Share

BAB 42

Penulis: Cherry Whisper
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-05 19:52:09
Elena yang telah mengumpulkan keberanian sejak semalam, kini berdiri di depan cermin, memastikan bahwa dirinya terlihat rapi dan siap untuk menjalankan niatnya. Setelah melalui perjalanan panjang dan adaptasi dengan lingkungan barunya, ia merasa sudah saatnya untuk memperkenalkan diri kepada tetangganya. Baginya, ini bukan sekadar formalitas—ia ingin membangun hubungan yang baik, meski hanya akan tinggal di tempat ini selama sebulan.

Dengan tekad yang mantap, ia meraih bingkisan yang telah ia persiapkan sejak kemarin. Botol wine berkelas yang ia bawa langsung dari Paris menjadi pilihannya sebagai hadiah kecil. Bukan hanya karena kualitasnya yang istimewa, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan keramahan. Ia berharap tetangganya akan menghargainya.

Langkahnya mantap saat ia berjalan keluar rumah, udara pagi yang sejuk menyambutnya. Dengan napas yang diatur agar tetap tenang, ia mendekati pintu rumah tetangganya, lalu mengulurkan tangan untuk menekan bel. Sejenak, ia berdiri m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 43

    Keesokan harinya, Elena masuk ke dalam mobil dengan perasaan cukup bersemangat. Hari ini, ia memiliki beberapa agenda penting yang harus diselesaikan. Pertama, ia harus mengirimkan proposal dari Shannon, sebuah tugas yang membutuhkan ketelitian karena menyangkut proyek yang sedang mereka kerjakan. Setelah itu, ia berencana untuk mampir ke supermarket guna berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari, memastikan bahwa persediaan di rumahnya cukup untuk beberapa minggu ke depan. Di balik semua aktivitasnya, Elena juga berusaha untuk semakin beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia ingin membiasakan diri dengan ritme kehidupan di kota ini, mulai dari memahami rute jalan hingga mengenali tempat-tempat yang akan sering ia kunjungi. Meskipun hanya akan tinggal di sini selama sebulan, ia ingin memastikan bahwa hari-harinya berjalan dengan nyaman dan efisien. Ia mencari alamat di navigasi. “Oh! Ini berada di dekat sini?” Elena tidak menyangka bahwa alamat yang di berikan oleh Shannon te

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 44

    Pegawai toko itu tersenyum ramah, menunggu Elena mengutarakan maksud kedatangannya. Dengan cepat, ia mengingat kembali alasan utamanya berada di sini—mengirimkan proposal dari Shannon. Namun, rasa penasarannya terhadap aroma yang begitu familiar masih mengganggu pikirannya. “Ah, maaf,” Elena akhirnya berbicara setelah menarik napas pelan. “Sebenarnya, saya ke sini untuk mengantarkan sesuatu.” Ia membuka tasnya dan mengeluarkan proposal yang telah dipersiapkannya sejak pagi. Pria muda itu mengernyitkan dahi sebentar sebelum menerima dokumen tersebut. “Oh, ini untuk siapa, ya?” tanyanya sambil melirik sampul proposal itu. Elena tersenyum kecil. “Untuk, Mr. Rain? Apa benar alamatnya berada di sini?” Pegawai itu mengangguk paham. “Ah, benar. Karena alasan privasi. Saya yang akan menyampaikan ini.” Elena mengangguk, “Tolong sampaikan juga, segera menghubungi nomor yang tertera, atau balas melalui e-mail.” “Baik, akan saya sampaikan.” “Terima kasih.” Sebelum pergi, Elena yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-06
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 45

