Share

Kokoryu No Kiri Kiri

       Merasa terdengar ada suara yang kesakitan dan meminta tolong, perlahan Seven membuka kelopak matanya. Penglihatannya masih samar-samar, dia hanya melihat sebuah pecutan yang memecut seorang manusia dengan sekilas.

       “Seven! Bangun!” teriak Julian ketiga kalinya berusaha membangunkan Seven. Hingga sekarang sama sekali belum sadarkan diri, wajahnya terlihat tersenyum seperti masih nyaman dengan mimpi indahnya.

       Juli sedari tadi hanya melirik ke sana-sini melihat setiap sudut yang ada di singgasana kerajaan ini. Pikirannya traveling memikirkan hal-hal rumit. Menutup kedua matanya dan otaknya berusaha bekerja memikirkan sebuah rencana.

       “Seven!!! Oi, Seven! Bangun!” Julian kembali berteriak memanggil Seven, tetapi semua ini terasa percuma saja Seven tidak bangun-bangun. Karena Seven tidak bangun-bangun, dia melirik ke samping kanan meminta pendapat pada Aurel.

       Aurel dengan tempat Julian dan Seven hanya berjarak satu meter. Dengan begini, mereka bisa memikirkan suatu rencana untuk keluar dari jeruji besi yang mengurung mereka.

       Saat ini Steward terus memberikan siksaan pedih pada Jhon dengan memecutnya menggunakan rotan dari emas. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh Jhon selain menahan rasa sakit dan sesekali berteriak kesakitan. Dia tidak ingin terlihat lemah ketika Seven sudah bangun.

       “Rasakan ini, prajurit hina Kerajaan Malvevis!” Steward kembali memberikan pecutan yang begitu keras. Namun, Jhon sama sekali tidak menunjukkan wajah rasa sakit sama sekali. Dia berusaha agar terlihat kuat.

       “Jangan so kuat, bodoh!” Kali ini sepuluh kali pecutan keras menyerang punggung Jhon, hingga membuatnya berteriak histeris tidak kuat dengan rasa sakit yang sudah dia terima berkali-kali.

       “Seven!!!!” teriak Aurel secara tiba-tiba membuat seluruh penghuni singgasana Kerajaan Megorold terkejut.

       Julian dan Juli kompak melirik ke arah Aurel yang tiba-tiba berteriak.

       “Apa yang kau lakukan, bodoh?” tanya Julian dengan perasaan khawatir. Khawatir Steward akan menyiksa Aurel.

       Steward tertawa kecil setelah mendengar teriakan Aurel memanggil nama Seven. “Kau pikir orang bodoh ini akan bangun, Nona Cantik?”

       “Jangan panggil aku nona cantik, Raja Busuk!” umpat Aurel yang merasa jijik dengan wajah Steward.

       Steward menepuk tangannya tiga kali. Dia memuji keberanian Aurel yang berani menghinanya. “Kau sudah mengerti apa konsekuensinya, Nona Cantik?”

       Julian berdecak kesal, Dasar wanita bodoh! Seharusnya kau diam saja.

       Steward mengangkat rotannya ke atas bersiap memecut wajah cantik Aurel. Dalam hitungan ketiga, dia memecutkan rotannya pada wajah cantik Aurel dengan cepat.

       Tiba-tiba sebuah tangan kanan muncul memegang rotan yang terbuat dari emas tersebut. Steward terkejut melihat siapa yang berani menahan pecutannya. “Ba-bagaimana kau bisa lepas dari rantai itu? Padahal itu rantai yang tersebut dari batu gunung berapi.”

       Orang yang menyelamatkan Aurel tersenyum sinis. Kedua matanya melirik ke arah Aurel yang ketakutan, Maaf sudah membuatmu ketakutan, Aurel. Kemudian kedua matanya menatap tajam ke arah Steward. “Kau pikir aku aku pengguna sihir? Sejak lahir aku sama sekali tidak mempunyai mana sedikit pun,” ucapnya sembari mengangkat tangan kanannya ke atas.

       Pedang Naga Hitam yang asalnya berada di punggung Steward tiba-tiba bergerak sendiri. Ia mencari tuannya. Ya, tuannya hanyalah seorang Seven seorang. Tidak ada tuan lain yang harus ia patuhi perintahnya.

       Steward melangkah mundur. Dia terkejut tidak menyangka pedang hitam yang sama sekali tidak bisa dia gunakan bisa bergerak sendiri. “Sebenarnya apa yang terjadi?” tanyanya pada Seven.

       “Kau tidak perlu bertanya,” jawab Seven sembari mengeluarkan pedangnya dari serangka pedang, lalu mengangkatnya ke atas.

