanto khawatir sekaligus sedikit bingung, tampangnya menuntut Celin untuk menjelaskan.

"Saya tidak apa-apa, Pak. Hanya kaget saja," ucap Celin menghindari tatapan Pak Yanto sambil berusaha berdiri, begitu juga Evan.

"Tidak masalah hanya luka kecil," ucap Evan.

Celin dibantu rekannya untuk istirahat di dalam ruangan, tentu saja ia tidak bisa menghindari pertanyaan,

"Apa hubunganmu dengan Pak Evan, tadi kau berbicara tidak formal padanya?"

"Itu karena aku panik,"

"Bahkan saat aku mau mati aku akan tetap hormat padanya, Celin. Jangan menipu kami, Pak Evan juga berteriak seolah kamu adalah pujaan hatinya yang akan terluka," timpal yang lain. Ia akan senang seandainya itu benar.

"Oh yah? Aku tidak memperhatikan. Aduh aku masih kaget, tolong jangan diajak bicara dulu," ucap Celin, ia segera menjauh untuk mencari tempat yang sepi.

"Celin!" Suara familiar itu membuatnya menoleh.

"Evan, kau sungguh tidak apa-apa?" Celin masih khawatir.

"Seperti yang kamu lihat,"

"Syukurlah, tapi kau harus merawat lukamu,"

"Nanti saja. Jangan cerewet, aku ke sini untuk menghundari keramaian"

"Baiklan," Suasana menjadi hening. Celin merasa tidak nyaman dengan suasananya, jadi ia akan membiarkan Evan sendirian, ia sendiri memilih untuk pergi.

"Aku minta maaf," ucap Evan tiba-tiba, Celin menoleh dibuatnya.

"Untuk apa?"

"Tentang memiliki anak,"

"Kau sudah benar, aku yang salah karena mempermasalahkannya. Waktu itu aku lupa posisiku,"

"Posisi apa?"

"Aku tidak boleh berharap lebih, aku bukan Jeni"

"Kau dan Jeni berbeda, jadi kau tidak ingin anak lagi?"

Celin hanya menggeleng.

"kau tak apa tidak memiliki anak disepanjang hidupmu?"

"Memangnya kau tidak berniat menceraikan aku?"

"Aku tidak pernah berpikir seperti itu,"

Celin duduk kembali karena merasa ini pembahasan serius.

"Kamu harus memikirkannya, agar aku bisa menikah dan memiliki anakku sendiri,"

"Kau sedang bicara apa? Jangan mengacau,"

"Adakalanya aku merasa lelah untuk mencintai, Evan. Tolong pertimbangkan untuk bercerai saja, lagi pula aku tidak sepercaya diri itu menunggu untuk dicintai,"

Evan tidak merespon, ia malah mengubah posisinya untuk tiduran, menggunakan paha Celin sebagai bantal sedang kedua kakinya dibiarkan saling berselonjoran.

Celin tiba-tiba diam, sepertinya seluruh tubuhnya menjadi beku, hanya jantungnya yang semakin kencang berdegup. "Ka... Kamu sedang apa?" ucap Celin terdengar sangat gugup.

"Aku mengantuk, kamu jangan banyak tanya," ucap Evan sambil menutup matanya dari silau cahaya matahari.

"Bagaimana kalau ada yang lihat,"

"Memangnya kenapa?"

"Bukannya tadi kau mengingatkan aku agar tidak bertingkah berlebihan saat ada banyak orang berkerumun?"

"Aku tidak berpikir seperti itu, sudah jangan menggangguku, aku mau tidur,"

"Ada apa dengannya?" Gumam Celin. Tadinya ia ingin berdiri lalu pergi tapi melihat Evan yang sedang nyaman dengan posisinya, ia urungkan dan malah memperhatikannya, Evan benar-benar tampan, wajah tampannya tidak berubah dari sejak ia mengenalnya semasa kuliah, bahkan sekarang semakin tampan dengan tubuh kekar yang selalu menempel di tubuhnya, tiba-tiba ia merinding memikirkan itu. Ia pun segera mengetuk kepalanya agar sadar dari pikiran kotornya.

Mereka di posisi itu selama kurang lebih lima belas menit sampai Evan membuka mata dan melihat Celin masih menatapnya, Celin gelagapan, ia segera membuang muka ke segala arah. Evan mengangkat kepalanya sedikit dan mengecup bibir Celin yang kebetulan sudah berbalik lagi ke arahnya.

"Aku lega karena kau baik-baik saja," ucap Evan smabil menegakkan tubuhnya.

