# Arisan Bodong Keluarga
Bab 5 Novia segera membuka pintu, karena rasanya tidak mungkin ada yang membukakan pintu untuknya layaknya seorang tamu yang ada Novia malah disambut wajah Amah yang ditekuk dan mata yang mendelik, wajah wajah datar yang lainnya. Namun yang paling mencolok adalah wajah sinis Ayu istrinya Robi. Novia merasa heran dan bertanya tanya apa dia punya masalah dengannya? padahal mereka jarang bertemu. Novia memang tidak terlalu dekat dengan Ayu ataupun keluarga Diki yang lain karena dia kurang merasa cocok bersama mereka. Sebisa mungkin Novia menghindar jika ada acara yang tidak terlalu penting. Bukannya Novia sombong tapi dia sering merasa tak nyaman saja dengan cara hidup mereka. Sering sekali mereka pamer di grup WA keluarga besar ataupun di sosmed nya. Cantika dan Ayu sering pergi shopping bareng dan berlibur bareng tapi jarang sekali Novia melihat Ibu mertuanya diajak mereka. Terakhir Novia lihat Ayu memposting ketika liburan bersama teman temannya. Sedangkan Cantika sedang berlibur bersama keluarga suaminya. Dan Murni sering bercerita atau memamerkan apa yang sudah diberikan Ayu dan Cantika di grup WA keluarga. Belum acara live nya di warung kala berkumpul bersama dengan tetangga sering kali Amah membanding bandingkan Novia dan Ayu sebagai menantu. Kadang apa yang diberikan mereka pada Murni tak seberapa dibandingkan dengan apa yang sudah Novia dan Diki berikan. Tapi entah mengapa itu semua seakan tak terlihat atau bahkan tak di rasa oleh Ibu mertuanya. Kadang dalam hati Novia ada rasa kesal, kenapa Ibu mertuanya selalu membanggakan mereka. Sering Novia merasa Murni tak pernah menganggapnya ada kecuali kalau jika butuh uang saja. " Lama banget sih kamu datangnya sengaja bikin kami nunggu ya " baru juga membuka pintu sudah disambut ucapan Murni dengan mata mendelik pula. " Iya udah berasa orang penting saja kulihat " timpal Ayu. " Iya, maaf Amah setelah sholat aku makan dulu. Lagipula aku naik angkot jadi lama kena macet " Novia menekankan kata kata terakhir sambil melihat Diki untuk melihat reaksinya. Merasa disindir Diki membuang wajahnya. " Lagipula dari obrolan kemarin kan membicarakan uang arisan yang harusnya kudapatkan, yang uang arisannya itu selalu aku titip pada Amah terus apa hubungannya Ayu menungguku. Apa uang arisanku di pakai Ayu? " lanjut Novia. Seusai Novia berbicara wajah mereka tampak kaget. Novia pun jadi curiga kalau mereka sudah kompak untuk membohonginya. " Sudah sudah gak usah ribut, kamu duduk dulu Vi kita bicarakan ini baik baik. Malu sama tetangga rumah kita di gang jangan sampai mereka berfikir kalau keluarga kita ada masalah " ucap Bapak. " Ya wajarlah kalau tetangga berfikir keluarga kita ada masalah itu juga gara gara amah yang tadi pagi bikin keributan di rumahku " gumam Novia dalam hati. Novia memperhatikan di antara orang yang duduk berkumpul di ruangan itu hanya Imam Ayah mertuanya yang masih terlihat biasa saja tidak menampakan wajah kesal dan tidak suka. Imam memang cukup baik, tapi terkadang terbawa oleh Murni istrinya. Mungkin Imam merasa tidak enak atau bisa dibilang Imam itu ISTI alias ikatan suami takut istri. " Iya Pak " jawab Novia sambil duduk karena berusaha menghargai Bapak mertuanya. Posisi duduk Novia terpisah mereka berkumpul di kursi panjang setengah melingkar. Sedangkan Novia duduk sendirian di kursi sofa bulat kecil yang berada di tengah tengah mereka. Kalau diperhatikan posisi seperti itu layaknya sedang disidang saja. Imam menatap Novia " Ehemmm, gini Vi soal uang arisan kamu. Bapak tau itu uang kami yang seharusnya kamu dapatkan tapi " " Uang dia darimana pak? jelas jelas itu uang Diki kok bisa dibilang uang dia " belum beres Imam berucap tapi dipotong istrinya. " Ugghhh dasar mertua gak jelas, masih saja itu yang diomongkan