Share

Bab 5

Author: Beres
Barulah saat itu Amalia menoleh dan menatapnya sejenak. Nada bicaranya yang selama ini selalu dingin, kini terselip kegembiraan yang sulit disembunyikan.

"Pamanmu sudah kembali ke negara ini?"

Melihatnya kembali seperti biasa, Hugo tersenyum samar dan tampak sudah menduganya.

"Ya. Kamu segitu nggak sabarnya ingin menikah denganku? Tenang saja, aku pasti akan datang ke upacara pernikahan itu. Namun, setelah ini, jangan lagi bersikap seperti tadi. Permainan tarik-ulur sesekali masih bisa ditoleransi, tapi kalau terlalu sering, aku juga muak."

Sambil berbicara, Hugo membuka pintu mobil.

Amalia tahu percuma saja menjelaskan karena Hugo tidak akan percaya. Jadi kali ini, dia memilih untuk tidak repot-repot menjelaskan. Begitu duduk di kursi penumpang depan, Amalia langsung berkata, "Aku mau pulang dulu, berdandan, dan ganti baju."

Melihat betapa seriusnya Amalia mempersiapkan diri untuk acara malam ini, Hugo mengira itu semua karena Amalia terlalu mencintainya dan ingin tampil sebaik mungkin di hadapan pamannya. Hugo mengangkat alis dan untuk sekali ini mengiyakan permintaan Amalia.

Setelah semuanya siap, mereka pun kembali ke Kediaman Lama Keluarga Lewis.

Banyak orang hadir di acara tersebut. Ketika melihat Amalia, mereka tidak terkejut dan menyapanya dengan ramah.

Amalia membalas salam satu per satu, lalu duduk di sudut ruangan, menanti kemunculan Joey.

Karena tidak tahu seperti apa pertemuan mereka nanti, sepanjang malam hatinya tidak tenang dan jantungnya terus berdebar kencang.

Hugo yang duduk di sampingnya segera menyadari ada yang aneh. Dia memandang Amalia dengan tidak senang.

"Aku ada di sini, kenapa kamu malah melamun? Ini peringatanku yang terakhir. Aku sudah setuju untuk menikahimu, jadi kamu juga jangan bersikap seperti ini lagi! Kalau nggak, jangan salahkan aku kalau tiba-tiba berubah pikiran!"

Amalia tidak tahan membalas perkataan itu, tapi akhirnya dia menahan diri.

Lagi pula, sebentar lagi Hugo juga akan tahu mempelai prianya bukan dia, jadi tidak perlu membuang-buang tenaga untuk menjelaskannya.

Beberapa menit kemudian, pintu aula akhirnya terbuka.

Semua orang serempak menoleh dan menanti dengan penuh harap.

Namun, yang muncul bukanlah Joey, melainkan Kakek Liam.

Dengan langkah tertatih, dia naik ke panggung dan mengumumkan di hadapan semua orang.

"Joey mengalami masalah kecil sebelum keberangkatan. Dia nggak sempat naik pesawat dan sekarang masih berada di luar negeri. Jadi, malam ini dia nggak bisa hadir di acara ini."

Mendengar kabar itu, Amalia langsung berdiri dan berkata dengan suaranya penuh kecemasan.

"Kakek Liam, gimana keadaannya? Apakah parah?"

Kakek Liam melambaikan tangan dan berusaha menenangkannya. "Nggak apa-apa, nggak akan mengganggu urusan penting. Amalia, kamu nggak perlu khawatir."

Hugo mengernyit dan menarik Amalia untuk kembali duduk, lalu menegur dengan suara rendah.

"Walaupun pernikahan ini sudah pasti, kamu belum resmi masuk ke Keluarga Lewis. Jangan terlalu menunjukkan perhatian berlebihan pada paman, seolah-olah sudah jadi nyonya muda. Itu nggak pantas."

Amalia benar-benar tidak tahan lagi dan hendak menjawab dengan tegas, tapi sebelum sempat berbicara, Kakek Liam tiba-tiba terbatuk keras dan membuat seluruh ruangan langsung hening.

"Hari ini aku mengumpulkan kalian semua, terutama untuk mengumumkan pernikahan antara Keluarga Lewis dan Keluarga Moore. Tanggal upacara pernikahan sudah ditetapkan, yaitu tujuh hari lagi dan akan dilangsungkan di Vila Chester.

"Pasangan yang akan melaksanakan pernikahan, salah satunya adalah putri dari Keluarga Moore, Amalia Moore..."

Saat suara Kakek yang lantang menggema di seluruh ruangan, Hugo menerima pesan dari Karina.

Entah apa isi pesannya, tapi ekspresi Hugo langsung berubah. Dia buru-buru berdiri dan meninggalkan ruangan, tanpa sempat mendengarkan kelanjutannya.

"Selain itu, pasangannya adalah Kepala Keluarga Lewis, Joey Lewis!"

Nama yang tidak diduga ini langsung membuat seluruh ruangan gaduh dan berbisik tanpa henti.

"Aku nggak salah dengar, 'kan? Joey? Bukan Hugo?"

