Home / Rumah Tangga / Arisan Bodong Keluarga / 4. Memenuhi Undangan

Share

4. Memenuhi Undangan

Author: Naya Senja
last update Last Updated: 2024-07-03 21:49:15

# Arisan Bodong Keluarga

Bab 4

Sesuai permintaan Mas Diki dan Amah aku pulang buru buru. Turun di gerbang menuju jalan rumahku dengan berjalan kaki. Seharusnya sih naik ojeg tapi karena mengulur waktu sambil menunggu jawaban paman Arif aku memilih jalan kaki.

Daerah rumahku termasuk jalan yang cukup ramai. Walaupun jalannya tidak terlalu besar tapi banyak kendaran roda empat yang lewat. Tepat di gerbang depan jalan masuk rumahku ada pasar tradisional yang cukup ramai.

Di sinilah warung nasi kepunyaan amah dulu, padahal posisinya cukup strategis tapi sayang amah kurang ramah pada pembeli sehingga warungnya gak bertahan lama. Dan sekarang warung itu disewakannya pada orang lain menjadi warung kelontong.

Aku menyusuri jalanan sambil sesekali menyapa tetangga yang berpapasan. Dan entah kenapa hatiku terasa gelisah seperti akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Ya Allah semoga semua baik baik saja.

10 menit berjalan kaki akhirnya aku sampai di rumah, sebenarnya tadi aku melewati rumah Amah karena tidak ada jalan lain lagi dan aku lihat ada motor Mas Diki terparkir di teras rumah. Rupanya dia sudah duluan sampe.

Sampe di rumah aku melihat Keyla sedang menonton tv, dia segera berhambur memelukku dan mencium tanganku. Aku pun mencium tangan ibu yang sedang menemani Keyla.

Setelahnya aku segera berlalu ke kamar mandi. Sepulang kerja aku selalu membiasakan diri untuk mandi karena agar tidak terasa gerah. Seperti biasa beres bersih bersih aku akan menemani Keyla untuk menonton tv dan sedikit bertanya soal keseharian mereka. Hal seperti itu menurutku penting.

Walaupun aku bekerja jangan sampai anak anak merasa kekurangan perhatian dariku. Kalau dari ayahnya jangan ditanya, Mas Diki lebih sering menghabiskan waktunya di rumah Amah.

Kalaupun langsung ke rumah dia hanya mengganti baju lalu kembali ke rumah emaknya. Dasar anak emak euughhh.

Sedang asik asiknya aku menemani Keyla kudengar ada yang mengetuk pintu tak lama kulihat pintu terbuka. Ternyata ada Ikbal adiknya Mas diki yang paling kecil.

" Mbak kata Amah di tunggu nanti selepas maghrib di rumah ".

"Oh iya de, makasih ya . Nanti Mbak kesana kalau udah beres sholat. Kalau Mas Diki ada di rumah Amah Bal? "

" Ada Mbak, dari tadi pas pulang kerja. Ya udah Mbak aku balik dulu ya " jawab ikbal.

" Makasih ya bal "

Entah kenapa perasaan ku tak enak apalagi mengingat masalahnya menyangkut uang yang cukup besar. Apa sebaiknya aku menghubungi paman arif ya buat jaga jaga takutnya malah nanti hasilnya gak sesuai seperti yang di harapkan. Sebaiknya aku meminta pendapat ibu saja lah.

Sebenarnya aku memiliki 2 paman. paman Arif dan paman Riki, mereka sudah seperti bapakku. Namun yang paling dekat denganku paman arif karena masih tinggal di 1 kota dan belum menikah. Sedangkan paman Riki bekerja di luar kota dan sudah berumah tangga. Paman Riki jarang berkunjung ke kota kami selain jaraknya jauh anak anaknya juga masih kecil.

Mereka menjadi pengganti bapakku terutama dalam hal finansial. aku sangat bersyukur memiliki mereka sebagai pengganti bapakku. Tanpa bapak aku dan Mbak Manda kakakku tidak pernah merasa kekurangan.

Sedari kecil aku tak pernah bertemu bapak. Beda dengan Meh Manda. Menurut cerita nenekku Mbak Manda pernah merasakan kasih sayang bapak sampai berumur 2 tahun, tapi mungkin Mbak Manda pun sudah lupa karena dia masih balita.

