Share

Bab 3. Nafsu dalam Dedam

Penulis: C_heline
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-27 12:31:47

 “Aku memang perempuan miskin yang tidak punya apa-apa. Namun, aku bukanlah perempuan hina dan cintaku tulus untuk Dired. Aku mencintainya bahkan rela menyerahkan nyawaku padanya,” sahut Amira.

“Jangan membuat skenario yang tidak-tidak di sini. Aku akan membunuhmu jika kau menyebut nama putraku lagi.”

Tepas saat Ramon selesai dalam ucapannya, tubuh Amira jatuh dan terbaring tak sadarkan diri lagi. Tak ada raut panik dalam pahatan wajah Ramon. Dia menatap gadis itu tenang sambil membayangkan betapa menyedihkannya hidup putranya. Dia mencintai perempuan ini dengan tulus, akan tetapi cintanya itu sendirilah yang membawanya dalam kematian yang buruk.

**

Farah datang dengan dua gelas anggur merah di tangannya. Di sudut sana tepatnya disofa depan kaca transparan menggambarkan objek kota, sedang duduk laki-laki berparas tampan dengan rahang tegas.

“Tenangkan dirimu. Jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal berat dulu,” ucap Farah sambil menyerahkan satu gelas minuman pada Ramon.

Laki-laki itu hanya menoleh lalu meraih minuman memabukkan itu. Dia kembali menatap tenangnya kota dari jaraknya sambil meneguk minumannya.

“Aku hanya memikirkan, bagaimana keadaan putraku sekarang. Apa dia sudah makan, atau sudah minum?”

Farah menatap Ramon yang tak menatapnya. Bahkan setelah kepergian Dired pun, laki-laki ini tetap bersikap angkuh. Lihat saja gayanya duduk. Mengangkat satu kaki di atas kaki lainnya. Dia juga tak menatap lawan bicaranya. Bahkan dia menggunakan jas lengkap, sementara mereka sedang berada di dalam kamar yang seharusnya dibawa santai.

“Tuhan menyayangi Dired. Dia akan memperlakukan Dired sebagaimana kau memperlakukannya selama ini,” ucap Farah. “Yang harusnya kau lakukan sekarang adalah bertahan. Bertahan untuk putramu dan untuk pelaku itu,” lanjutnya, setelah berhasil membuka jas Ramon.

Laki-laki itu kini menatap penuh pada Farah, perempuan yang dulu sempat di pacari. Dia ingat, bagaimana mereka dulu akan mempersiapkan pernikahan. Ramon juga ingat, bagaimana Dired begitu bersemangat saat tahu kalau ayahnya akan melepas masa duda.

Farah menangkap sorot mata Ramon yang begitu dalam. Farah perlahan mejalarkan tangan didada bidang Ramon, mencoba menarik daya alami laki-laki itu hingga jatuh dalam pelukannya. Tak seperti biasanya memang, Ramon seolah tertarik untuk melakukan hal itu setelah beberapa penggal kejadian mengejutkan menyapanya.

Tangan kekarnya perlahan merenggut rahang Farah, lalu melepaskan jarak hingga bibirnya mendarat pada bibir mungil Farah. Ramon memagut begitu dalam sampai tubuhnya bergerak menindih tubuh Farah. Perempuan di sana merasa menang, sudah berhasil memasukkan Ramon dalam jeratnya. Sekarang sisa satu langkah lagi. Setelah berhasil, dia akan mengusai Ramon seutuhnya.

Hendak memejamkan mata guna menikmati aksinya, tiba-tiba saja potrait Amira yang tersenyum muncul dalam ingatan Ramon. Seketika saja dia menghentikan aksi, seolah tersadar akan perbuatan yang salah.

Farah yang dibuat bingung langsung saja ikut berdiri saat Ramon bangun hendak berlalu. “Ramon, ada apa denganmu?”

Ramon berhenti sambil meremas jas yang dia genggam. “Maaf, aku akan kembali nanti. Aku yang akan membayar tagihan kamarnya,” ucap laki-laki itu, lantas melenggang pergi begitu aja, meninggalkan Farah dan bercak lipstik yang sudah merambat kemana-mana.

Perempuan itu lantas saja berteriak frustasi, sambi menjambak rambutnya sendiri.

“Apa yang salah dariku, Ramon? Kenapa kau selalu saja membuatku jatuh cinta sekaligus merasa hina?”