"Iya, bagaimana bisa dengan paman? Bukankah paman terkenal nggak tertarik pada perempuan? Kenapa bisa menikah dengan gadis muda itu?"

Suara diskusi para tamu nyaris membuat aula gempar. Walaupun mereka semua terkejut, mereka tidak berani berkomentar lebih jauh karena mempertimbangkan status Joey. Sebagai gantinya, mereka pun berdiri dan menyampaikan ucapan selamat kepada Amalia.

Setelah acara selesai, Amalia masih merasa gelisah karena kecelakaan itu. Dia pun menemui Kakek Liam untuk menanyakan langsung.

Kakek menepuk bahu Amalia dengan senyum cerah di wajahnya.

"Joey sempat mengirimkan foto. Hanya luka ringan saja, sebentar lagi juga akan sembuh. Amalia, kamu tenang saja, fokus saja mempersiapkan pernikahanmu."

Mendengar penjelasan itu, barulah Amalia merasa tenang.

Selama beberapa hari, Amalia sibuk mempersiapkan undangan, gaun pengantin, dan barang-barang seserahan. Dia sama sekali tidak peduli dengan urusan luar.

Selama waktu itu, Amalia menerima banyak pesan dari teman-teman Hugo, tapi tidak satu pun ada yang dia buka.

Sampai suatu malam sebelum tidur, dia tanpa sengaja membuka salah satu pesan dan baru menyadari mereka semua membicarakan hal yang sama.

[Kak Hugo mengalami sedikit cedera dan sedang dirawat di Rumah Sakit Pusat, kamar 609. Kamu nggak mau jenguk? Jangan lupa bawa sup ayam kesukaannya.]

[Maksudmu apa nggak membalas pesan sama sekali? Masih juga memainkan trik tarik-ulur yang basi ini? Sampai kapan mau begini terus?]

[Amalia, sebenarnya apa maumu? Kamu ini cuma budak cinta! Cepat ke sini!]

Melihat pesan-pesan seperti itu, Amalia hanya bisa tersenyum.

Dia terdiam beberapa detik, lalu mengetikkan sebuah balasan.

[Hugo kecelakaan, apa hubungannya denganku? Bukankah sudah ada perawat, kalian, dan juga Karina?]

Setelah pesan itu berhasil terkirim, Amalia membuka lini masa media sosial.

Dia menggulir ke bawah dan melihat deretan foto potret diri Hugo di rumah sakit yang dia unggah sendiri.

Dalam ingatan Amalia, pria itu hampir tidak pernah memperbarui status media sosialnya. Jadi, dia sedikit terkejut melihatnya.

Namun, Amalia tidak terlalu memikirkannya. Setelah melihat sekilas dan keluar, Amalia mulai mencari tahu lebih banyak soal Joey dari anggota Keluarga Lewis yang baru saja dia tambahkan beberapa hari lalu.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 10

    Meskipun Amalia tahu akan perasaan Joey, tetapi karena dalam dua kehidupan mereka hampir tidak pernah berinteraksi. Jadi saat benar-benar berdua saja, dia tetap merasa sedikit canggung.Joey pun menyadari suasana hatinya, lalu berbicara dengan suara lembut."Semua orang memanggilmu Amalia?"Amalia tidak menyangka Joey tiba-tiba berbicara, dia pun mengangguk pelan dan menanggapi perkataannya."Ada juga Nenek dan Kakek yang memanggilku Bintang. Kamu juga boleh memanggil begitu…"Kalimatnya belum selesai, tapi wajah Amalia seketika memerah. Amalia tiba-tiba teringat tumpukan surat cinta yang hanya sempat dia lihat sekilas. Dia pun menundukkan kepala dengan sedikit rasa bersalah.Entah karena teringat sesuatu, seberkas cahaya melintas di mata Joey, sudut bibirnya membentuk senyum yang hangat."Bintang? Maksudnya seperti bintang di langit malam? Tebakanku nggak salah, 'kan?"Entah mengapa, Amalia bisa mendengar secercah kegembiraan dalam nada suara Joey.Amalia tidak bisa menahan rasa penas

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 9

    Di hadapan seluruh anggota keluarga dari kedua belah pihak, Amalia menanggapi Hugo dengan tenang dan percaya diri."Mulai sekarang, kita adalah satu keluarga."Setiap katanya seperti batu berat yang mengganjal di dada Hugo.Hugo mengepalkan tangan erat-erat dan menatap Amalia tanpa berkedip.Amalia bisa merasakan ketidakrelaan dan amarah dalam diri Hugo, tapi dia tidak memedulikannya.Amalia menggandeng tangan Joey, lalu tersenyum dan bertanya tentang rencana selanjutnya.Joey melihat jam, kemudian menatapnya kembali. Untuk pertama kalinya, sorot mata yang biasanya dingin menunjukkan kelembutan."Karena pesawat sempat tertunda saat transit, upacara meminta restu orang tua pagi tadi dibatalkan. Menurut adat, seharusnya tetap dilakukan di kediaman lama, tapi kamu sudah lelah seharian ini. Upacara seperti itu kita undur sampai besok saja. Kita pulang dan beristirahat dulu, bagaimana?"Mendengar ucapan itu, para sesepuh Keluarga Lewis pun tertawa kecil sambil menggoda."Wah, kalau menikah