Ibu pun tak pernah bercerita bapak kami ada dimana. Dulu selagi kecil setiap bertanya ibu hanya bilang kalau bapak sedang bekerja. Namun ketika beranjak remaja aku tak pernah menanyakannya lagi karena setiap bertanya jawabannya tetap sama dan aku selalu melihat wajah sedih ibuku. Sehingga aku dan Mbak Manda memutuskan untuk tidak bertanya lagi Bapak dimana, kami hanya menjaga perasaan Ibu supaya tidak bersedih lagi.

" Bu, nanti setelah maghrib aku disuruh datang ke rumah Amah buat obrolin masalah kemarin. Kalau aku telepon Paman Arif supaya kesini menurut Ibu gimana? Aku khawatir saja Bu lihat karakter Amah. Mas Diki juga gak mungkin ngebela aku dia tuh nurut banget sama Amah. Nanti kan ngumpulnya di rumah Amah ntar aku dikeroyok lagi " aku berbicara pada Ibu meminta pendapatnya ya untuk jaga jaga saja sih.

" Iya Vi Ibu setuju, maaf ya Ibu gak bisa bantu. Ibu cuma do'ain semoga uang kamu kembali. Ibu pengen kamu buru buru punya rumah sendiri supaya nyaman " Wajah Ibu terlihat sendu.

" Iya bu, Vi telepon Paman Arif sekarang ya. Biasanya kalau maghrib suka sholat di mesjid. Moga moga belum berangkat jadi bisa kesini "

Aku segera ke kamar dan mengambil hp mencari kontak pamanku.

Tuutt Tuuuttt

Tak terlalu lama telepon ku diangkat " Assalammu alaikum "

" Waalaikum salam, ada apa Vi telepon jam segini? paman mau ke mesjid " Paman aArif menjawab teleponku.

" Iya maaf Vi ganggu. Gini paman Vi mau minta tolong nanti kalau udah sholat maghrib bisa gak ke rumah. Di sini ada sedikit masalah sama keluarga Mas diki. Kira kira paman bisa datang gak? " jawabku.

" Emang masalah apa, kok sepertinya penting banget sampai paman harus datang apa gak bisa diselesaikan sendiri? " pamanku bertanya sepertinya dia merasa heran tumben tumbenan aku memintanya datang.

" Justru karena ini bukan masalah sepele makanya Vi telepon paman, Vi butuh dukungan dan perwakilan keluarga. Apalagi ini menyangkut keberlangsungan rumah tangga " aku setengah memaksa.

" Ya udah paman nanti kesana secepatnya. Sekalian paman pengen ketemu Ibumu sudah lama gak ketemu. Udah dulu paman buru buru mau ke mesjid jadi kamu ceritain secara garis besarnya saja masalahmu di wa jadi paman ada gambaran pas kesana " akhirnya paman menyanggupi permintaanku.

"Alhamdulillah, Ibu sehat sehat disini paman. Lagian Ibu jadi terhibur karena ada keyla. Disini hanya mengawasi Key, kalau untuk pekerjaan masih Vi yang handle. Ya udah ntar di wa garis besar masalahnya supaya ada gambarannya. Makasih ya paman udah mau datang. Hati hati di jalan. Assalammu alaikum " aku segera mengakhiri obrolan.

" Ya waalaikum salam " paman pun menutup teleponnya. Selesai menelpon aku bergegas ke air bersiap sholat maghrib karena sudah terdengar suara adzan.

Selepas salam aku banyak berdo'a meminta pengampunan dosa, memohon kesehatan, kemudahan rezeki dan mendo'akan Ibu, anak dan keluargaku kecilku. Dan berdo'a semoga masalah yang kuhadapi sekarang mendapat jalan keluar terbaik.

Aku segera keluar dari kamar setelah beres sholat dan bersiap ke rumah Amah, sepertinya akan butuh waktu lama menunggu Paman Arif. Dari rumahku butuh waktu setengah jam. Aku bergegas ke sana tidak lupa meminta do'a pada Ibu dan menitipkan pesan apabila ada Paman Arif supaya menyusul saja.

