Aranjo merasakan angin kencang, tubuhnya mundur ke belakang dan menahan pandangan dengan tangannya. Aranjo tidak ingin debu masuk ke dalam matanya.
Roh-roh jahat yang sedari tadi mengikuti Aranjo langsung menghilang saat merasakan kehadiran Griffin.
Seketika angin kencang tidak lagi berhembus namun Aranjo merasakan sesuatu berada di hadapannya. Aranjo menurunkan tangannya dan perlahan membuka matanya.
Aranjo terlompat kebelakang dan jatuh terduduk, mata Aranjo membelalak melihat mahluk di hadapannya.
"Tolong jangan makan aku! Diriku tidak memiliki banyak daging dan jika kamu memakan diriku aku yakin kamu akan tersedak!" ujar Aranjo sambil terus mundur kebelakang.
Aranjo menatap lurus ke arah mahluk itu, dirinya pernah membaca gulungan mengenai mahluk seperti di hadapannya. Binatang spiritual agung yang jarang terlihat, konon hanya ada satu Griffin di setiap masa dan saat mereka mati akan berubah menjadi abu. Griffin berikutnya akan terlahir dari abu Griffin sebelumnya, mereka hanya akan mati dan lahir di hutan kabut.
Griffin hampir setinggi tubuhnya, wajah elang mendekati wajah Aranjo. Bola mata elang itu berwarna gabungan antara hitam dan emas. Bulu Griffin itu berwarna emas pucat dengan helai helai merah halus di antara bulu emas itu.
'Terima kasih sudah menolongku!'
Aranjo seakan mendengar suara seseorang berbicara padanya. Apakah dirinya berhalusinasi? batin Aranjo.'Aku burung kecil yang kamu selamatkan dulu!'
"Apakah kamu berbicara padaku?" tanya Aranjo sambil mendekati Griffin.
'Kamu dapat mendengarkan diriku jika aku ijinkan!'
"Wow...." seru Aranjo sambil melompat berdiri dan berjalan mengelilingi Griffin.
"Kamu terlihat berbeda dari dulu! ada berbeda!" ujar Aranjo masih sambil menatap Griffin.
'Tentu! Dan kamu juga terlihat berbeda!'
"Senang bertemu denganmu kembali teman!" ujar Aranjo yang saat ini telah berdiri di hadapan Griffin.
'Senang bertemu denganmu kembali!'
"Bolehkah aku menyentuh dirimu?" tanya Aranjo, dirinya ingin merasakan bulu keemasan itu di tangannya.
'Silahkan.'
Aranjo menyentuh bulu keemasan di balik kepala Griffin dan menyentuh punggungnya. Bulu-bulu itu sangat halus dan lembut, tetapi burung ini sudah tidak selucu saat pertama kali mereka bertemu.
Setelah puas menyentuh bulu halus keemasan itu, Aranjo berjalan ke arah batu besar dan duduk diatasnya.
'Apa yang membawa dirimu kembali ke sini?'
"Sama seperti waktu itu. Aku dihukum untuk merenungkan kesalahanku di sini!" ujar Aranjo.
"Apakah kamu pernah bertemu dengan siluman itu lagi?" tanya Aranjo.
'Siluman?'
"Teman yang bersamaku saat pertama kali kita bertemu! Teman yang memberikan sedikit kekuatannya untuk dirimu!" ujar Aranjo antusias.
Dirinya hanya bertemu siluman itu dua kali, kali pertama di hutan kabut ini dan kali kedua di ruang baca yang sering dikunjunginya.
Griffin terdiam, jika Dewi itu menganggap Sang Kaisar adalah siluman berarti hal itu yang dikehendaki olehnya. Jadi Griffin tidak akan mengatakan apapun tentang Kaisar.
'Tidak!'
Aranjo menghela nafasnya panjang dan berpikir bagaimana caranya kembali ke Paviliun. Waktu itu Aranjo tahu siluman itu yang membantu dirinya agar dapat kembali ke Paviliun dengan selamat.
"Apakah kamu dapat mengantar diriku pulang?" tanya Aranjo.
'Aku tidak bisa keluar dari hutan kabut ini! Tetapi jika kamu mau, aku bisa membawamu berkeliling hutan!'