 Ramon mendatangi rumah sakit tempat di mana Amira dirawat sesuai arahannya pada anak buahnya. Jangan mengira Ramon melakukan ini karena merasa kasihan pada Amira. Dia hanya tidak ingin perempuan itu mati begitu saja tanpa menebus segala perbuatannya pada Dired-masih dalam prduga Ramon Amira itu tersangka.

Laki-laki usia 40 tahun itu berjalan menyusuri lorong yang hening. Saking sunyinya dia bahkan mampu mendengar degup jantungnya sendiri yang masih belum menerima kenyataan tentang kematian sang putra tercinta. Bahkan rahang tegasnya masih dijejaki air mata yang dia sendiri sulit menahannya  untuk tak lepas.

Saat-saat lemahnya Ramon kemarin, Farah tiba-tiba menghubunginya dan mulai memvropokasi. Perempuan pemiliki salah satu bar di kota itu mengatakan kalau dia tahu tentang siapa Amira dan juga ‘tujuan’ Amira mendekati Dired. Gelap hati serta logika, Ramon mengonsumsi berita bohong itu begitu saja tanpa filter. Benaknya juga memastikan bahwa Amiralah yang melakukan hal itu pada anaknya, setelah dia sempat menemukan benda ‘aneh’ dari dalam tas Amira.

Hal itulah yang membuat Farah dan Ramon kembali saling merebut kabar. Ramon meminta pada Farah untuk menahan Amira. Sementara di sisi lain, Amiralah yang bersikukuk untuk bertemu dengan Farah, karena Amira tahu, Farahlah dalang di balik semua ini. Dired tidak kena peluru melesat melainkan ada unsur kesengajaan dan sudah direncanakan. Xayanya memang meyakini itu.

Hendak membuka piintu kamar di mana tempat Amira dirawat, suara derap lagkah yang memburu menginterupsi aksi Ramon. Iris mata nan legam dengan goresan samar keemasan itu melirik tanpa memutar kepala. Mengira yang hendak menghampirinya adalah salah satu anak buahnya, ternyata dia salah praduga.

“Lepaskan Amira! Jangan sakiti dia!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 101. Ending ~ Season 2

    Setelah kepergian Selena yang memberikan luka yang begitu dalam pada Amira, gadis itu pun dipaksa harus kuat menghadapi kenyataan. Pesan yang diberikan oleh Selena bukanlah pesan yang biasa. Pesan yang dikirim lewat surel tepat itu, menyatakan kalau dirinyalah yang harus terus memegang kendali Metta. Baru Amira sadari, bahwa ayah yang saat ini dia panggil sebagai ‘Ayah’ ternyata bukanlah ayah kandungnya. Mark menikahi Selena setelah Selena bercerai mati dengan suaminya dan telah mengandung Amira usia tiga bulan. Hal itulah yang membuat Amira yakin tidak akan merelakan perusahaan yang dibangun sepenuhnya oleh ibunya juga dengan bantuan mantan kekasihnya yang sudah tiada. Sesuai perjanjian kemarin, Mark memerintahkan Amira untuk mengadakan rapat. Pertemuan yang akan mengumumkan lagi pengalihan saham dari Amira pada Kevin. Amira menyetujui untuk melakukan pertemuan, namun tidak ada yang tahu kalau Amira tidak akan pernah memberikan apa yang Mark dan Kevin harapkan. Amira sempat me

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 100. Rama Punya Perasaan Lain

    “Amira tidak akan datang lagi, Pak. Anda hanya akan membuang-buang waktu berharga Anda untuk yang tidak pasti. Berhentilah menyakiti dirimu hanya karena seorang wanita. Terlalu berlebihan rasanya kekecewaan yang kau hadapi ini hanya untuk perempuan asing sepertinya,” kata Rama membujuk Ramon. Berulang kali Rama mencoba membantu Ramon bangun dari duduknya, namun tetap saja bosnya itu tidak berkutik.Ramon tetap enggan untuk memperbaiki posisinya yang duduk selonjoran tak tentu arah. Penampilan yang semula rapi dan menawan, kini berantakan penuh luka. Terlihat jelas bagaimana Ramon memendam rasa sakit yang dalam sebab kenyataan yang menimpanya. “Dia sudah berjanji tetap akan datang padaku. Lantas di mana dia sekarang? Kenapa aku tidak bisa menemuinya untuk meminta janjinya?” ucap Ramon lirih. Matanya mulai sendu menatap harap pada Rama. Sementara itu, Rama hanya bisa menahan sesak dalam dadanya seolah ikut merasakan kekecewaan yang dirasakan Ramon. “Sudahlah, Pak. Ayo bangun. Se