Hanya butuh beberapa menit sudah sampai ke rumah Amah karena memang dekat. Sebelum membuka pagar rumah aku berucap bismillah karena berasa masuk kandang macan saja.

Kebetulan gorden rumah belum di tutup full dari kaca aku bisa melihat ada Mas Diki, Amah, Bapak dan Robi beserta istrinya. Aneh juga kok mereka rame rame gitu ya. Apa Robi tidak sengaja berkunjung?

Dalam hatiku muncul sedikit pertanyaan. Oke baiklah aku segera mengetuk pintu karena bagaimana pun harus aku hadapi agar masalahnya segera terselesaikan.

Tok tok tok..

" Assalammu Alaikum "

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Arisan Bodong Keluarga   230. Ending

    # Arisan Boding Keluarga Bab 230 ( Ending ) Hari berlalu semua hutang Robi sudah di bereskan menggunakan uang Cantika yang di anggap membeli bagian Robi. Cantika masih tetap mengurus toko dan sekarang semua hasilnya utuh di kelola Cantika. Hanya saja kini tugas Cantika lah yang harus membayar cicilan ke Bank hingga lunas dan sertifikat kembali. Karena hanya Cantika orang yang tersisa menyepakati untuk menggadai sertifikat rumah. Cantika sempat terbentur modal, namun dia di beri jalan oleh Diki agar mengambil barang di pabrik milik Novia. Karena kini Novia memproduksi brand sendiri. Namun pabriknya juga menerima pesanan barang tanpa branding. Dengan mengenyampingkan rasa malu Cantika pun meminta bantuan Novia untuk mengambil barang di pabriknya. Untung saja Novia bermurah hati. Dia dengan senang hati membantu mantan iparnya meski dengan pembayaran di belakang untuk pengambilan barang pertama. Kini berkat bantuan Novia toko Cantika bisa kembali beroperasi dan memiliki banyak

  • Arisan Bodong Keluarga   229. Nasib Chila

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 229 ( Nasib Chila ) " Soal itu kami meminta maaf, kami tidak tahu kejadiannya akan seperti ini " Pak Slamet Bapak Ayu menjawab dengan suara bergetar. " Apa dengan maaf Amah akan hidup kembali? gak akan. Sekarang kalian datang hanya untuk meminta warisan Robi dengan kedok mengasuh Chila, memalukan " Diki mulai terisak ketika mengingat kematian Ibu dan adiknya secara bersamaan. " Sudah Ki, ini sudah takdir " Pak Imam menepuk bahu Diki. " Aku gak suka Pak, di saat masih berduka mereka membicarakan warisan. Mengapa hanya menuntut hak tapi tak ingat kewajiban " Semua masih tertunduk, kakak Ayu yang sedari tadi memasang wajah masam pun ikut tertunduk. " Sudah Ki, kalau seperti ini akan lama selesainya " suara Pak RT menyadarkan Diki dari amarah dan kesedihannya. " Baiklah, maaf saya terbawa emosi. Saya tak ingin berbasa basi lagi. Tika tolong bawa catatannya! " Cantika datang membawa sebuah catatan yang berisi daftar hutang Robi dan Ayu. Catatan i

  • Arisan Bodong Keluarga   228. Menuntut Warisan

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 228 ( Menuntut Warisan ) " Assalammu alaikum Pak Imaaam " Diluar terdengar ketukan pintu di barengi teriakan memanggil Pak Imam. Dari suaranya mereka yakin tamu tersebut membawa berita buruk. " Pak, Paak Imaaam " " Siapa sih gak sopan banget, ayo kita lihat " ajak Cantika. Mereka langsung berdiri dan menuju ruang tamu. Ceklek " Waalaikum salam " pintu di buka Cantika. Di lihatnya ada orang tua Ayu, 2 orang kakak laki laki Ayu dan 2 orang yang tak di kenalnya. " Silahkan masuk " ucap Cantika datar. Mereka pun masuk setelah saling pandang. Cantika berpikir mungkin mereka akan melayat karena semenjak Robi dan Amah meninggal belum ada dari keluarga Ayu yang datang. Semua duduk berdampingan dengan keluarga Pak Imam. " Jadi begini Pak saya paman dari Ayu mewakili keluarganya berbicara kesini untuk menyampaikan niat kami ingin mengambil Chila untuk di asuh oleh kami " Pak Imam mengangguk angguk tanda mengerti. Cantika saling berpandangan denga

