Share

Rubah Api ch. 7 : Anomali

Kertas baru itu ditempel lagi di papan pengumuman. Kali ini spekulasi mereka lebih liar daripada sebelumnya dengan berbagai versi. Bahkan mereka menulisnya dalam tiga lembar. Mulai dari yang SCP, Alien, bahkan hantu yang menuntut balas. Agaknya ada satu toko yang terbakar dan menewaskan tiga pegawai di sana karena pintunya macet sehingga mereka tak bisa keluar. Mereka juga menulis Kuda Setan dan membuatku kasihan pada makhluk itu.

Akan tetapi, Rubah Api, ya?

Bagaimana bisa makhluk yang cinta damai itu melakukan hal semengerikan ini? Sejak dulu aku menganggap Rubah Api seperti tim cheerleader atau gadis-gadis populer yang manja. Mereka cenderung tidak menyukai kekerasan, apalagi membunuh orang sampai sehangus ini? Apa yang terjadi pada orang itu hingga dia melakukannya? Kalau Gadis Rubah itu bilang yang melakukannya adalah phoenix, mungkin aku akan lebih bisa mempercayainya.

Aku menyentuh foto Juliet. Berbeda dengan Clarissa, dari penampilannya, dia adalah type gadis pendiam. Sepertinya makhluk itu mengambil jiwa secara acak. Kalau begitu, kapan dia akan beraksi lagi? Di mana aku bisa menemukannya, dan apakah dia mengetahui kedatanganku? Seharusnya aku menanyakan itu semalam. Sekarang, aku tidak punya pilihan lain selain menunggu.

“Kau ini benar-benar aneh, ya?” Suara itu memutus kereta pemikiranku. Aku menoleh, dan menemukan Daniel sedang menyeringai. Aku mengerjap beberapa kali. Dia tidak ada di belakangku sebelumnya, kan? Sedalam apa pun aku berpikir, aku pasti bisa merasakan kedatangan seseorang di belakangku. Tetapi Daniel terasa tak terdeteksi. Daniel tertawa geli. “Kau serius sekali memikirkannya.”

“Sejak kapan kau di belakangku?”

“Barusan?” jawabnya lebih menyerupai pertanyaan. “Memang kasus itu semenarik apa sampai kau tidak sadar aku mendatangimu?”

“Tidak semenarik itu,” kataku. Beberapa orang menatap kami, sehingga aku memilih untuk menaikkan tali tas yang terjatuh ke lengan. “Kau sendiri, kenapa senang sekali menggangguku?”

“Aku tidak mengganggu,” katanya geli. “Tetapi aku tidak menyangkal kalau kau bertanya kenapa aku tertarik padamu.”

Sebelah alisku terangkat menantan. “Nah, kenapa tidak menjawab pertanyaan itu?”

Dia tertawa pelan. Tawa itu begitu renyah hingga rasanya menyenangkan untuk mendengarnya terus-terusan. “Karena kau menarik.”

“Wow ... kau sangat menjawab pertanyaanku.”

Kelas pertamaku dan Daniel sama, sehingga kami memilih berjalan bersama. Sekalipun tidak sama, aku yakin Daniel akan tetap mengekoriku. Angela melambai dari tempat duduknya, saat aku akan membalas lambaian tangannya, aku membeku. Luc tengah mengobrol dengan para anak laki-laki seolah dia adalah bagian dari mereka. Salah satu cowok duduk di atas meja, dan mereka tertawa-tawa.

Aku menjilat sudut bibir. Luc pasti menggunakan pengaruh untuk menjadi bagian dari sekolah ini. Saat dia menjauh aku yakin ingatan yang dia buat akan menghilang juga. Aku memilih untuk tidak mempedulikannya, tetapi Luc punya rencana lain.

“Hi, Hyde!” Luc bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arahku. “Aku sudah menunggumu sejak tadi loh!”

Teman-temannya bersiul di belakang. Aku tidak tahu pengaruh macam apa yang dia berikan pada mereka, dan apa hubungan kami saat dia menaruhnya, tetapi Luc hanya tertawa dan melambai santai. Dia menunduk dan menyejajarkan wajahnya padaku. Kekurang ajarannya memang menyebalkan, tetapi aku tidak bisa menonjoknya begitu saja.

“Kau siapa, ya?”

Kami berdua sama-sama membeku saat Daniel bertanya, lantas mendongak padanya yang kebingungan. Aku melirik Luc yang terbelalak. Keterkejutannya memang wajar. Ini pertama kalinya bagiku bertemu seseorang yang tidak terpengaruh sama sekali. Luc mendekati Daniel, sementara anak itu hanya mengangkat sebelah alisnya.

“Ayolah, Buddy! Berhenti bercanda!”

Gelombang pengaruh membuatku pusing. Luc sedang berusaha memberikan pengaruhnya pada Daniel secara sengaja. Dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya. Kharisma yang dimilikinya membuat kemampuannya menggunakan pengaruh sangat tinggi. Bahkan dia bisa disukai orang asing hanya dengan sedikit mengerahkan kekuatannya.

Sayangnya, Daniel tidak terpengaruh sama sekali. Kerutan di dahinya semakin dalam. “Aku tidak mengerti apa maksudmu dengan bercanda,” katanya. Dia menatapku bingung. “Hyde, apa dia kenalanmu?”

“Kita bermain basket kemarin,” ucap Luc keras kepala. Kekuatan pengaruhnya semakin kental. “Kau mencetak tiga angka, kau ingat?”