       Perlahan partikel-partikel kegelapan muncul dan berkumpul di ujung mata pedang hitam. Setelah melepaskan serangka pedang, tangan kanan Seven ikut memegang pedangnya. Dia mulai melakukan kuda-kuda berpedang.

       Pedang hitam sejajar dengan kedua matanya, tubuhnya sedikit membungkuk, dan kedua matanya menatap lurus ke arah Steward. Dalam hitungan detik Seven bergerak secepat cahaya, hingga Steward sendiri sama sekali tidak merasakan kehadiran Seven.

       Slash!

       Hanya satu tebasan pedang, Steward berhasil ditumbangkan. Steward berteriak kesakitan, dia tidak mengerti kenapa Seven tidak membuatnya mati sekaligus dengan tebasannya.

       Tidak peduli dengan keadaan Steward, Seven terlebih dahulu menebaskan pedangnya pada rantai dua sahabatnya, Julian, dan Juli. Setelah itu, dia meminta Aurel untuk menyembuhkan luka Jhon terlebih dahulu sebelum mereka pergi dari sini.

       “Tidak ku sangka, ternyata dia sangat lemah,” ujar Julian sembari sedikit berolahraga untuk menghilangkan rasa pegal.

       Duarrr!

       Slash!

       Duarrr!

       Buumm!

       Tiba-tiba serangan kejutan menyerang mereka berempat. Beruntung Seven dan Julian memiliki refleks cepat sehingga bisa menahan semua serangan kejutan tersebut.

       “Berani-beraninya kalian membuat tuan kami terluka,” ucap seseorang muncul tiba-tiba di depan Seven.

       Seven sedikit terkejut dan dia tidak tahu siapa orang ini. Kedua bola matanya berwarna merah dan bau minuman alkohol masih melekat pada tubuhnya. Mungkin orang ini habis mabuk.

       Siapa sangka orang ini memperkenalkan dirinya tepat di depan mata Seven. Dia bernama Sanzhes sang pembunuh bayaran. “Bisa kita mulai pertarungannya?”

       Kedua mata Seven melotot terkejut, beruntung dia dengan cepat melangkah mundur dengan cepat. Jika tidak, tebasan beracun sudah menusuk dadanya. Tak disangka, orang ini memiliki berbagai serangan kejutan.

       “Julian aku mohon lindungi mereka,” pinta Seven sembari bersiap melakukan kuda-kuda berpedangnya.

       “Cih! Jangan memerintahku. Aku sudah tahu apa tugasku. Hanya menyelamatkan dua sahabatnya,” jawab Julian dengan sedikit kesal.

       Seven meloncat ke atas, lalu menebaskan pedangnya ke arah Sanzhes. Akan tetapi, dua teman Sanzhes tiba-tiba muncul di samping kanan dan kiri Seven. Mereka membuat Seven tidak bisa bergerak sama sekali.

       “Kerja bagus!” Sanzhes meloncat dengan cepat ke atas, lalu menusukkan pedangnya dengan pada dada Seven.

       Cleb!

       Karena tubuhnya tidak bisa bergerak, tubuh Seven akhirnya tertusuk pedang beracun milik Sanzhes. Mulut Seven berteriak kesakitan, lalu memuntahkan banyak darah. Melihat hal ini, Julian ingin sekali membantu Seven. Akan tetapi, bagaimana caranya?

       Saat ini secara tiba-tiba ratusan prajurit Kerajaan Megorold sudah berada di dalam singgasana kerajaan mengepung Julian bersama Juli, Aurel, dan Jhon yang sedang terluka.

       Bruughh ...

       Setelah mendapatkan tusukan Seven langsung terjatuh ke lantai. Namun, secara mengejutkan tubuh Seven tiba-tiba berubah menjadi asap hitam, membuat Sanzhes dan teman-temannya terkejut.

       Sanzhes berdecak kesal, Sial! Ke mana orang ini?!

       Sanzhes meminta sembilan teman-temannya bersiap menyerang Seven kapan saja. Tidak lupa, dia meminta para prajurit Kerajaan Megorold untuk segera mengobati sang raja dan kembali mengikat Julian bersama yang lainnya dengan rantai batu gunung berapi.

       “Kokoryu no kiri kiri!” Seven tiba-tiba muncul di depan Sanzhes sembari memasukan pedangnya ke dalam serangkanya.

       Sanzhes terkejut. Tak menunggu lama-lama, dia bersiap menyerang Seven, tetapi tubuhnya tidak bisa bergerak secara tiba-tiba. Begitu juga dengan tubuh teman-temannya juga para prajurit Kerajaan Megorold. Perlahan partikel-partikel kegelapan kecil muncul di dekat mereka semua.

       Slash!

Dr. Meong

Mohon do'anya supaya authornya selalu sehat dan tidak galau. Biar selalu update 2 bab setiap hari.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status