Share

Aroma Dalam Mimpi
Aroma Dalam Mimpi
Auteur: Cherry Whisper

BAB 1

last update Dernière mise à jour: 2025-03-24 15:24:51

Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka.

Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila.

“Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan.

Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan paksa namun memberi sensasi yang membuat tubuhnya ketagihan. Gerakan itu tidak terburu-buru, tapi dalam, keras, dan penuh kendali, membuat setiap dorongan terasa sampai ke dasar perutnya.

Saat kepala penisnya berhenti di pintu masuk vaginanya, Elena menggigit bibir, jari-jarinya mencakar dada pria itu. Tapi sebelum sempat bernapas lega, pria itu kembali menusukkan dirinya dengan dalam, hingga membuatnya menjerit tertahan.

“A-Ah! Lebih lambat, ugh...kau terlalu besar...!” keluhnya, tapi tangannya justru semakin erat menggenggam lengan kekar pria itu.

Tak ada belas kasihan. Ritme itu terus menghantamnya tanpa henti, menciptakan suara basah yang menggema di ruangan yang sunyi.

Plak! Plak! Plak!

Tubuh Elena bergetar keras, kepalanya menengadah, dan bibirnya menganga saat sensasi membuncah dari dalam dirinya. Panas yang menekan dinding vaginanya semakin gila, setiap gesekan mempercepat ledakan yang menggerogoti kesadarannya.

“Aah... ya... lebih dalam...!”

Wajahnya memerah, tubuhnya terasa seolah terbakar, dan kakinya yang sebelumnya gemetar kini mencengkeram erat tubuh pria itu, seakan ingin menahannya lebih lama di dalam. Puncak itu datang deras, menyapu dirinya dalam gelombang kenikmatan yang membutakan.

Tubuhnya terkulai lemas, tapi kehangatan di dalamnya masih terasa kokoh. Bahkan setelah ia klimaks berkali-kali, pria itu tetap belum menunjukkan tanda-tanda menyerah.

Tangan besar itu meraih wajahnya, lalu bibirnya dilumat dalam ciuman yang liar dan panas. Lidah pria itu menyerbu ke dalam mulutnya, menari di langit-langitnya, menciptakan hisapan yang membuatnya kembali kehilangan kendali.

Alih-alih menjauh untuk mengambil napas, Elena malah semakin menenggelamkan dirinya dalam ciuman itu, tangannya mencengkeram rambut pria itu dan menariknya lebih dekat. Kulitnya yang basah oleh keringat terasa licin di bawah sentuhan jemari pria itu, disertai aroma maskulinitas dari pria itu semerbak memasuki indra penciumannya. Aroma hijau yang segar, ringan dan sedikit tajam, mengingatkannya akan aroma udara pagi di pegunungan atau taman setelah hujan—

Bip! Bip! Bip!

Elena mematikan jam beker tersebut, ia menghela napas panjang, duduk di tepi ranjang sambil meremas pelipisnya yang terasa berdenyut. Keringat dingin masih melekat di kulitnya, dan seperti sebelumnya, bagian bawahnya terasa lembab—sebuah bukti bahwa mimpi itu bukan sekadar ilusi biasa.

Matanya melirik jam di meja nakas. 06.30 pagi. Tidur semalaman pun tetap tidak bisa mengusir rasa lelah yang terus menumpuk.

Elena mengusap wajahnya yang masih terasa panas, jantungnya berdetak cepat seakan tubuhnya masih mengingat setiap sensasi yang ia alami dalam mimpinya. Tangannya turun ke leher, lalu ke dadanya yang naik-turun dengan napas memburu. Aroma segar seperti dedaunan itu yang selalu tertinggal setelah mimpi masih terasa di hidungnya—aroma maskulin yang asing, namun entah bagaimana, terasa begitu akrab.

“Brengsek...” gumamnya, menjatuhkan diri kembali ke tempat tidur.

Ia memejamkan mata, mencoba mengingat detail wajah pria itu, tapi seperti biasa, setelah bangun dari mimpinya sosok wajah pria itu menjadi buram dalam ingatannya. Hanya bentuk bibir dan tubuhnya yang kokoh, suaranya yang dalam, sentuhannya yang begitu nyata yang selalu tersisa dalam ingatannya dan aroma jejak yang pria itu tinggalkan.