  • Arisan Bodong Keluarga   227. Solusi Membayar Hutang

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 227 ( Solusi Membayar Hutang ) Pov Novia Beberapa jam yang lalu aku menerima kabar dari Nuri, Amah meninggal dunia karena mendapat serangan jantung. Menyusul Robi meninggal di rumah sakit yang berbeda dengan waktu meninggal yang hampir bersamaan. Sedangkan Ayu meninggal tadi malam. Aku pikir kondisi Amah kemarin sudah membaik karena almarhum bisa hadir dalam acara 4 bulanan calon bayiku. Aku benar benar tak menyangka, Innalillahi. Aku dan suamiku langsung berangkat menuju rumah duka. Yang membuatku terkenang dengan Amah adalah moment terakhir pertemuan kami di acara 4 bulanan. Dia berkali kali meminta maaf sampai aku merasa tak nyaman. Karena sedari dulu aku sudah memaafkan Mas Diki dan keluarganya. Selain itu Amah juga menyerahkan sertifikat kontrakan untuk Keyla. Sebagai permintaan maaf karena telah mengambil hak anak dan istri Mas Diki. Aku benar benar terharu, bukan karena sertifikat itu namun perubahan Amah yang jauh lebih baik. Alhamdulillah

  • Arisan Bodong Keluarga   226. Duka Mendalam

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 226 ( Duka Mendalam ) " Rupanya begitu, pantas saja ketika di mobil Amah manggil manggil Robi dalam keadaan setengah sadar. Huffttt " Diki menarik nafasnya dalam, kemudian menyandarkan kepalanya di dinding. " Sungguh rasa sayang Amah sangat besar pada Robi. Ah tapi mungkin ini karena Robi sedang terluka. Ya Allah jangan sampai rasa iri hadir dalam hatiku " Diki membatin. " Mas aku lupa Chila dimana? " Cantika baru teringat soal keponakannya. " Dia di rumah di jaga Mama " Nuri yang menjawab pertanyaan Cantika. " Makasih Nur, makasih juga buat Mama. Maaf keluarga kami selalu merepotkanmu dan orang tuamu " ucap Cantika tulus dan memeluk Nuri. " Gak apa Mbak, kita saudara jadi wajib tolong menolong " mereka berdua berpelukan untuk saling menguatkan. " Tik tadi aku gak lihat keluarga Ayu, mereka kemana? " dari tadi Diki ingin menanyakan hal itu hanya saja dia tiba tiba lupa. " Ah iya aku lupa, sepertinya mereka kabur. Tadi sih sempet aku ancam seb

  • Arisan Bodong Keluarga   225. Berita Duka

    # Arisan Bodong Keluarga Bab 225 ( Berita Duka ) " Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun " Diki menarik nafasnya dalam kemudian dia kembali keluar. " Bagaimana Mas? ' tanya Nuri pada suaminya ketika keluar dari ruangan dimana di sana di sebutkan ada Ayu. Diki hanya mengangguk tak bersuara namun dari matanya syarat akan kesedihan. Akhirnya setelah tahu keadaan adiknya Diki memutuskan untuk mengurus semua. Namun dia meminta izin pada petugas Polisi untuk pulang terlebih dahulu karena kasihan dengan kondisi istri dan keponakannya. Sebelum pulang Diki menghubungi keluarga Ayu untuk datang. Biar saja Polisi yang menjelaskan semuanya. Dia yakin keluarga Ayu tak akan menerima begitu saja. Waktu sudah masuk dinihari Diki tetap pulang membawa Chila dan Nuri menuju rumahnya. Jika di bawa ke rumah orang tuanya dia khawatir Amah akan sakit kembali. Sampai di rumah Diki memutuskan untuk beristirahat. Karena besok dia harus menyiapkan tenaga dan mentalnya. Untung saja Chila tidak rewel jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status