Share

Toki o tomeru surasshu!

            “Kaminari kokuryu kiri!” Seven kembali memasukan pedangnya ke dalam serangkanya. Partikel-partikel hitam bergerak bak kilat petir menebas-nebas tubuh musuh dalam sekejap.

            Ratusan prajurit yang mengepung istana Kerajaan Megorold berteriak histeris kesakitan. Mereka tidak dapat menahan rasa sakit tebasan secepat kilat ini. Rasanya seperti tusukan ribuan pedang.

            Sanzhes berdecak kesal, matanya melirik ke sana-sini mencari keberadaan Seven. Seven berusaha mempertahan hawa keberadaan dirinya yang menghilang.

Tak ada pilihan lain, Sanzhes menancapkan pedangnya pada lantai. Mulutnya bergerak mengucapkan satu kalimat untuk mengeluarkan kekuatannya. “Aminosan Poizunrein!”

Perlahan muncul sebuah awan dari atas. Cairan-cairan hitam pekat keluar dari awan, dan menetes secara perlahan ke lantai. Semakin lama keluar, semakin banyak cairan yang menetes ke bawah mengenai siapa saja.

Julian berusaha keras melindungi tiga orang sekaligus. Ratusan prajurit yang sudah merasakan tebasan Seven, sekarang mereka harus merasakan cairan racun milik Sanzhes. Walaupun begitu, Sanzhes hanya membuat cairan racun tersebut tidak mengenai tuannya, Raja Steward.

Cairan ini membuat tubuh manusia meleleh seperti dibakar api, hingga menyisakan tulang belulang saja. Seven tidak ingin banyak korban, apalagi orang-orang tidak bersalah harus merenggang nyawa.

“Jigen hakai no kokuryu kiri!” Seven menebaskan pedangnya ke atas menyerang awan yang mengeluarkan cairan hitam pekat.

Dalam sekejap awan terbelah menjadi dua, lalu hancur menjadi debu. Sanzhes naik pitam melihat sihirnya hancur dalam sekali tebasan. Namun, dia tertawa kecil karena berhasil membuat Seven kembali menampakkan dirinya sendiri.

Tak menunggu lama, Sanzhes mengucapkan satu kalimat dengan pelan. Tubuhnya menghilang, lalu muncul dalam sekejap dibelakang Seven. “Rasakan tebasan pedang racunku, Seven!” Kedua tangannya mengayunkan pedang dengan cepat pada Seven.

Refleks Seven memutar tubuhnya ke belakang, tangan kanannya mengeluarkan pedangnya dengan cepat. Namun, sayang dia terlambat satu detik, yang membuatnya terkena tebasan racun pada bagian bahunya kanannya.

Sanzhes tidak ingin berhenti dan membuang waktu, dia kembali menyerang Seven dengan cepat menggunakan tebasan-tebasan pedang racunnya. Seven hanya meringis kesakitan, tubuhnya terkena tebasan racun beberapa kali. Akan tetapi, tangan kanannya selalu berusaha memegang Pedang Naga Hitam dengan erat.

“Apakah hanya ini kekuatan pemilik Pedang Naga Hitam?” Pertanyaan Sanzhes ini membuat Seven mulai naik pitam.

Seven tidak bisa menahan emosi lagi. Dia menundukkan kepalanya. Partikel-partikel hitam kembali bermunculan. Partikel-partikel hitam ini terbang mengelilingi tubuh Seven, lalu masuk ke dalam Pedang Naga Hitam.

Sanzhes tidak peduli apa yang terjadi pada Seven, yang ada dalam pikirannya hanyalah menumbangkan Seven secepat mungkin.

Slash! Slash!

Tebasan demi tebasan terus menyerang tubuh Seven, hingga tubuhnya mengeluarkan banyak cairan merah kental. Anehnya, sekarang dia sama sekali tidak berteriak kesakitan. Mulutnya justru tertutup rapat, dan hanya tersenyum sinis.

Julian terkejut melihat tubuh Seven yang hampir hancur, ingin sekali rasanya menolong Seven, tetapi dia harus menjaga ketiga orang di belakang dirinya. Aurel sedari tadi terus berusaha menyembuhkan Jhon menggunakan sihir medisnya. Walaupun sudah dibantu oleh Juli, Jhon hingga sekarang belum sadarkan diri.

Tidak ingin menunggu dan melihat saja, Julian bersiap membantu Seven.

Kau cukup diam saja, dan jaga mereka bertiga, tiba-tiba sebuah bisikan dari Seven terdengar telinganya. Julian mengangkat kepalanya, melihat apa yang terjadi pada Seven. Tak ada yang berubah, tubuh Seven terus terkena tebasan pedang racun milik Sanzhes.