Elena menghela napas panjang. Selama lima bulan, mimpi ini terus menghantuinya. Setiap malam, tubuhnya terperangkap dalam kehangatan pria itu, tenggelam dalam gelombang gairah yang menguasai seluruh dirinya. Dan setiap pagi, ia terbangun dengan tubuh berkeringat, paha bergetar, serta rasa frustrasi yang semakin menumpuk.

Seluruh rangkaian kejadian aneh yang terus-menerus menghantuinya, mulai dari mimpi-mimpi yang begitu nyata dan menggoda hingga perasaan frustrasi yang semakin menumpuk setiap kali ia terbangun, semuanya mulai terjadi tepat setelah kepulangannya dari Kanada lima bulan yang lalu, seolah ada sesuatu yang tertinggal di sana, sesuatu yang masih berusaha menghubungkan dirinya dengan sesuatu yang belum sepenuhnya ia pahami.

Semua itu berawal saat ia bertabrakan dengan seorang pria asing di tengah festival musim dingin di Ottawa. Bukan wajah pria itu yang membekas, tapi aromanya—hangat, segar, dan maskulin, seperti sinar matahari yang menyinari padang rumput di musim panas.

Aroma itu terus menghantuinya. Hadir dalam mimpi, terbayang dalam ingatan, dan tak mau hilang. Padahal ia bahkan tak tahu siapa pria itu.

Lima bulan telah berlalu, tapi kesan itu justru semakin kuat.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (3)
goodnovel comment avatar
yuyura
Lngsung darderdor haha
goodnovel comment avatar
daisysy
gila, gila, langsung menggebu bgt mereka wkwkwk
goodnovel comment avatar
angellou2304
Diawal bab satu udah hot...
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 64

    Elena menutup matanya sejenak, membiarkan semua yang baru saja mereka bagi tenggelam dalam keintiman malam. Lalu, perlahan ia berbalik, kini menghadap Ren sepenuhnya. Wajah mereka hanya terpaut beberapa inci, dan cahaya bulan yang menyelinap masuk mempertegas garis lembut di wajah Ren, lelaki yang kini bukan lagi hanya sebuah misteri dalam mimpinya. "Apakah kau akan kembali ke Paris setelah satu bulan?" tanya Ren, suaranya terdengar pelan dengan nada yang mengandung ketidakrelaan. "Ya," jawab Elena sambil mengangguk pelan. "Itu pun jika seluruh pekerjaan di sini bisa diselesaikan tepat waktu dan tidak ada kendala yang berarti." Ren tidak langsung membalas. Pria itu hanya diam, sementara jemarinya perlahan memainkan helaian rambut Elena dengan gerakan lembut, seolah berusaha menenangkan kegelisahan yang diam-diam tumbuh di antara mereka. Setelah beberapa saat, Ren kembali bersuara. "Menurutmu… apakah kita bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan baik?" Elena menatap mata Ren, men

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 63

    Cahaya bulan yang lembut masuk lewat jendela, menerangi kamar dengan sinar temaram. Di atas tempat tidur, Ren memeluk Elena dari belakang. Tubuh mereka masih hangat setelah keintiman malam mereka. Malam terasa sunyi. Hanya suara burung hantu dari kejauhan dan angin yang berhembus pelan di luar jendela. Elena menggenggam tangan Ren yang melingkar di pinggangnya, erat, seolah tak ingin melepaskan Mereka tidak berbicara. Diam itu cukup. Dalam pelukan itu, mereka merasa tenang—seolah dunia hanya milik mereka berdua. Elena terus memainkan jemari Ren. Ia menyentuhnya pelan, menggulirkan jari di sepanjang telapak tangan itu. Sesekali ia meremasnya lembut, lalu meluruskan jari-jarinya satu per satu. Tangannya terasa hangat dan tenang. Elena seperti menemukan rasa nyaman hanya dengan menggenggamnya. Elena membuka mulutnya, hendak mengajukan sebuah pertanyaan kepada pria di sebelahnya. “Apa kau bisa menceritakan sesuatu tentang dirimu?” tanyanya sambil membalikkan kepala, menatap pria it