uang Diki uang Diki gak inget apa uang anaknya yang dipakai tiap bulan sedangkan aku dapat sisanya. " gumam Novia dalam hati. " Maaf Mah sudah berapa kali Via bilang uang arisan itu pure uang gajian Via. Apa Amah lupa kalau uang gajian Mas Diki paling besar di ambil Amah dan aku dapat sisa " balas Novia tanpa rasa takut. " Sudah sudah coba tenang dulu bukankah niatnya kita berkumpul untuk bicara baik baik? " ujar Imam dengan suara agak meninggi karena melihat istrinya yang sudah berdiri dan marah. Novia dan Murni langsung terdiam, sekilas terlihat Murni mencebikan bibirnya sambil duduk di kursinya kembali. " Begini Vi sebenarnya uang arisan itu seharusnya udah kamu dapatkan dari setahun lalu. Waktu itu Amah menukar nomor nya dengan saudara yang lain dengan alasan untuk biaya nikah robi " lanjut Imam. " Sebentar Pak, maksud Bapak setahun lalu Via sudah menang arisan dan uangnya di pakai biaya nikah Robi?" Novia memperjelas ucapan Bapak mertuanya. " Iya Vi, Bapak minta maaf gak bilang sama kamu dulu " jawabnya. Seketika emosi Novia langsung naik dan langsung berdiri " Oh jadi gitu, kalian pakai uangku tanpa izin dulu padaku, dan uang itu di pakai untuk biaya menikah Robi. Hahaaa yang benar saja " Novia tertawa kencang. Lalu dia memandangi mereka satu persatu. Diki dan Robi menundukan wajahnya. Berbeda dengan Murni yang wajahnya merah pada. " Apa maksudmu tertawa? " pekik Murni. Sebenarnya Novia tertawa untuk apa juga tidak tau. Apakah tertawa karena melihat gaya hidup mereka yang selalu ingin dilihat waahh tapi sebenarnya zonk atau menertawakan diri sendiri yang terlalu naif dan jadi sangat bodoh? Novia menghentikan tawanya " Jelas saja aku tertawa, bukankah lucu kalian memakai uangku tanpa izin terlebih dahulu. Yang lebih lucunya lagi dipakai untuk biaya menikah. Hey apa kalian gak malu menikah memakai uang hasil keringatku hanya karena ingin dilihat orang lain hebat dan banyak duit. Kenapa kalian gak nabung terlebih dahulu jangan pakai hak orang dong apalagi gak minta izin " ucap Novia seraya memandang kearah Robi dan Ayu. Kini wajah Robi dan Ayu memerah menahan marah. " Dan 1 lagi aku tekankan itu uangku yang kalian pakai " Tiba tiba Murni langsung berdiri dan berucap sambil berteriak " Aturan darimana itu uangmu, tak pernah kamu hargai keringat suamimu. Wajarlah kalau Robi memakai uang kakaknya karena mereka bersaudara" Mendengar itu rasanya Novia ingin muntah " Apa gak salah amah bicara seperti itu, apa perlu aku hitung dan catat berapa pengeluaran rumah tangga kami setiap bulan dan berapa gaji yang Mas Diki berikan padaku. Setiap bulan Mas Diki memberi uang pada amah 4 juta karena alasan harus bantu biaya Ikbal sekolah dan biaya untuk rumah ini. 1 juta untuk bensin 2 juta diberikan padaku. Aku memang mendapat 2 juta setiap bulan tapi uang itu sering di minta kembali dengan banyak alasan " " Halahhh baru gitu saja perhitungan, aku juga suka ngasih sama amah. Apa perlu aku bilang " Ayu menjawab ucapan Novia. Pandangan Novia langsung beralih pada Ayu, Novia merasa kesal sekali ketika Ayu ikut menjawab karena status mereka sama sama menantu apalagi dengan tidak ada rasa bersalahnya sudah memakai uangnya. " Oh ya berapa uang yang kamu kasih pada Amah, apa sebesar uang yang telah diberikan olehku? " ucap Novia sedikit mengejek. " Jangan sombong kamu Mbak, baru segitu saja sudah besar kepala. Benar yang Amah bilang wajar saja kalau aku memakai uang itu karena aku adik Mas Diki " tiba tiba saja Robi ikut bicara. " Baguss ternyata semua ikut bicara, sudah kuduga mereka pasti mau main keroyokan. Disaat seperti ini aku berharap paman segera datang bukan karena takut tapi setidaknya kalau 2 kepala untuk menghadapi mereka akan lebih baik " Novia membatin. " Hahaaa ya wajar, tentu saja sangat wajar andai yang kamu