“Maaf, Bung, tetapi kita tidak pernah bertemu.”

Luc menggeram. Aku bisa merasakan semburan kekuatannya, dan kalau aku membiarkannya Daniel pasti mati. Sebagian matanya yang sekarang berwarna kecoklatan mulai kembali ke warnanya yang asli.

“Okay, tenang, Bocah Besar!” Aku mengenggam lengannaya erat, lantas mendesaknya ke arahku. “Dia temanku, Danny. Aku harus bicara dengannya sekarang.”

“Tunggu, Hyde!”

Luc tidak mengatakan apa-apa saat aku menyeretnya keluar. Akan tetapi, aku bisa merasakan tatapannya terus mengarah pada Daniel. Aku tidak tahu apa yang membuatnya begitu kesal, tetapi sebaiknya aku membawanya pergi. Meskipun menyebalkan, makhluk ini tetaplah Malaikat Maut.

“Apa sih yang kau lakukan?” desisku. Setelah akhirnya kami sampai di mobilku. Luc masih menatap arah kelas seolah dia ingin melompat kembali saat itu juga. “Jangan coba-coba!”

“Dia itu siapa?”

Aku melipat tangan di dada. “Daniel.” Luc masih enggan melihatku. “Jangan bilang kau ingin membunuhnya hanya karena dia tidak terpengaruh kekuatanmu?”

“Dia anomali,” desisnya. “Aku tidak bisa membiarkannya berkeliaran begitu saja.”

“Dia hanya tidak terpengaruh. Astaga!”

“Kau tidak tahu,” geramnya. “Dia tidak terpengaruh semua sihir!”

Mataku terbelalak, lantas menarik bahunya hingga dia berputar menghadapku.

“Jangan bilang kau sudah menyerangnya!” bentakku tidak percaya. “Kau gila, ya?”

“Makhluk itu berbahaya!” bentaknya balik. Luc menatap sekeliling. Orang-orang mulai saling berbisik. Dia mengantas menyugar rambutnya, dan menurunkan suara. “Dia bisa menghilangkan sihirmu, kan?”

Aku tidak menjawab, dan Luc menganggap itu sebagai iya.

“Jangan sentuh dia Luc!” geramku mengancam. “Jangan macam-macam!”

Luc mengangkatdagunya angkuh. “Atau apa? Kau akan akan membunuhku?”

“Ya,” balasku dingin. Aku bisa merasakan sihir kembali di ujung jemariku. “Aku akan membunuhmu.”

Mata Luc terbelalak. “Kau pasti bercanda.”

Aku tersenyum miring, lantas berjalan maju. Luc mengikuti gerakanku hati-hati dan kemudian tatapan kami terpaku. Aku bisa melihat ketidak percayaan yang menyala-nyala di matanya.

Try me!

Luc meneguk ludahnya perlahan. “Kau akan dibunuh bila melakukannya.”

“Kedengaran bagus untukku.”

Dia menggertakkan gigi kesal. “Kau mengorbankan dirimu hanya karena makhluk itu?”

“Sepertinya ada yang perlu kau koreksi, Luc.” Aku tersenyum miring. “Aku tidak akan membiarkanmu mengambil nyawa orang yang tidak bersalah lagi.”

“Mereka melanggar peraturan, Hyde!” bentaknya. Dia melangkah mundur. “Tidak ada jiwa yang boleh kembali dari negeri orang mati, dan tidak ada jiwa mati yang boleh memiliki keturunan. Sejak awal, anak itu tidak seharusnya ada!”

Aku menjilat sudut bibir.

Memang benar mereka telah melanggar peraturan, tetapi mereka tidak membahayakan orang lain. Astaga, satu-satunya kesalahan Daniel hanyalah dilahirkan. Dia tidak bisa memiliki kapan dan orang tua mana yang melahirkannya. Seperti aku yang tidak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai Pemburu Artemis. Daniel tidak melakukan kesalahan apa pun. Dia tidak menyakiti siapa pun. Bahkan, dia melindungi orang lain.

Dia mengkhawatirkan seseorang yang tidak dikenalnya, mengajak orang asing bicara hanya agar orang itu tidak menerima pertanyaan-pertanyaan tidak sopan. Lelaki itu bahkan menawariku pulang dengan kekhawatiran yang tulus. Semua orang menyukainya, dan begitu pula aku. Sebagai teman.

Aku telah kehilangan Gadis Rembulan. Gadis Rembulan bukanlah orang jahat, dia hanya ingin menolong orang yang—ia tidak ketahui—salah. Dia hanya ingin menolong orang yang kesusahan, melindungi mereka yang lemah. Tidak ada yang salah dari tindakannya, tetapi Negeri Orang-orang mati tetap kolot membunuhnya.

Sekarang, aku tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi. Tidak pada Daniel, tidak pada siapa pun, dan tidak dari malaikat maut mana pun. Bahkan jika aku harus membunuh Luc dalam prosesnya.

Melihat kegigihanku, Luc menghela napasnya. Dia tertawa hambar, dan menggeleng.

“Kau gila, Hyde! Aku akan tetap menyelidikinya. Makhluk itu berbahaya, dan akan selalu seperti itu.” Aku merasa ada hal yang tidak dikatakan Luc, tetapi dia segera berbalik. “Aku akan mengawasinya, baik kau suka maupun tidak.”

Malaikat Maut itu berjalan sebentar sebelum menghilang begitu saja. Ini hanya perasaanku saja atau memang ada nada terluka di ucapan terakhirnya?

TBC

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status