"Jangan katakan tentang perceraian lagi! Mengenai anak, aku akan memikirkannya dan segera merencanakannya," Lanjutnya, memberi peringatan lalu pergi begitu saja.

"Apa artinya semua perlakuan ini?" Celin berbicara pada dirinya sendiri sambil memegangi bibirnya. Ia menjadi bingun apakah harus tetap mencintai atau melupakan.

***

Keesokan harinya, Celin datang ke kantor, ia merasa semua orang memperhatikannya. Tiba-tiba Piya menyeretnya masuk ke ruang kerjanya.

"Ada hubungan apa kamu dengan Pak Evan? Semua orang membicarakannya,"

"Kenapa bisa begitu?" Celin bertanya hati-hati.

Piya menyuruh Celin mendekat lalu membisiknya,

"Ada yang bergosip, Pak Evan tiduran di pahamu dan menciummu, apa semua itu benar?"

Celin segera menggeleng.

"Lebih parahnya lagi, kamu disebut sebagai pelakor yang memanfaatkan rasa kesepian Pak Evan karena istrinya sedang koma,"

"Aku? Menurutmu aku seperti itu?"

"Aku mengenalmu, Celin. Kalau kamu seperti itu, sepertinya Pak Yanto yang tampan rupawan sudah menjadi sasaran empukmu. Dia lebih pantas dari pada Pak Evan. Tapi aku butuh validasi tentang Pak Evan yang menciummu, apa itu benar?"

"Bagaimana menjelaskannya ya? Apa kau percaya kalau aku mengatakan bahwa aku ini istrinya Pak Evan?"

"Jangan halu! Aku akan lebih percaya kalau kau pelakor, walaupun panggilan itu tidak cocok untukmu,"

'Kami bahkan melakukan hal lebih dari berciuman." Tentu Celin hanya mengatakannya dalam hati. Celin tidak sengaja menjatuhkan Id Cardnya, saat ia memungutnya Piya tiba-tiba melotot padanya.

"Celin!" pekiknya membuat Piya kaget.

"Ada apa sih, Piya? "

"Kalungmu, dari mana kau mendapatkannya? "

"Ini, seseorang memberiku sebagai hadiah ulang tahun,"

"Apakah itu suami yang kamu bicarakan,"

"Iya,"

"Hanya ada dua kemungkinan, mungkin dia sangat kaya atau mungkin dia sangat mencintaimu, iya 'kan? Lain kali kenalkan padaku,"

'Tadi sudah ku kenalkan bukan' ucap Celin dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 77

    Evan dan Celine akhirnya pulang ke rumah, Evan terlihat begitu segar dan kembali mendapatkan aura berwibawa yang selalu menjadi ciri khasnya, sebelumnya ia seperti pria yang selalu takut kehilangan dan tidak pernah tenang. Sekarang apalagi yang ia takutkan? apa yang ia benar-benar inginkan sudah berada di tangannya, sementara Celine terkesan lebih pemalu dan mudah tersenyum tidak seperti sebelumnya, ia selalu memaksa dirinya untuk tegas dan terkesan dingin, ia sungguh memaksakan diri untuk menahan semua perasaannya. Bi Asih yang melihat keduanya datang bersama sambil bergandengan tangan sampai tersenyum-senyum sendiri, ia juga bisa menilai perubahan dari sikap dan ekspresi keduanya. "Ada apa ini?" goda Bu Asih. "Bi, bantu Celine mengangkat barang-barangnya ke kamar," ucap Evan, sebelumnya mereka sudah ke kost tempat tinggal Ciline untuk mengambil barang-barang Celine, tentu saja setelah perdebatan panjang dan negosiasi yang tidak ada habisnya. "Bu Celine kembali tinggal di

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 76

    "Kamu bisa menomorsatukan aku, Van?" Celine ingin meyakinkan dirinya. Evan meraih tangan Celine dan menggenggamnya untuk membuatnya yakin, kemudian ia mulai bercerita, "Sekarang di hatiku cuma kamu, Celine. Jenny sudah menjadi kenangan, Mita hanya kesalahan. Kamu yang memenuhi hatiku sekarang, misiku tentang cinta saat ini dan seterusnya cuma ingin denganmu, aku ingin membalas semua kesalahan yang aku lakukan padamu. Oke dulu aku salah, dulu aku memanfaatkan perasaanmu, waktumu, tubuhmu bahkan menyebabkan anak kita meninggal, tolong biarkan aku memperbaikinya. Kalau perlu, kamu hukum aku, tapi jangan hukum aku dengan pergi meninggalkanku lagi, itu berat, rasanya sepi, saat Jenny pergi rasa sakit yang aku terima tidak begitu dalam, saat Mita mengatakan ingin ke luar negeri, aku juga tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat kamu pergi, aku merasa sakit yang tidak bisa disembuhkan, aku merasa kosong sepanjang waktu, ternyata aku butuh kamu, aku cinta kamu, Celine." "Kamu terlal

