Share

Penculikan

       Fedrin, Seven, Julian, dan Juli sama-sama berlari menuju tempat berkumpulnya para kesatria. Perasaan khawatir pada dua sahabatnya muncul, Seven berharap mereka berdua tidak apa-apa. Diam-diam kedua matanya melirik ke arah Julian dan Juli, memperhatikan setiap ekspresi dan gerak-gerik keduanya. Tidak ada yang aneh, keduanya sama-sama mengkhawatirkan apa yang terjadi di ruang berkumpulnya para kesatria.

       Hanya dalam hitungan belasan menit, tiga laki-laki dan satu wanita sudah berada di dalam ruangan berkumpulnya para kesatria. Hening. Ya, tidak ada suara apa pun yang terdengar. Tidak ada bau yang aneh. Semuanya sunyi tidak ada hal yang aneh.

       Seorang prajurit yang ketinggalan baru saja sampai di depan pintu. Ia terkejut melihat keadaan ruangan menjadi sepi dan sunyi ini. Sebelumnya, ia mendengar ada suara pertarungan dan teriakan seorang wanita.

       “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Raja Fedrin sembari melirik ke arah sang prajurit.

       Sang prajurit menjelaskan semuanya dengan detail dalam waktu tiga menit. Seven tidak percaya dengan penjelasan sang prajurit, tetapi melihat keadaaan seperti ini ada kemungkinan kedua sahabatnya diculik.

       Julian bergerak sendiri memeriksa setiap sudut ruangan ini. Ruangan yang berukuran kurang lebih 8 x 8 meter persegi ini cukup kecil untuk dipakai berkumpulnya para kesatrian. Sedangkan, Juli diam di tempatnya, tetapi bola matanya menyala seperti sedang memeriksa setiap sudut ruangan.

       Mengetahui Julian dan Juli sedang memeriksa keadaan ruangan, Fredin melangkah maju ke depan. Dia meminta Seven, Julian, dan Juli menunggu di luar ruangan. Tanpa ada penolakan, ketiga orang ini menuruti perintah sang raja.

       Sekarang hanya satu orang yang berada di ruangan ini, Fedrin memejamkan kedua matanya, lalu berjongkok dan menempelkan telapak tangan kanannya ke lantai. Mulutnya mengucapkan satu mantra sihir. Dalam sekejap pikirannya bisa memutar waktu ke belakang.

       Dalam pikirannya, Fedrin mulai melihat kejadian yang sebenarnya. Berawal dari kedatangan Julian dan Juli, lalu keduanya mengadu domba Seven, hingga membuatnya emosi. Ketika Seven sudah pergi, dua orang ini berubah menjadi manusia berpakaian serba hitam.

       Dua orang berpakaian hitam ini menanyakan keberadaan Pedang Naga Hitam pada Aurel dan Jhon. Tentu saja, Aurel dan Jhon menolak memberitahunya. Pertarungan kecil pun tidak bisa dihindari. Perbedaan kekuatan diantara keduanya, membuat Aurel dan Jhon kewalahan, hingga keduanya tumbang.

       Setelah menumbangkan Aurel dan Jhon, salah seorang dari kedua orang berpakaian hitam ini meninggalkan satu pesan di dalam lemari. Setelah itu, mereka pergi membawa Aurel dan Jhon.

       Jadi begitu ceritanya.. Fedrin membuka kedua matanya. Dia menyuruh ketiga orang di luar untuk masuk kembali. Setelah itu, dia menyuruh Seven membuka lemari. “Lihatlah apakah di sana ada sebuah surat hitam,” ujar Fredin sembari melirik ke sana-sini mencari sesuatu petunjuk.

       Saat membuka dua pintu lemari, Seven menemukan satu surat hitam. Dia langsung membuka surat tersebut dan membacanya dengan cepat. Perasaan emosi perlahan mulai berkecamuk di dalam hatinya Seven. Dia tidak menyangka, penculik ini menginginkan Pedang Naga Hitamnya.

       “Aku tidak bisa membiarkan semua ini,” ucap Seven dengan emosi.

       Fedrin menyuruh anaknya untuk tenang. “Jangan pakai emosi, Seven! Tenang!”

       “Tapi Ayah, aku tidak bisa membiarkan semu-.”

       “Kita selesaikan masalah ini bersama-sama, Seven!” ujar Julian memotong ucapan Seven.

       Seven hanya berdecak kesal ucapannya dipotong.

       Fedrin menyetujui ucapan Julian. “Ini situasi darurat, Seven. Kita harus tenang dan bekerja sama untuk mencari solusinya.”