    REN POV Sesuai dengan dugaannya, wanita yang kini berdiri di hadapannya ternyata benar-benar sosok yang selama ini muncul dalam mimpi-mimpinya. Ia semakin yakin setelah melihat adanya titik tahi lalat kecil di belakang leher wanita itu, yang persis seperti yang selalu ia bayangkan. Pengakuannya tentang tanda lahir di pinggang kanannya pun semakin memperkuat keyakinannya bahwa semua ciri-ciri fisik yang ada pada wanita itu benar-benar sesuai dengan gambaran yang selama ini menghantui pikirannya di alam bawah sadar. Ren merasakan detak jantungnya semakin cepat, seolah tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya sempat memproses semuanya dengan logis. Perasaan yang aneh, campuran antara kelegaan, kebingungan, dan sesuatu yang sulit ia definisikan, mengalir dalam dirinya. Bagaimana mungkin seseorang yang hanya ia kenal dalam mimpi kini benar-benar berdiri di hadapannya? Apakah ini kebetulan semata, atau ada sesuatu yang lebih besar yang menghubungkan mereka? Matanya terpaku pada wanita itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 46

    ELENA POV Elena menelan kembali kata-katanya, merasa ragu untuk melanjutkan. Sebenarnya, ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan, begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya—terutama tentang aroma wewangian yang baru saja mereka bahas. Namun, sesuatu menahannya. Apakah itu rasa takut? Ataukah hanya kebingungan yang terlalu mendalam? Tangannya secara refleks menggenggam pisau dan garpu di hadapannya, mencoba mencari ketenangan dalam dinginnya dari pegangan besi garpu dan pisau yang merambat ke ujung jari-jarinya. Ia sangat ingin menanyakan sesuatu yang selama ini mengusiknya—tentang mimpinya. Tentang bagaimana setiap kali ia tertidur, fragmen-fragmen aneh selalu muncul dalam benaknya, membawanya ke tempat-tempat yang terasa familiar tetapi tidak bisa ia ingat kapan atau di mana pernah mengalaminya. Karena aroma parfum yang tadi ia cium adalah menjadi pemicu awal mulai semuanya. Elena terus mengiris potongan daging steaknya, supaya lebih mudah untuk dimakan. “Ah, b

    Terakhir Diperbarui : 2025-05-07
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 1

    Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka. Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila. “Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan. Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan pa

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 2

    Flashback, lima bulan yang lalu. Musim dingin. Ottawa, Kanada Elena Hadley duduk tegak di kursinya. Tangannya dengan lembut menggenggam sebuah botol kecil berisi cairan bening yang memancarkan aroma segar dan elegan. Wajahnya memancarkan ketenangan dan keyakinan saat ia menatap Mrs. Davis, seorang wanita dengan penampilan anggun dan profesional, yang duduk di seberangnya. “Terima kasih atas kepercayaan Anda terhadap perusahaan kami, Mrs. Davis. Saya berjanji akan mengolah bibit parfum ini menjadi sesuatu yang tidak hanya mewah, tetapi juga menyegarkan dan memiliki ciri khas tersendiri bagi para konsumen,” ucap Elena dengan tulus, suaranya penuh keyakinan. Mrs. Davis tersenyum tipis, menyilangkan jemarinya di atas meja sambil mengangguk pelan. “Saya pun menantikan hasil akhirnya, Miss Hadley. Saya sangat yakin bahwa bibit parfum dari perusahaan kami memiliki keunggulan dan nilai eksklusif yang tak tertandingi,” jawabnya dengan nada percaya diri. Sejenak, suasana di dalam ruang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 3

    Udara pagi di Ottawa terasa segar, dingin, dan penuh semangat. Cahaya matahari musim dingin yang samar memantul di atas salju yang menutupi trotoar, menciptakan suasana yang hampir magis. Di dalam kamar hotelnya, Elena telah bersiap-siap untuk menikmati hari yang sudah lama ingin ia rasakan kembali—hari tanpa pekerjaan, tanpa tekanan, hanya dirinya sendiri dan kesenangan sederhana menikmati festival musim dingin terbesar di kota ini, Winterlude.Ia melilitkan syal hangat di lehernya, memastikan jaket tebalnya telah menutup tubuhnya dengan sempurna. Rambut merahnya sengaja ia biarkan terurai agar lehernya tetap hangat, sementara topi dan penutup telinga menambah perlindungan dari angin dingin yang berembus. Sepasang sarung tangan tebal ia kenakan sebelum mengambil tas kecilnya dan memeriksa bahwa semua yang ia butuhkan sudah dibawa."Oke, ini sudah cukup hangat. Karena aku akan berada di luar seharian, jadi lebih baik tidak kedinginan," gumamnya sambil memeriksa dirinya sekali lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 4