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 62

    "Percayalah... jangan takut, Elena," bisik Ren lembut di kening Elena yang sedikit berkeringat, bibir pria itu mengecupnya dengan penuh kasih sayang. Ia merasakan tubuh Elena yang menegang di bawahnya dan berusaha memberikan ketenangan. "Aku akan melakukannya dengan perlahan, selembut mungkin. Percayalah padaku." Ren menatap mata Elena dalam-dalam, mata pria itu menyiratkan kejujuran yang mendalam. "Kau tahu, mungkin dalam mimpi-mimpi liar kita, kita sudah melakukan banyak hal hingga keintiman yang paling vulgar sekalipun. Tapi, menyentuhmu seperti ini, dan melakukan hubungan seksual adalah pengalaman pertama yang sesungguhnya bagiku juga, Elena. Kau adalah yang pertama bagiku untuk melakukan hal seperti ini." Dengan hati-hati, Ren mulai memposisikan penisnya di vagina Elena yang sudah basah. Ujung kepala penisnya yang besar dan keras menyentuh bibir vagina Elena, terasa begitu panas dan mengundang. Ren dengan sengaja menggesekkan kepala penisnya yang licin di se

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 61

    Ren melepaskan tautan bibirnya dari puting Elena yang memerah, meninggalkan jejak basah yang berkilauan. Tanpa jeda, kepalanya merendah terus menurun, napas pria itu terasa panas menerpa kulit perut Elena yang menegang. “Ah!” Seru Elena dengan kaget, akibat tindakan pria itu. Tangan Ren telah membuka lebar kedua paha Elena yang gemetar, memperlihatkan dengan lebih jelas lubang basah miliknya yang sudah berdenyut tak sabar. Lubang vagina Elena terbuka dan tertutup dengan cairan menetes yang keluar dari lubang sempit itu. Mata Ren menggelap oleh hasrat saat ia menatap keindahan yang tersembunyi itu. Elena menutup wajahnya malu, karena dilihat begitu intens oleh Ren. “Cukup melihatnya.” “Sial, kau lebih basah dari sebelumnya,” setelah mengatakan kata-kata cabul tersebut pria itu langsung membenamkan wajahnya di antara lipatan-lipatan lembut yang sudah basah oleh cairan kenikmatan miliknya. Elena menggeliat di bawah sentuh

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 60

    Dengan perlahan dan hati-hati, Ren membaringkan tubuh telanjang Elena di atas ranjang yang terasa lembut di bawah kulitnya. Namun, ia tidak melepaskan pelukannya. Tubuhnya menindih sebagian tubuh Elena, menahan beratnya di atas kedua lengannya, membiarkan kulit mereka terus bersentuhan dalam kehangatan yang membakar. Tatapan matanya tak pernah lepas dari Elena, seolah ingin mengabadikan setiap ekspresi hasrat yang terpancar dari wajah wanita itu. Udara di sekitar mereka terasa panas, dipenuhi dengan aroma gairah yang tak lagi bisa disembunyikan. Elena merasakan kelembutan sprei di bawah kulitnya yang telanjang, kontras dengan kehangatan tubuh Ren yang menindihnya sebagian. Meskipun begitu dekat, ia menyadari sepenuhnya perbedaan kondisi mereka. Ren masih terbalut pakaian, sementara dirinya benar-benar telanjang. “Kau curang, Ren,” bisik Elena dengan nada merajuk, melihat pria itu masih berpakaian lengkap di atas tubuhnya yang telanjang. Ia mendongak, menatap mata Ren dengan senyum

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 59

    Saat tali pakaian dalam Elena meluncur melewati bahunya, diikuti oleh tali satunya, kain lembut itu jatuh dengan lambat, mengungkapkan kulitnya yang kini sepenuhnya telanjang dari pinggang ke atas. Cahaya remang-remang ruangan seolah menari di atas lekuk tubuhnya yang halus, menciptakan bayangan yang menggoda dan semakin membakar hasrat Ren. Elena hanya bisa menahan napas, merasakan sensasi dingin udara menyentuh kulitnya yang kini terasa begitu sensitif, bercampur dengan kehangatan napas Ren di belakangnya. Ren mengulurkan tangannya, menyentuh lembut kulit punggung Elena yang terbuka. Jemarinya yang panjang dan hangat menyusuri tulang belakangnya, menciptakan jejak menggelitik yang membuatnya sedikit menggeliat. Kemudian, tangannya bergerak ke samping, merengkuh pinggangnya yang ramping, menariknya semakin merapat hingga tubuh mereka bersentuhan sepenuhnya dari belakang. Elena bisa merasakan panas tubuh Ren menembus tipis kain celana dalamnya, mengirimkan gelombang kejutan yang memb