pakai itu benar benar uang kakakmu. Apa kamu tidak dengar dari awal aku bilang kalau itu uang hasil keringatku. Uang kakakmu sudah di pakai untuk memenuhi kebutuhan di rumah ini. Apa masih kurang jelas? " dengan lantang Novia bicara. Dia sudah tidak peduli dengan tetangga andai mereka mendengar keributan di rumah itu. " Dasar menantu kurang ajar dibiarkan malah ngelunjak " Murni hendak menghampiriku dengan mengangkat tangannya. Tapi baru 2 langkah Imam sudah menghalangi. " Lalu kamu Mas jangan diam saja dong harusnya kamu menjelaskan pada semua terutama adikmu agar dia tahu uang siapa sebenarnya yang dia pakai. Dengan kamu diam saja seakan membenarkan apa yang dilakukan mereka. Mana tanggung jawab kamu sebagai suami " Novia beralih bicara pada Diki dan berharap akan ketegasannya. " Heh kamu tidak sopan berani bicara lantang pada suami, dasar anak kurang didikan. Apa Ibumu tidak mendidikmu untuk bicara sopan agar bisa menghargai orang lain. Masih untung aku mau merestui kalian menikah " Murni menunjuk Novia dengan penuh amarah. " Jangan bawa bawa nama Ibuku. Dan apa Amah tidak salah bicara? karena aku tidak pernah merasa kurang didikan Ibuku dan Pamanku selalu mendidikku dengan baik penuh kasih sayang. Justru aku lihat Amah yang tidak bisa mendidik anak anak Amah yang seenaknya dan tidak bertanggung jawab memakai uangku bahkan suamiku tidak bisa bersikap tegas layaknya seorang suami jangan merasa Amah lebih baik dari Ibuku " Novia pun ikut berdiri dan bicara lantang tapi tiba tiba. Plaaakk.. " Jaga ucapanmu novia" Tiba tiba pipi kiri Novia terasa perih dan kebas karena ditampar..# Arisan Boding Keluarga Bab 230 ( Ending ) Hari berlalu semua hutang Robi sudah di bereskan menggunakan uang Cantika yang di anggap membeli bagian Robi. Cantika masih tetap mengurus toko dan sekarang semua hasilnya utuh di kelola Cantika. Hanya saja kini tugas Cantika lah yang harus membayar cicilan ke Bank hingga lunas dan sertifikat kembali. Karena hanya Cantika orang yang tersisa menyepakati untuk menggadai sertifikat rumah. Cantika sempat terbentur modal, namun dia di beri jalan oleh Diki agar mengambil barang di pabrik milik Novia. Karena kini Novia memproduksi brand sendiri. Namun pabriknya juga menerima pesanan barang tanpa branding. Dengan mengenyampingkan rasa malu Cantika pun meminta bantuan Novia untuk mengambil barang di pabriknya. Untung saja Novia bermurah hati. Dia dengan senang hati membantu mantan iparnya meski dengan pembayaran di belakang untuk pengambilan barang pertama. Kini berkat bantuan Novia toko Cantika bisa kembali beroperasi dan memiliki banyak
# Arisan Bodong Keluarga Bab 229 ( Nasib Chila ) " Soal itu kami meminta maaf, kami tidak tahu kejadiannya akan seperti ini " Pak Slamet Bapak Ayu menjawab dengan suara bergetar. " Apa dengan maaf Amah akan hidup kembali? gak akan. Sekarang kalian datang hanya untuk meminta warisan Robi dengan kedok mengasuh Chila, memalukan " Diki mulai terisak ketika mengingat kematian Ibu dan adiknya secara bersamaan. " Sudah Ki, ini sudah takdir " Pak Imam menepuk bahu Diki. " Aku gak suka Pak, di saat masih berduka mereka membicarakan warisan. Mengapa hanya menuntut hak tapi tak ingat kewajiban " Semua masih tertunduk, kakak Ayu yang sedari tadi memasang wajah masam pun ikut tertunduk. " Sudah Ki, kalau seperti ini akan lama selesainya " suara Pak RT menyadarkan Diki dari amarah dan kesedihannya. " Baiklah, maaf saya terbawa emosi. Saya tak ingin berbasa basi lagi. Tika tolong bawa catatannya! " Cantika datang membawa sebuah catatan yang berisi daftar hutang Robi dan Ayu. Catatan i
# Arisan Bodong Keluarga Bab 228 ( Menuntut Warisan ) " Assalammu alaikum Pak Imaaam " Diluar terdengar ketukan pintu di barengi teriakan memanggil Pak Imam. Dari suaranya mereka yakin tamu