    Elena terbangun dengan tubuh yang terasa pegal dan nyeri di hampir setiap sendinya. Ia mengerang pelan, mencoba menggerakkan bahunya yang kaku akibat berjalan terlalu lama di udara dingin semalam. “Lelahnya… kenapa aku bisa se-nekat itu untuk mengejarnya,” gumamnya sambil mengelus tengkuknya yang tegang. Setelah berjam-jam mengitari daerah Rideau Canal demi mencari pria misterius beraroma musim panas itu, ia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa usahanya sia-sia. Pria itu tetap tidak ditemukan. Dengan berat hati, Elena duduk di tepi ranjang, menekan pelipisnya yang sedikit berdenyut. Dingin yang menusuk semalam tampaknya juga meninggalkan efek menggigil pada tubuhnya. Ia melirik jam di meja samping tempat tidur—pukul 06:30 pagi. Masih terlalu pagi untuk seseorang yang baru saja mengalami pencarian panjang yang tak membuahkan hasil. Namun, hari ini ia tidak bisa berlama-lama berbaring. “Ayo bangun, Elena! Kamu bukan liburan di sini!” ucapnya pada diri sendiri sambil menar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24

Bab terbaru

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 46

    ELENA POV Elena menelan kembali kata-katanya, merasa ragu untuk melanjutkan. Sebenarnya, ada begitu banyak hal yang ingin ia katakan, begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya—terutama tentang aroma wewangian yang baru saja mereka bahas. Namun, sesuatu menahannya. Apakah itu rasa takut? Ataukah hanya kebingungan yang terlalu mendalam? Tangannya secara refleks menggenggam pisau dan garpu di hadapannya, mencoba mencari ketenangan dalam dinginnya dari pegangan besi garpu dan pisau yang merambat ke ujung jari-jarinya. Ia sangat ingin menanyakan sesuatu yang selama ini mengusiknya—tentang mimpinya. Tentang bagaimana setiap kali ia tertidur, fragmen-fragmen aneh selalu muncul dalam benaknya, membawanya ke tempat-tempat yang terasa familiar tetapi tidak bisa ia ingat kapan atau di mana pernah mengalaminya. Karena aroma parfum yang tadi ia cium adalah menjadi pemicu awal mulai semuanya. Elena terus mengiris potongan daging steaknya, supaya lebih mudah untuk dimakan. “Ah, b

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 45

    REN POV Sesuai dengan dugaannya, wanita yang kini berdiri di hadapannya ternyata benar-benar sosok yang selama ini muncul dalam mimpi-mimpinya. Ia semakin yakin setelah melihat adanya titik tahi lalat kecil di belakang leher wanita itu, yang persis seperti yang selalu ia bayangkan. Pengakuannya tentang tanda lahir di pinggang kanannya pun semakin memperkuat keyakinannya bahwa semua ciri-ciri fisik yang ada pada wanita itu benar-benar sesuai dengan gambaran yang selama ini menghantui pikirannya di alam bawah sadar. Ren merasakan detak jantungnya semakin cepat, seolah tubuhnya bereaksi sebelum pikirannya sempat memproses semuanya dengan logis. Perasaan yang aneh, campuran antara kelegaan, kebingungan, dan sesuatu yang sulit ia definisikan, mengalir dalam dirinya. Bagaimana mungkin seseorang yang hanya ia kenal dalam mimpi kini benar-benar berdiri di hadapannya? Apakah ini kebetulan semata, atau ada sesuatu yang lebih besar yang menghubungkan mereka? Matanya terpaku pada wanita itu