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 99. Kepergian Selena

    Amira gagal mengejar Rama untuk kembali membahas hal yang belum sepenuhnya paham. Panggilan dari pihak Rumah sakit membuatnya memilih untuk menunda kembali hati yang telah kalut. Kakinya menjauh berjalan berlawan arah dengan keberadaan Ramon. Selena dikabarkan mengalami masa kritis. Penyakit yang sudah dia derita sejak dulu ternyata sudah menggerogoti. Tidak ada lagi kesempatan untuk pengobatan sebab waktu yang singkat juga racun yang menempel sudah terlalu banyak.Amira tiba dengan napas yang terengh engah. Matanya membulat ketika medapati wajah sang ayah juga Kevin yang sudah memucat. Belum lagi keadaan kedua lakilaki itu yang berantakan dengan mata sembab. Apa yang Amira pikirkan? Kenapa dia justru ikiut merasakan hal yang sama bahkan sebelum dia tahu apa yang terjadi.“Ayah, bagaimana keadaan Mama? Dia baik baik saja, bukan?” tanya Amira lirih.Mark dan Kevin menatap secara bersamaan. Berbeda dengan Kevin yang masih menatap Amira dengan tatapan sendu seolah ingin melepaskan kesed

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 98. Berakhir

    Amira menggeleng beberapa kali, mencoba meyakinkan kalau semuanya ini tidaklah benar. Hitungan detik setelah kepergian Rama, Amira segera bangun dari duduknya dan menatap lamat pada pahatan wajah Kevin yang kali ini enggan untuk menatapnya. “Kau berbohong padaku, Kevin. Kau curang!” tegasnya, bergetar. “Amira, hentikan! Nada suaramu tidak pantas menyebut Kevin seperti itu. Kau itu calon istrinya. Bersikap sebagaimana layaknya!” tegur Mark justru geram. Tatapan tajam penuh kekecewaan pada dua bola mata Amira berpindah pada sang ayah. Matanya memanas dan tak tahan untuk tak menjatuhkan air mata. Dadanya terus saja bergetar, menahan debar-debar emosi yang hendak meluap. “Sejak kemarin, ah tidak, sejak dulu aku sangat menginginkan seorang ayah ada didekatku. Kupikir akan sangat menyenangkan jika itu terjadi. Tapi hari ini, semua ekspektasiku itu hancur begitu saja. Semua hal yang inginku bagi dengan ayah, tidak sesuai apa yang seharusnya. Ayahku tidaklah menginginkanku. Dia hanya pedul

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 97. Keputusan Yang Sulit

    Mark benar-benar dibuat kacau atas kejadian yang baru-baru ini terjadi. Dari masalah tentang Namina yang kembali hadir, juga tentang Kevin yang tahu bahwa dia hanyalah anak angkat, dan tidak lupa juga masalahnya dengan sang istri yang sempat tidak sependapat, hingga dilarikannya Selena ke Rumah sakit sebab riwayat penyakit yang dirinya tidak pernah ketahui. Semua hal itu sungguh memberikan efek samping yang besar pada kepalanya. Dan pagi ini, kala dirinya akan berangkat menemui sang istri, salah satu CEO Metta datang dan mengatakan apa yang terjadi kemarin. Mendengar kabar kematian Dired sempat membuatnya tercengang, namun lebih terkejut lagi kala dia mendapati ada pihak ketiga yang tahu tentang saham di perusahaannya yang sepenuhnya memang bukan miliknya. Arghhhh! Mark berteriak frustrasi. Dia menghempaskan apa pun yang tampak di depan mata, hanya demi memenangkan segala amarah yang melanda. “Kenapa semuanya terasa memuakkan? Siapa yang sebenarnya ingin menjatuhkanku?” gumamn