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 58

    “Ugh...nngh...” Terjebak di antara tubuh Ren yang keras dan tak kenal ampun, Elena hanya bisa merespons dengan erangan tertahan yang keluar dari mulutnya. Serangan bibir pria itu bagai badai yang tak memberi jeda, bahkan untuk sekadar menarik napas. Setiap isapan kuat dari bibir Ren terasa seperti sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuh Elena, membuatnya limbung dan kehilangan kendali. Bibirnya terasa semakin membengkak dan berdenyut nyeri, namun anehnya, rasa sakit itu bercampur dengan gelombang kenikmatan yang membingungkan. Lidahnya terasa kaku dan kelu akibat sedotan ganas Ren yang tak henti-hentinya menjelajahi setiap sudut dan celah di dalam mulutnya. Ren benar-benar menguasai dan mengeksplorasi rongga mulut Elena dengan kejam namun memabukkan, seolah ingin mengambil setiap inci napas dan esensinya. Slruuup! Cup! Suara decapan basah yang panas, perpaduan antara ludah dan napas mereka yang bertautan, memenuhi udara di sekitar mereka seperti mantra erotis yang sem

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 57

    Bibir Ren yang awalnya menyentuh lembut, kini melumat ganas bibir Elena. Kepalanya miring, lidahnya menerobos masuk lebih dalam, menjamah setiap sudut mulut Elena dengan gerakan menghisap dan membelit yang rakus. Sesekali gigitan nakal di bibir bawah Elena menambah liar ciuman itu. Lidah Ren menjelajahi seluruh interior mulut Elena, membuatnya kehilangan kendali. Napas Elena tersengal, seolah ikut dihisap habis oleh ciuman Ren yang mendominasi. Jemarinya mencengkeram kuat lengan pria itu, satu-satunya yang bisa ia pegang di tengah badai sensasi yang menyerbunya. Tanpa melepaskan pagutan bibir mereka yang basah, Ren terus menciuminya sambil menaiki tangga. Ciuman itu adalah satu-satunya fokus mereka. Elena mencoba menarik kepalanya sedikit, mencari udara yang terasa begitu langka. “Ngh… Ren… tunggu… ini tangga…” desahnya di sela bibir mereka yang bertaut. Tanpa mengindahkan permintaannya, Ren tiba-tiba mengangkat tubuh Elena, menggendongnya erat. “Aaakh!” pekik Elena tertahan, ter

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 56

    Elena menyadari bahwa Ren terus menatapnya sejak mereka mulai berdansa. Tatapan itu bukan sekadar pandangan biasa—ada sesuatu yang dalam, seperti seseorang yang berusaha menyimpan setiap detik dalam ingatannya. Dengan sedikit canggung, Elena mengangkat alis dan tersenyum kecil. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyanya pelan, nyaris berbisik di tengah alunan musik. Ren masih tak memalingkan wajah, seolah tak ingin kehilangan momen itu. “Aku hanya...” Ia menghela napas ringan, mencoba merangkai kata. “Aku masih takjub kita benar-benar bertemu di dunia nyata. Dan sekarang, aku hanya ingin terus melihat wajah cantikmu ini… karena seringkali, saat terbangun dari mimpi, aku lupa seperti apa wajahmu.” Elena terkekeh pelan, meski pipi dan telinganya mulai memerah. “Berhenti… kau membuatku malu,” katanya sambil menunduk sedikit. Ren tersenyum, lalu bertanya, “Aku penasaran… saat pertama kali kita bertatapan, apa kau langsung mengenaliku?” Elena menatapnya sebentar, lalu menggeleng pel

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status