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 44

    Pegawai toko itu tersenyum ramah, menunggu Elena mengutarakan maksud kedatangannya. Dengan cepat, ia mengingat kembali alasan utamanya berada di sini—mengirimkan proposal dari Shannon. Namun, rasa penasarannya terhadap aroma yang begitu familiar masih mengganggu pikirannya. “Ah, maaf,” Elena akhirnya berbicara setelah menarik napas pelan. “Sebenarnya, saya ke sini untuk mengantarkan sesuatu.” Ia membuka tasnya dan mengeluarkan proposal yang telah dipersiapkannya sejak pagi. Pria muda itu mengernyitkan dahi sebentar sebelum menerima dokumen tersebut. “Oh, ini untuk siapa, ya?” tanyanya sambil melirik sampul proposal itu. Elena tersenyum kecil. “Untuk, Mr. Rain? Apa benar alamatnya berada di sini?” Pegawai itu mengangguk paham. “Ah, benar. Karena alasan privasi. Saya yang akan menyampaikan ini.” Elena mengangguk, “Tolong sampaikan juga, segera menghubungi nomor yang tertera, atau balas melalui e-mail.” “Baik, akan saya sampaikan.” “Terima kasih.” Sebelum pergi, Elena yang

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 43

    Keesokan harinya, Elena masuk ke dalam mobil dengan perasaan cukup bersemangat. Hari ini, ia memiliki beberapa agenda penting yang harus diselesaikan. Pertama, ia harus mengirimkan proposal dari Shannon, sebuah tugas yang membutuhkan ketelitian karena menyangkut proyek yang sedang mereka kerjakan. Setelah itu, ia berencana untuk mampir ke supermarket guna berbelanja berbagai kebutuhan sehari-hari, memastikan bahwa persediaan di rumahnya cukup untuk beberapa minggu ke depan. Di balik semua aktivitasnya, Elena juga berusaha untuk semakin beradaptasi dengan lingkungan barunya. Ia ingin membiasakan diri dengan ritme kehidupan di kota ini, mulai dari memahami rute jalan hingga mengenali tempat-tempat yang akan sering ia kunjungi. Meskipun hanya akan tinggal di sini selama sebulan, ia ingin memastikan bahwa hari-harinya berjalan dengan nyaman dan efisien. Ia mencari alamat di navigasi. “Oh! Ini berada di dekat sini?” Elena tidak menyangka bahwa alamat yang di berikan oleh Shannon te

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 42

    Elena yang telah mengumpulkan keberanian sejak semalam, kini berdiri di depan cermin, memastikan bahwa dirinya terlihat rapi dan siap untuk menjalankan niatnya. Setelah melalui perjalanan panjang dan adaptasi dengan lingkungan barunya, ia merasa sudah saatnya untuk memperkenalkan diri kepada tetangganya. Baginya, ini bukan sekadar formalitas—ia ingin membangun hubungan yang baik, meski hanya akan tinggal di tempat ini selama sebulan. Dengan tekad yang mantap, ia meraih bingkisan yang telah ia persiapkan sejak kemarin. Botol wine berkelas yang ia bawa langsung dari Paris menjadi pilihannya sebagai hadiah kecil. Bukan hanya karena kualitasnya yang istimewa, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan dan keramahan. Ia berharap tetangganya akan menghargainya. Langkahnya mantap saat ia berjalan keluar rumah, udara pagi yang sejuk menyambutnya. Dengan napas yang diatur agar tetap tenang, ia mendekati pintu rumah tetangganya, lalu mengulurkan tangan untuk menekan bel. Sejenak, ia berdiri m

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 41

    Ren memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di depan rumah, matanya tanpa sadar melirik ke arah rumah di sebelahnya. Lampu-lampu di dalamnya menyala terang, menerangi hampir setiap sudut rumah, menciptakan kesan bahwa penghuninya tengah sibuk dengan sesuatu. Ia langsung teringat pada perkataan Rose kemarin tentang adanya tamu yang akan datang, atau lebih tepatnya—tetangga baru. Dengan cepat, ia menyelesaikan proses parkir, memastikan mobilnya berada di posisi yang benar sebelum mematikan mesin. Dalam hati, ia hanya bisa berharap bahwa orang yang akan tinggal di sana bukan tipe yang terlalu ramah atau suka berbasa-basi secara berlebihan. Ia tidak ingin terlibat dalam percakapan panjang yang melelahkan, terutama dengan seseorang yang baru saja pindah ke lingkungan ini. Tanpa membuang waktu, Ren keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu rumahnya dengan langkah cepat. Sejak kemarin, setelah mendengar informasi dari Rose bahwa ia akan segera memiliki tetangga baru, ia memilih untuk me