tersebut membawa berita buruk. " Pak, Paak Imaaam " " Siapa sih gak sopan banget, ayo kita lihat " ajak Cantika. Mereka langsung berdiri dan menuju ruang tamu. Ceklek " Waalaikum salam " pintu di buka Cantika. Di lihatnya ada orang tua Ayu, 2 orang kakak laki laki Ayu dan 2 orang yang tak di kenalnya. " Silahkan masuk " ucap Cantika datar. Mereka pun masuk setelah saling pandang. Cantika berpikir mungkin mereka akan melayat karena semenjak Robi dan Amah meninggal belum ada dari keluarga Ayu yang datang. Semua duduk berdampingan dengan keluarga Pak Imam. " Jadi begini Pak saya paman dari Ayu mewakili keluarganya berbicara kesini untuk menyampaikan niat kami ingin mengambil Chila untuk di asuh oleh kami " Pak Imam mengangguk angguk tanda mengerti. Cantika saling berpandangan denga
# Arisan Bodong Keluarga Bab 227 ( Solusi Membayar Hutang ) Pov Novia Beberapa jam yang lalu aku menerima kabar dari Nuri, Amah meninggal dunia karena mendapat serangan jantung. Menyusul Robi meninggal di rumah sakit yang berbeda dengan waktu meninggal yang hampir bersamaan. Sedangkan Ayu meninggal tadi malam. Aku pikir kondisi Amah kemarin sudah membaik karena almarhum bisa hadir dalam acara 4 bulanan calon bayiku. Aku benar benar tak menyangka, Innalillahi. Aku dan suamiku langsung berangkat menuju rumah duka. Yang membuatku terkenang dengan Amah adalah moment terakhir pertemuan kami di acara 4 bulanan. Dia berkali kali meminta maaf sampai aku merasa tak nyaman. Karena sedari dulu aku sudah memaafkan Mas Diki dan keluarganya. Selain itu Amah juga menyerahkan sertifikat kontrakan untuk Keyla. Sebagai permintaan maaf karena telah mengambil hak anak dan istri Mas Diki. Aku benar benar terharu, bukan karena sertifikat itu namun perubahan Amah yang jauh lebih baik. Alhamdulillah
# Arisan Bodong Keluarga Bab 226 ( Duka Mendalam ) " Rupanya begitu, pantas saja ketika di mobil Amah manggil manggil Robi dalam keadaan setengah sadar. Huffttt " Diki menarik nafasnya dalam, kemudian menyandarkan kepalanya di dinding. " Sungguh rasa sayang Amah sangat besar pada Robi. Ah tapi mungkin ini karena Robi sedang terluka. Ya Allah jangan sampai rasa iri hadir dalam hatiku " Diki membatin. " Mas aku lupa Chila dimana? " Cantika baru teringat soal keponakannya. " Dia di rumah di jaga Mama " Nuri yang menjawab pertanyaan Cantika. " Makasih Nur, makasih juga buat Mama. Maaf keluarga kami selalu merepotkanmu dan orang tuamu " ucap Cantika tulus dan memeluk Nuri. " Gak apa Mbak, kita saudara jadi wajib tolong menolong " mereka berdua berpelukan untuk saling menguatkan. " Tik tadi aku gak lihat keluarga Ayu, mereka kemana? " dari tadi Diki ingin menanyakan hal itu hanya saja dia tiba tiba lupa. " Ah iya aku lupa, sepertinya mereka kabur. Tadi sih sempet aku ancam seb
# Arisan Bodong Keluarga Bab 225 ( Berita Duka ) " Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun " Diki menarik nafasnya dalam kemudian dia kembali keluar. " Bagaimana Mas? ' tanya Nuri pada suaminya ketika keluar dari ruangan dimana di sana di sebutkan ada Ayu. Diki hanya mengangguk tak bersuara namun dari matanya syarat akan kesedihan. Akhirnya setelah tahu keadaan adiknya Diki memutuskan untuk mengurus semua. Namun dia meminta izin pada petugas Polisi untuk pulang terlebih dahulu karena kasihan dengan kondisi istri dan keponakannya. Sebelum pulang Diki menghubungi keluarga Ayu untuk datang. Biar saja Polisi yang menjelaskan semuanya. Dia yakin keluarga Ayu tak akan menerima begitu saja. Waktu sudah masuk dinihari Diki tetap pulang membawa Chila dan Nuri menuju rumahnya. Jika di bawa ke rumah orang tuanya dia khawatir Amah akan sakit kembali. Sampai di rumah Diki memutuskan untuk beristirahat. Karena besok dia harus menyiapkan tenaga dan mentalnya. Untung saja Chila tidak rewel jad