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 75

    Evan tidak menghubungi Celine seharian, sepertinya Celine juga tidak berniat melakukannya. Evan sudah merasakan perpisahan berkali-kali tapi kenapa kali ini cukup menyiksanya, jadi ia datang ke kantor Siregar, alasannya sudah jelas. "Apa yang kalian bicarakan?" suara itu membuat Danil yang baru saja ingin berbalik pergi dan juga Celine menoleh. "Kami membicarakanmu," Danil berlalu sambil menepuk pundak Evan. Sementara Celine langsung berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Evan tidak mengatakan apapun, ia menarik sebuah kursi kosong lalu duduk di depan meja Celine sambil memperhatikannya. "Ayo pergi ke suatu tempat," "Aku sedang bekerja dan kamu seorang bos kamu tidak pantas duduk di sini," "Kalau Danil pantas?" "Dia bos aku, dia ke sini untuk bertanya pekerjaan dan dia tidak duduk sama sekali" "Aku tidak peduli, lagi pula aku sedang duduk di hadapan istriku." "Lakukan saja sesukamu, Evan." Celine tidak peduli lagi, ia kembali fokus dengan pekerjaannya. Evan memaj

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 74

    Evan sangat senang bisa mendampingi Celine pergi ke rumah sakit, berbanding terbalik dengan sebelumnya, kali ini ia tidak ingin melewatkan waktu sedetik pun, ia menanti di depan pintu kamar rumah sakit karena Celin melarangnya ikut masuk, reflek mendekati Celine saat melihatnya keluar bersama seorang dokter obgyn. "Bagaimana hasilnya?" Evan bertanya penuh harap. Celine diam saja dengan wajah tanpa ekspresi. "Bu Celine hanya masuk angin, Pak Evan." Evan tampak kecewa, ia lalu berkata, "Yakin sudah memeriksanya dengan baik, Dok?" "Sudah, Pak. Yang sabar ya, Pak. Masih banyak kesempatan kok, kebetulan Bu Celine sedang di masa suburnya, semangat Pak Evan!" ucap dokter. Celine tampak santai sementara Evan diam saja, ia tahu kesempatan itu pasti akan sulit ia dapatkan. "Mohon maaf masih ada pasien, saya lanjut bekerja dulu," "Silahkan, Bu." ucap Celine lalu pergi mendahului Evan. Evan hanya memandangi punggung Celine yang semakin menjauh tapi ia segera menyusul dengan lang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 73

    Evan terbangun karena merasakan pegal di punggungnya, ia mencoba membuka pintu kamar Celine yang ternyata tidak di kunci, ia memandang punggung istrinya beberapa saat, ia melangkah begitu saja seolah suasana di dalam kamar itu mengundangnya untuk masuk. Ia naik ke tempat tidur lalu meringkuk di atasnya tanpa berani menyentuh Celine. Ia selalu berhati-hati semenjak menyukai Celine, tapi Celine bergerak dan membalikkan badan ke arahnya, Evan secara tiba-tiba meluruskan tubuhnya untuk menyambut uluran tangan Celine yang akan memeluknya, selain tangan, kakinya juga bertengger nyaman di atas paha Evan, seluruh tubuh mereka menempel satu sama lain. Celine membuka mata sambil mengigau, "Kamu tampan sekali, Evan," ia menatap wajah Evan sebentar lalu menutup matanya kembali. "Kalau kamu begini, aku bisa memangsamu kapan saja," gumam Evan yang merasakan sensasi aneh di tubuhnya dan ia sangat mengerti apa itu. Ia mencoba menarik tubuhnya untuk melepaskan diri, untungnya ia berhasil. Ia m