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 40

    Lima bulan yang lalu, Ren mulai memimpikan sosok seorang wanita berambut merah yang selalu muncul dalam tidurnya, seorang wanita dengan aroma bunga lavender yang lembut namun memabukkan, seakan-akan wangi itu sengaja diciptakan hanya untuknya, menguar dari setiap helai rambut dan kulitnya yang tampak halus bagai sutra, sementara pakaian tidurnya yang tipis membalut tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan lekuk-lekuk menggoda yang seolah menantangnya untuk mendekat, untuk menyentuh, untuk tenggelam lebih dalam dalam godaan yang ia sendiri tak mampu tolak, membuatnya terjebak dalam pusaran hasrat dan misteri yang semakin lama semakin sulit ia bedakan antara kenyataan dan mimpi. Ren mulai menyadari bahwa wanita itu menunjukkan interaksi yang tidak seperti biasanya, sesuatu yang berbeda dari kebiasaan yang selama ini terjadi dalam mimpinya. Biasanya, begitu ia terbangun di dalam alam bawah sadarnya, wanita berambut merah itu akan langsung menggodanya tanpa banyak kata, menjeratnya dala

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 39

    REN POV "Sial!" Ren Davis mengutuk keras begitu kesadarannya kembali setelah terbangun dari tidurnya yang terasa begitu panas dan menggelisahkan. Mimpi erotis yang selama ini terus menghantuinya, tentang seorang wanita berambut merah yang tak pernah benar-benar bisa ia sentuh dalam kenyataan, kini terasa semakin nyata hingga membuatnya frustrasi. Bayangan itu begitu jelas di benaknya, bibir tebal wanita itu membungkus penisnya dengan penuh gairah, menghisapnya dengan cara yang membuat setiap saraf di tubuhnya menegang dalam kenikmatan yang tak tertahankan. Ia masih bisa merasakan kelembutan dan kehangatan mulut wanita itu, bagaimana lidahnya bermain-main, menggoda hingga membuatnya hampir kehilangan kendali. Tidak hanya itu, tubuh wanita itu juga basah dan berkilauan akibat keringat, seolah baru saja keluar dari air, dengan tetesan yang mengalir di sepanjang lekukannya yang menggoda. Tangannya masih bisa merasakan kulitnya yang lembut, licin di bawah sentuhannya. Dan ketika akhi

  • Aroma Dalam Mimpi   BAB 38

    Malam terasa menusuk dengan dinginnya, tapi tidak bagi dua insan yang kini tengah terperangkap dalam kehangatan penuh gairah di dalam sebuah ruangan yang didominasi warna putih. Dinding putih, sprei kasur putih, hingga perabotan yang semuanya bewarna seragam menciptakan nuansa steril yang justru kontras dengan panas yang mulai membakar di antara mereka. Di atas ranjang, tubuh mereka saling melekat erat, napas memburu, dan kulit yang semakin lembab oleh keringat. Aroma hasrat memenuhi udara. Jari-jari mencengkeram erat, tubuh bergetar dalam irama yang semakin menggila. “Ahh...” erangan panjang meluncur dari bibir Elena Hadley, tubuhnya melengkung, dan matanya setengah terbuka dengan pandangan kabur oleh kenikmatan yang tak tertahankan. Pria di bawahnya, yang bertubuh kokoh selayaknya mahakarya pahatan patung yang sempurna, bergerak tanpa ampun. Ketebalan dan panjang penisnya yang luar biasa memenuhi dirinya dengan cara yang begitu menyesakkan, mendominasi ruang sempitnya dengan p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status