"Benarkah?" tanya Aranjo gembira dan sambil menganggukkan kepalanya tanda dirinya ingin berkeliling.
'Naiklah!'
Griffin membungkuk sedikit agar Aranjo dapat naik ke atas punggungnya.
Aranjo melompat kegirangan, ilmu sihirnya belum mencapai tingkat tinggi jadi dirinya belum dapat bermain dengan gravitasi. Aranjo melompat naik ke punggung Griffin.
'Berpegangan yang erat!'
Aranjo memeluk leher Griffin dan sayapnya terbentang lebar lalu mengepakkan sayapnya. Mereka terbang, Aranjo tertawa gembira dan rasanya sangat menyenangkan terbang di atas angkasa. Tidak banyak pemandangan yang dapat dilihat, sebagian besar hutan ini tertutup kabut.
Griffin membawa Aranjo terbang mengitari hutan kabut selama beberapa saat. Lalu mendarat di depan gua tempat tinggalnya, Aranjo melompat turun dari punggung Griffin dan melihat pemandangan yang ada dihadapannya.
Suasana di sini sangat berbeda, tempat ini tidak sama dengan hutan kabut. Pepohonan di sini berwarna hijau dengan bunga warna warni dan ada sungai kecil di sepanjang mata memandang berisi air yang sangat jernih.
"Apakah ini masih bagian dari hutan kabut?" tanya Aranjo.
'Iya!'
Aranjo berlari ke arah sungai, dengan kedua tangannya mengambil air dan membasuh wajahnya. Sangat segar, Aranjo juga dapat melihat dengan jelas ikan-ikan yang berenang di dalamnya.
Aranjo berlari kesana-kemari dengan bahagia lalu menghampiri Griffin.
"Apakah kamu selamanya tidak bisa keluar dari hutan ini?" tanya Aranjo.
'Aku bisa keluar setelah kekuatanku sempurna dan mengalami bencana petir. Setelah mengalami bencana petir, aku akan memiliki wujud manusia dan bisa keluar dari hutan kabut. Saat itu akan membalas budi baikmu!'
Aranjo merenung sejenak lalu kembali berjalan mengelilingi Griffin. Aranjo berpikir apakah burung ini jantan atau betina? Apakah wujud manusianya wanita atau pria? batin Aranjo.
Griffin menghindari tatapan Aranjo, Griffin dapat mendengar jelas kata hati Aranjo.
Semua Griffin yang terlahir adalah jantan dan setelah mengalami bencana petir mereka akan memiliki kemampuan berubah wujud dari manusia kembali ke Griffin dan sebaliknya.
Griffin merasakan kehadiran Sang Kaisar dan langsung menunduk hormat.
Lain halnya dengan Aranjo, saat melihat kehadiran Kaisar, dirinya langsung berlari menghampiri Sang Kaisar dan memeluknya erat.
"Aku merindukanmu! Kenapa kamu tidak pernah muncul lagi setelah terakhir kita bertemu di ruang baca?" ujar Aranjo antusias.
Sang Kaisar yang selalu bertampang datar, mengangkat kedua tangan Aranjo yang memeluk lehernya dan perlahan melepaskan pelukan itu. Kaisar mendorong perlahan tubuh Aranjo agar menjauhinya.
"Kamu harus kembali membaca gulungan mengenai tata krama!" ujar Sang Kaisar datar setelah menjauhkan Aranjo dari dirinya.
"Kita sudah lama tidak bertemu! Apakah harus sekaku ini?" tanya Aranjo sambil berjalan menghampiri Sang Kaisar dan berdiri di sampingnya.
Aranjo menatap wajah yang terpahat sempurna, dan mengaguminya. Saat kecil dirinya hanya menggambarkan temannya ini dengan kata indah tetapi setelah semakin dewasa Aranjo merasa temannya ini sangatlah tampan.
"Apakah kamu ingin kembali?" tanya Sang Kaisar.
"Tentu! Tapi bisakah sebentar lagi? Kita jarang berkumpul dan ikan-ikan itu terlihat sangat lezat. Biarkan aku memanggang ikan untuk kalian!" ujar Aranjo bersemangat.
Dirinya lumayan jago memasak dan itu sudah dilakukannya sejak masih kecil.
Sang Kaisar tidak menjawab dan hanya berjalan pelan ke arah batu besar lalu duduk di atasnya. Griffin masih menunduk tidak berani bergerak atau menatap Sang Kaisar.