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 96. Serangan Rama

    Ramon mendengar tentang keadaan buruk yang menimpa pimpinan Metta sekaligus ibu kandung Amira. Sempat berpikir untuk tidak mengikuti hatinya untuk berkunjung, namun tetap saja kepala dan hati saling bertentangan hingga dia memutuskan untuk datang sekadar memberi rasa empati. Sayangnya, niat hati ingin membangun sebuah hubungan yang baik, justru luka dalam hatinya bertambah. Tidak ada lagi luka yang lebih menyakitkan dari pada melihat sang kekasih hati sedang bercumbu dengan laki-laki lain. Amira tidak menyadari kedatangan Ramon sama sekali. Yang ada dalam benak Amira hanyalah bagaimana cara mengakhiri semua ini dan kembali pada Ramon. Dalam kecupan yang dilayangkan dan sempat dibalas olehnya tersemat penyesalan juga rasa benci untuk diri sendiri. Amira semakin mengutuk dirinya karena sudah berpaling dari Ramon. Amira harap ini adalah yang terakhir dan tidak akan ada yang kedua dan seterusnya. Dan harapannya yang terakhir hanyalah bisa kembali bersama Ramon dalam keadaan yang baik-ba

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 95. Ciuman Kevin dan Amira

    “Menikahlah dengan Kevin. Mama tidak bisa membiarkanmu menikahi orang yang tidak Mama kenali, Namina. Mama yang membesarkan Kevin, dan Mama tahu seberapa pantas dia untukmu. Ini sudah menjadi ketentuan takdir. Mama membesarkan selemah laki-laki yang hebat untukmu untuk membalas kelalaian dulu. Mama bisa menjamin, kalau Kevinlah yang paling baik untukmu bukan orang lain!” Tangan serta kaki Amira bergetar hebat kala mendapatkan pernyataan dari sang ibu. Selena yang masih berbaring di atas brankar Rumah sakit, menjadi alasan untuk Amira tidak langsung menolak atau membantah. Dia takut kalau ibunya itu akan semakin sakit jika mendengar keputusan darinya. “Kenapa Mama justru mengkhawatirkan hal lain alih-alih diri sendiri? Lebih baik fokus saja untuk penyembuhan. Dan apa ini? Kenapa tidak ada yang tahu kalau Mama punya riwayat jantung? Apa yang salah dari sebuah kejujuran, Ma?” balas Amira sambil memegang tangan Selena. “Mama bisa mengatasi semua ini. Lagi pula, percuma juga untuk be

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 94. Kebenaran Amira

    “Kita tidak bisa diam saja, Pak. Kita harus membuat keputusan tadi malam harus pada tempat yang seharusnya. Kevin itu tidak ada hak apa pun terhadap Metta! Mau bagaimana pun juga, yang paling berhak atas Metta saat ini adalah Amira!” Sudah berulang kali Rama mengutarakan kegeramannya terhadap keputusan yang dia dengar malam itu. Rama mendesak Ramon untuk segera ambil tindakan yang memang sepantasnya untuk dilakukan. Dan apa lagi tentang hal yang dikatakan oleh Mark tentang pernikahan itu, semakin membuat darah Rama rasanya mendidih setiap detiknya. Dibalik keresahan sang sekretaris si paling setia, ada Ramon yang masih bingung harus berbuat apa. Di atas kursi meja kerjanya juga tentunya di hadapan Rama, Ramon hanya sibuk menunggu ponsel pintarnya menyala. Dia berharap ada kabar dari Amira, agar dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk sang kekasih juga untuk kebenaran yang harus terungkap. “Pak!” panggil Rama kala ucapannya sejak tadi tak bersahut. Ramon mengangkat wajah den

  • Antara Tahta dan Cinta Ayah Mertua   Bab 93. Permintaan Pernikahan

    “Apa-apaan ini, Mark? Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya tentang ini?” Mata Selena membulat lebar menatap suaminya. “Apa yang harus kukatakan padamu? Kau bahkan sudah tidak peduli lagi tentang Kevin, Selena. Kau hanya fokus pada Amira sekarang sampai kau benar-benar hilang ingatan tentang Kevin!” Suara Mark tidak kalah menggelegar. Selena menahan napas sejenak, merasa tidak habis pikir dengan jawaban suaminya. Suara lantang Mark juga sempat membuat Selena terlonjak kaget, karena kali pertama dia mendengar suaminya itu berteriak. “Jadi apa maumu sekarang? Kau benar-benar memberikan Metta pada Kevin dan bukan Namina? Apa kau gila, Mark?” ucap Selena dengan nada yang sedikit rendah. “Ya. Itu keputusan yang harusnya yang paling tepat, Selena. Kevinlah yang pantas mengambil alih Metta. Dibalik permasalahan apa pun, Kevin memang jauh lebih unggul dari Amira. Dia akan membangun lebih baik Metta kedepannya. Jangan lupa, kau yang membesarkan Kevin dan kau yang paling paham tentangny

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status