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 8

    Di tengah tatapan ribuan pasang mata, Joey muncul mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya.Dia merapikan kacamata berbingkai emasnya, lalu mengangguk ringan kepada seluruh hadirin.Tatapannya yang dingin dan dalam menyapu seluruh ruangan, memancarkan aura yang sangat kuat dan menekan.Seluruh aula mendadak sunyi, tidak ada suara sedikit pun.Para tamu undangan yang hadir terdiam kaget, tidak ada satu pun yang menyangka dalam pernikahan antara Keluarga Lewis dan Moore, mempelai prianya ternyata adalah Joey!Orang-orang yang menyaksikan di layar, semula menunggu untuk menertawakan kejadian ini, kini membeku seperti patung.Hugo menggertakkan gigi, urat di pelipisnya menegang dan suaranya penuh dengan kemarahan."Paman? Tidak mungkin!""Pasti ada yang salah!"Setelah mengatakannya, semua orang di ruangan pun kembali tersadar dan mulai bergumam tidak percaya."Benar, benar! Pembawa acaranya pasti sudah melakukan kesalahan! Mana mungkin Tuan Joey menikahi Amalia? Mereka jelas beda

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 7

    Sehari sebelum upacara pernikahan, Amalia menerima sebuah pesan singkat.Isinya hanya satu kalimat. [Aku sudah kembali, sampai jumpa besok.]Tanpa nama pengirim dan tanpa catatan apa pun, tapi Amalia tahu.Itu darinya.Joey.Hati Amalia yang sebelumnya gundah tiba-tiba merasa tenang. Malam itu, dia tidur dengan nyenyak.Keesokan harinya pukul sepuluh, iring-iringan mobil pengantin dari Keluarga Lewis tiba di rumah Keluarga Moore, diikuti dengan kamera-kamera yang merekam.Pernikahan antar keluarga konglomerat ini akan disiarkan secara langsung di seluruh kota.Hugo membuka pintu mobil dan naik ke lantai atas. Saat melihat Amalia dalam balutan gaun putih, matanya seketika memancarkan kekaguman.Entah mengapa, Hugo merasa begitu familier dengan adegan ini sebelumnya dan sempat melamun sebentar.Setelah diingatkan oleh orang di sampingnya, barulah Hugo mengulurkan tangan kepada Amalia.Namun, Amalia tidak menyambutnya. Dia memandang Hugo dengan tenang, lalu berkata dengan datar, "Hugo, ka

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 6

    Setelah mengetahui Joey menyukai ikan, keesokan harinya Amalia pergi ke kolam ikan milik keluarganya. Dia bersiap untuk menangkap beberapa ekor guna berlatih memasak, agar kelak bisa memasakkannya untuk Joey.Baru saja Amalia memilih ikan yang disukainya, begitu membalikkan badan, dia melihat Karina yang entah bagaimana bisa masuk dan sedang berjalan ke arahnya.Dia memutar-mutar jari-jarinya dan memasang wajah sedih."Nona Amalia, apa kamu marah karena Hugo melukai tangannya saat melindungiku? Itu semua salahku. Kalau ingin menyalahkan, salahkan saja aku. Aku tahu kamu adalah tunangannya, sementara aku hanya anak seorang pembantu, aku nggak pantas membuatnya begitu mengkhawatirkanku..."Mendengar nada bicaranya yang berpura-pura polos itu, Amalia mengernyitkan dan berbalik untuk pergi.Namun, Karina tiba-tiba meraih tangannya. Di bawah tatapan bingung Amalia, dia memperlihatkan senyum menantang.Sebelum Amalia sempat memahami perubahan sikap itu, dia melihat Karina mengangkat tangan d

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 5

    Barulah saat itu Amalia menoleh dan menatapnya sejenak. Nada bicaranya yang selama ini selalu dingin, kini terselip kegembiraan yang sulit disembunyikan."Pamanmu sudah kembali ke negara ini?"Melihatnya kembali seperti biasa, Hugo tersenyum samar dan tampak sudah menduganya."Ya. Kamu segitu nggak sabarnya ingin menikah denganku? Tenang saja, aku pasti akan datang ke upacara pernikahan itu. Namun, setelah ini, jangan lagi bersikap seperti tadi. Permainan tarik-ulur sesekali masih bisa ditoleransi, tapi kalau terlalu sering, aku juga muak."Sambil berbicara, Hugo membuka pintu mobil.Amalia tahu percuma saja menjelaskan karena Hugo tidak akan percaya. Jadi kali ini, dia memilih untuk tidak repot-repot menjelaskan. Begitu duduk di kursi penumpang depan, Amalia langsung berkata, "Aku mau pulang dulu, berdandan, dan ganti baju."Melihat betapa seriusnya Amalia mempersiapkan diri untuk acara malam ini, Hugo mengira itu semua karena Amalia terlalu mencintainya dan ingin tampil sebaik mungki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status