Aranjo melihat bagaimana siluman itu duduk, itu artinya siluman itu setuju.
Aranjo berlari ke arah sungai dan melompat ke dalamnya mencoba menangkap ikan-ikan itu. Setelah beberapa saat tidak ada satu ikan pun yang berhasil ditangkapnya dan sekujur tubuhnya basah kuyup."Bantu dia!" perintah Sang Kaisar kepada Griffin.
'Baik!'
Griffin pun melompat ke arah tepi sungai. Aranjo melihat kedatangan Griffin dan berkata, "Mengapa ikan-ikan disini sangat sulit ditangkap?"
Griffin tidak menjawab, melainkan menatap ke dalam air dan tidak lama banyak ikan yang secara sukarela melompat keluar dari kolam.
Aranjo menatap hal tersebut dengan mulut menganga.
"Seharusnya kamu mengatakan kamu bisa melakukan hal itu!" gerutu Aranjo.
'Kamu tidak bertanya!'
Aranjo menatap tajam ke arah Griffin, dirinya belum memiliki kemampuan sihir setinggi itu. Aranjo berusaha mengeringkan tubuhnya menggunakan kekuatan sihirnya tetapi tidak kering sepenuhnya, itu lebih baik daripada basah kuyup seperti tadi! batinnya.
Sang Kaisar melihat jelas kemampuan Aranjo yang tidak dapat mengeringkan bajunya sendiri. Lalu Sang Kaisar menggunakan sihirnya untuk membantu Aranjo dan seketika tubuh serta pakaian Aranjo kering total.
"Terima kasih!" ujar Aranjo sambil melambai kepada Sang Kaisar.
Archer berlumuran darah dan sama sekali tidak melawan. Ia hanya berharap perasaan Aranjo dapat tergerak, melihatnya seperti ini. Sedangkan Asmodus semakin menggila dan memukul, membabi buta.Aranjo berteriak, histeris. Namun, ia tidak mampu menggerakkan tubuh. Ya, dalam hatinya, ia berteriak melihat bagaimana Archer babak belur. Apalagi, tidak ada yang dapat dilakukan.Sampai pada satu titik, Asmodus mencengkeram leher Archer dan mengangkatnya tinggi. Tawa puas, menggema, melihat betapa banyak darah yang membasahi tubuh Dewa Agung itu."Hmmm, tidak menarik, karena kamu tidak melawan. Namun, itu bagus. Aku dapat memusnahkanmu, lebih cepat."Cengkeraman semakin kuat dan membuat Aranjo, semakin panik.'Aku mohon, jika Surga memang ada, maka dengarkan doaku. Aku mencintai Archer dan Dewa itu juga mencintaiku, aku mohon biarkan aku terlepas dari belenggu ini, agar dapat menolongnya. Aku tidak peduli, walaupun jiwaku menjadi taruh
"Para Dewa Agung, aku butuh kekuatan kalian untuk menyegel gerbang alam bawah ini. Jadi, saat Asmodus musnah, kerusakan cukup terjadi di alam bawah dan tidak menyebabkan kerusakan di luar itu!" ujar Kaisar Langit dengan tegas."Baik, Yang Mulia Kaisar Langit!" seru para Dewa Agung terkuat di Alam Langit.Para Dewa melompat turun dari atas punggung Pegasus yang masih terbang. Membentuk formasi di sekitar gerbang alam bawah dan mulai menyalurkan energi kekuatan sihir mereka."TUNGGU!"Para Dewa Agung dan Kaisar Langit menatap ke sosok yang berani bersuara.Robert Gao melangkah maju, tepat ke hadapan sang Kaisar Langit. Ia keluar bersama dengan semua mahluk dari alam bawah dan tetap berada di dekat gerbang, untuk melihat apa yang terjadi."Bagaimana dengan Archer? Ia masih berada di dalam dan kalian menyegel gerbang ini. Bagaimana ia dapat keluar dan bagaimana jika ia membutuhkan bantuan?" seru Robert Gao, yang mer