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 72

    Evan menghampiri Celine setelah semua tamu penting itu pergi, dari tadi ia mengawasi Celine, seandainya istrinya itu meninggalkan acara, ia tidak segang meninggalkan semua tamu pentingnya untuk mengejar Celine, untungnya saat ia melihat gerak-gerik Celine akan kabur, ibunya datang. Ia benar-benar bernafas lega. "Ayo pulang bersama," ucap Evan setelah bergabung dengan ibu dan istrinya. "Iya, sebaiknya begitu," sahut Bu Mery tampak bersemangat. Celine mau tidak mau harus ikut dengan Evan, ia tidak tega merusak wajah bahagia ibu mertuanya. "Sampaikan salam Evan pada papah, papah masih sibuk dengan koleganya," ucap Evan. "Siap," sambut Bu Mery. "Kami pergi dulu, Mah," ucap Celine. "Iya, Sayang," Saat berada di dalam mobil, Evan tidak berani bersuara, Celine juga tampak sangat tenang. "Antarkan aku ke kosan," ucap Celine seadanya. "Baik," Evan hanya bisa menurutinya untuk sementara, tadinya ia sudah membayangkan kehidupan bahagia di rumahnya, tapi karena masalah dengan M

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 71

    Evan benar-benar hebat, ia sangat mendominasi, Celine masih belum terlalu yakin bahwa ia menikahi laki-laki tampan yang sedang berbicara dan dikagumi oleh semua orang saat ini, ia belum percaya bahwa ia telah dicintai oleh orang yang tidak pernah membalas perasaannya saat kuliah dulu, ia tidak percaya diri bahwa laki-laki itu sudah mengatakan 'aku mencintaimu' beberapa hari terakhir ini, ia masih ingin percaya kalau tadi pagi laki-laki itu mengatakan dirinya cantik untuk pertama kalinya, ia menangis dengan bingung, Evan melihatnya dari atas podium, membuat suaranya sedikit merendah. "Istriku, Celine!" suaranya menggema di seluruh ruangan. Celine dibuat kaget, ia pun buru-buru menyeka air matanya lalu menatap Evan sambil berbisik di dalam hati, 'Kamu belum berhenti juga, Evan, mau sejauh apa kamu membuatku terjebak dalam hidupmu?' "Dia wanita yang tidak pernah sekalipun kusadari ternyata ikut andil dalam berjuang membangun perusahaan ini, saat aku lelah dengan semua keadaan yang

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 70

    Evan baru saja keluar dari toilet, ia melambat saat melihat Mita tampak menunggunya. Keduanya terlibat saling menatap satu sama lain, Evan menatap dingin sementara Mita tampak menantang untuk berperang. "Aku ingin bicara," ucap Mita. "Silahkan," "Ayo cari tempat sepi," "Baik," Evan berjalan mendahului Mita, karena ia tahu Mita tidak tau tempat itu, ia membawa Mita ke sebuah taman sepi yang baru saja ditanami pohon. "Ada apa?" tanya Evan santai. Mita tidak langsung menjawab, ia mengamati wajah Evan yang tampak datar. "Ternyata semua memang sudah berubah, aku datang terlambat," ujar Mita. "Maksudnya," "Aku datang karenamu, Evan, Maafkan aku karena pergi seperti itu," "Kau memang sangat terlambat, aku sudah menikahi dan mencintai dua wanita di belakangmu, apa kamu pikir masih ada rasa yang tersisa untukmu?" "Evan, aku rela menjadi yang kedua bahkan ketiga, aku masih seperti dulu, aku masih mencintaimu," "Maaf, buang saja rasa cintamu itu, aku sudah melalui bany

  • Antara Mencintai dan Melupakan   Bagian 69

    Acara ulang tahun Evan dimulai saat malam hari tiba, tamu-tamu penting sudah berdatangan, acara ini dibuat bukan semata-mata untuk ulang tahun, ada maksud tertentu yang dapat menguntungkan dunia bisnis keluarga mereka, selain itu, Evan ingin memperkenalkan Celine kepada dunia. Melihat suasana itu membuat Celine menjadi gugup. Evan dapat merasakannya. "Kenapa? Apa kamu gugup?" "Sedikit," "Santai saja, status mereka semua berada di bawah suamimu ini," ucap Evan berlagak angkuh sambil tersenyum manis pada Celine. Jantung Celine dibuat begitu berdebar, seperti saat pertama kali jatuh cinta pada Evan. Ia bahkan merasa apakah ini mimpi? "Aku takut mengacaukan semuanya," "Selama ada aku semua aman," "Ngomong-ngomong, aku ingin memberimu hadiah tapi aku lupa membawanya masuk, masih tertinggal di dalam mobil," "Tidak apa-apa, kamu adalah hadiah untukku," ucap Evan. 'Kenapa semudah ini jantungku berdebar," sesal Celine di dalam hatinya, ia merasa kesal karena tidak bisa mengend

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status