Sudah lima belas menit, Sanzhe tidak mengerti mengapa tubuh Seven tidak terjatuh ke lantai. Padahal cairan merah kental sudah membanjiri lantai istana Kerajaan Megorold. Apakah dia sekuat ini?, Sanzhes masih tidak percaya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya.

Tubuh sudah hancur lebur dan penuh darah. Tangan kanan berusaha memegang sebuah pedang dengan erat. Kedua kaki tetap berdiri kokoh, membuat tubuh yang hancur ini tidak tergeletak ke lantai.

Sanzhes sudah mengeluarkan banyak mana untuk menyerang Seven. Dia meminta prajurit Megorold yang bisa berdiri untuk menyerang Seven bersamaan. “Cepat! Serang dia sekarang! Hancurkan tubuhnya hingga tak tersisa!” perintahnya pada beberapa prajurit yang sudah berdiri.

Segerombolan prajurit berlari menyerang Seven yang terdiam dengan tubuh yang sudah hancur. Julian panik, otaknya segera bekerja memikirkan cara untuk menghentikan serangan beberapa prajurit Kerajaan Megorold.

Sanzhes tertawa jahat melihat tubuh Seven diserang beberapa prajurit Kerajaan Megorold.

“Toki o tomeru surasshu!” lirih Seven dengan suara pelan.

Dalam sekejap semua orang berhenti bergerak dan bernapas. Pandangan mata mereka menjadi kosong, tidak melihat apa pun. Sebuah gumpalan asap hitam muncul, dan memakan tubuh Seven dalam sekejap.

Dalam hitungan menit, Seven keluar dari gumpalan asap hitam dengan tubuh segar. Tidak ada luka apa pun dalam tubuhnya. Staminanya kembali terisi penuh. Namun, bola matanya berwarna kuning dengan lingkaran merah.

“Waktunya pembalasan,” ucap Seven sembari melirik ke arah Sanzhes yang tidak bergerak sama sekali.

Kedua kakinya melangkah dengan pelan ke arah Sanzhes. Seven hanya perlu lima langkah untuk sampai di depan Sanzhes. Tangan kirinya menjentik dahi Sanzhes sekali.

Napas Sanzhes terengah-rengah, dia akhirnya bisa bergerak dan bernapas, tetapi hanya kepalanya saja yang bisa bergerak. Nyalinya sedikit ciut saat menatap wajah Seven. Dia merasa ini bukanlah Seven yang sebenarnya, dia bertanya, “Siapa kau sebenarnya?”

Seven hanya tersenyum manis, tangan kirinya menarik seorang prajurit Kerajaan Megorold. Dia mengangkat tangan kanannya yang memegang pedang, lalu memotong tubuh prajurit yang baru saja diambil. “Siapa aku? Aku Seven sang pembunuh naga!” ucapnya dengan tatapan tajam ke arah Sanzhes.

Sanzhes terkejut, dan lehernya seperti ada yang mencekik saat melihat tatapan tajam Seven. Dia ingin mengeluarkan kata-kata, tetapi mulutnya sulit bergerak gara-gara lehernya seperti dicekik.

“Selamat tinggal, orang bodoh!” Seven menebaskan pedangnya pada tubuh Sanzhes. Dia membelah dua tubuh Sanzhes. Darah merah segar perlahan membanjiri lantai istana Kerajaan Megorold.

Setelah itu, Seven menancapkan pedannya pada lantai. Kita bertemu kembali lain waktu, Seven.

Semua orang kembali bisa bergerak dan bernapas. Para prajurit Kerajaan Megorold terkejut saat melihat tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua. Begitu juga dengan Seven, dia tidak tahu mengapa tubuh Sanzhes bisa terbelah menjadi dua.

Julian segera menghampiri Seven untuk menanyakan keadaannya, tetapi dia cukup terkejut saat melihat tubuh Seven dari dekat.

Bukannya Seven terkena banyak tebasan pedang racun asam amino? Tidak mungkin, tidak mungkin. Apa yang terjadi sebenarnya?, Julian tidak percaya. Bahkan rasa terkejutnya tidak sampai disitu, dia kembali terkejut saat melihat tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua, Apa? Sejak kapan tubuh Sanzhes terbelah menjadi dua?

“Julian apa kau tahu siapa yang melakukan ini?” tanya Seven yang penasaran.

Julian tercengang, dia segera melirik ke arah Seven, dan bertanya balik, “Bukannya kau yang melakukan ini?”

Dr. Meong

Mulai besok, Meong Insya Allah rajin up 2 bab setiap hari pada pukul 23.00 WIB.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status