       Tiba-tiba Juli menunjuk pada sebuah jendela terbuka. “Di sana ada sesuatu.”

       Buru-buru Fedrin berlari dan benar saja ada sebuah robekan kain hitam yang kecil. Dia mencium bau kain tersebut. Tidak salah lagi, ini adalah ulah salah satu kerajaan yang sedang mencari keberadaan Pedang Naga Hitam, Kerajaan Megorold.

       Fedrin mengajak ketiga orang ini pergi ke ruangan singsana kerajaan. Tidak lupa, dia menyuruh sang prajurit untuk menjaga tempat ini. Sang prajurit diminta oleh sang raja, agar menjaga ruangan ini supaya tidak ada yang masuk ke dalam.

       ***

       Di dalam ruangan singsana kerajaan, belaian dua primaisuri kembali menyentuh kulit mulus Raja Fedrin. Fedrin meminta kedua primaisurinya untuk pergi terlebih dahulu, sebab ia ada perlu dengan kedua ketiga orang di depan matanya.

       Kedua primaisuri kembali kesal, karena belum puas membelai sang raja. Tanpa melakukan penolakan, keduanya pergi ke belakang meninggalkan sang raja sendiri duduk di singgasana kerajaan.

       “Jadi, apa yang harus kita lakukan, Ayah?” tanya Seven yang sudah tidak sabar. Dia ingin segera menolong kedua sahabatnya.

       “Aku mengerti perasaanmu, Seven. Namun, situasi sekarang tidak bisa diselesaikan sendiri. Sebab dalang penculikan ini adalah ulah dari Kerajaan Megorold. Kita harus membentuk satu pasukan untuk menyelematkan Aurel dan Jhon,” jelas Fedrin pada anaknya yang masih dalam keadaan emosi.

       “Tapi, Ayah! Aku bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.” Seven bersikeras, ingin dia sendiri yang menyelesaikan masalah ini.

       Juli tiba-tiba berada di depan Seven, membuatnya terkejut. Juli mengangkat tangan kanannya, lalu menempelkan telapak tangannya pada dada Seven. Kemudian dia berkata, “Aku tahu perasaanmu, Seven. Tapi apakah kau ingin menolong Aurel dan Jhon dengan mengorbankan nyawamu atau membiarkan Pedang Naga Hitam di tangan musuh?”

       Seketika hati Seven tersentuh. Perlahan perasaan menyesal dalam diri Seven, dia mulai menyadari sikapnya yang tidak tenang dan terlalu terburu-buru. Ucapan-ucapan kedua sahabatnya tiba-tiba muncul di dalam otaknya.

       Aurel dan Jhon selalu mengingatkan Seven untuk selalu tenang dalam keadaan apa pun. Oleh sebab ini, perlahan Seven mulai menenangkan hatinya.

       Fedrin dan Julian kompak tersenyum melihat Seven yang sudah tidak emosi lagi. Julian tidak menyangka adiknya bisa menenangkan perasaan orang lain dengan santai.

       Ketika perasaannya sudah tenang, Seven berterima kasih pada Juli sudah membuatnya tenang. Aku tidak menyangka adiknya Julian seorang wanita yang bisa menenangkan hati orang lain.

       Lagi-lagi, Juli membuat kejutan dengan tiba-tiba berada di samping kakaknya, Julian. Fedrin dan Seven kembali terkejut. Bagaimana dia bisa melakukan ini tanpa disadari orang lain. Kekuatannya seperti hantu yang tidak disadari keberadaannya.

       Setelah keadaannya tenang, Fedrin mulai memberikan perintah pada Seven dan Julian. “Kita mau tidak mau harus pergi ke wilayah Kerajaan Megorold. Aku yakin, mereka sudah menunggu kedatangan kita di wilayah perbatasan kerajaan.”

       Seven, Julian, dan Juli tidak menyangka, Raja Fedrin bisa memprediksi masa depan.

       “Jadi, Seven, Julian, dan Juli. Kalian memberikan perintah pada kalian untuk pergi ke sana dan jangan lupa membawa Pedang Naga Hitam.”

       Seven, Julian, dan Juli kompak menjawab, “Siap! Laksanakan!”

       ***

       Di luar istana kerajaan, diam-diam seseorang berpakain hitam mendengarkan ucapan Raja Fedrin. Dia merasa senang, karena rencananya berhasil membuat Raja Fedrin mengirimkan Pedang Naga Hitam ke Kerajaan Megorold.

       Tidak lupa, orang berpakaian hitam ini melaporkan situasinya pada Raja Kerajaan Megorold.

Dr. Meong

Jangan lupa komentarnya plus subcribernya, Guys. Biar gua semangat updatenya, nih.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status