Robert berusaha bernapas, tetapi itu begitu sulit. Tidak lagi berusaha melawan, Robert merogoh sesuatu dari saku pakaiannya. Berhasil, walaupun dengan susah payah. Dengan wajah yang sudah memerah karena kehabisan napas, Robert berhasil mengangkat kalung dengan leontin darah suci ke hadapan Griffin.Seketika tangan yang mencengkeram leher, dilepaskan dan membuat tubuh Robert terhempas kuat ke tanah.Berusaha keras mengisi paru-paru dengan oksigen, Robert benar-benar kesulitan. Sedikit lebih lama lagi, maka ia akan musnah.Griffin berdiri mematung dan menatap ke tangan manusia abadi yang menggenggamnya leontin itu. Griffin tahu itu adalah bagian dari dirinya, tetapi bagaimana itu bisa ada di tangan manusia abadi itu?"Dari mana kamu mendapatkan itu?" tanya Griffin dingin."A-Anda menitipkan kepadaku! Dan berpesan, untuk mengembalikannya saat ini," ujar Robert dengan suara yang begitu lemah.Griffin menunduk dan menatap
Tangan Aranjo terulur, mendekati artefak itu. Ujung jari telunjuk, menyentuh benda itu dan seketika cahaya terang menyelimuti Aranjo. Ia menghilang bersama dengan benda itu, kembali kepada sang pemilik.***Keesokan harinya, Griffin keluar dari paviliun dan tetap berada di sana untuk beberapa saat. Menunggu, menunggu Aranjo keluar dari paviliun.Setelah menunggu beberapa saat, Leander datang menghampirinya."Ayo, kita harus segera pergi ke alam bawah. Lentera cahaya sudah ada padaku," ajak Leander.Diam dan tidak menanggapi ucapan Leander."Kamu menunggu Aranjo?" tanya Leander.Griffin mengangguk."Dia sudah kembali ke Alam Iblis," ujar Leander. Ya, ia tidak berbohong, memang benar Aranjo telah kembali ke Alam Iblis, walaupun bukan ke istana. Namun, Leander yakin Griffin tidak akan bertanya lebih jauh, sebab mengira Aranjo kembali ke istana.Ragu sejenak, tetapi pada akhirnya Gri
"Bagus, jika kamu menyukainya," balas Griffin dan merasa lega, tidak harus merubah warna rambutnya ini.Seketika, kesadaran akan cincin ilusi miliknya yang belum dikembalikan, membuat Aranjo langsung duduk. Gerakannya itu membuat rambut Griffin yang berada dalam genggamannya, tertarik.Griffin langsung memalingkan wajah dan menatap ke arah Aranjo, yang sudah dalam posisi duduk."M-Maaf," ujar Aranjo dan segera melepaskan rambut itu."Tapi..., Hei! Kembalikan cincin ilusi, milikku!" ujar Aranjo lantang, saat teringat akan cincin itu."Ini?" tanya Griffin, sambil mengangkat tangannya tepat di hadapan Aranjo, perlahan membuka kepalan tangan dan cincin ilusi itu ada di atas telapaknya.Melihat cincin itu, Aranjo langsung hendak mengambil. Namun, Griffin memindahkan tangannya, sehingga tangan Aranjo hanya menggapai angin."Kembalikan!" seru Aranjo yang mulai kesal. Mabuk, membuat otaknya tidak dapat berp
Perjamuan makan diadakan oleh Kaisar Langit. Kembali mereka diundang ke aula, untuk mengikuti perjamuan itu.Aranjo mengagumi keindahan Alam Langit dan matanya, tidak henti melihat-lihat.Perjamuan yang cukup meriah dan dihadiri oleh begitu banyak Dewa, serta Dewi.Aranjo duduk di balik meja rendah, yang berada tepat di antara meja Leander dan Griffin. Alunan musik dari harpa, mengiringi tarian indah yang dipertontonkan di tengah-tengah aula. Tarian yang isisipkan dengan kekuatan sihir, membuat apa yang dilihat begitu menakjubkan.Aranjo menatap dengan mulut menganga, akan keajaiban tarian yang ada di hadapannya.Leander memalingkan wajah dan menatap ke arah Griffin. Seperti perkiraannya, siku Griffin diletakkan di atas meja, dengan tangan menopang wajahnya. Ya, Griffin menatap ke arah Aranjo. Mahluk agung itu terlihat jelas seperti sedang jatuh cinta.Leander menghela napas, ia khawatir akan apa yang akan