Share

Bab 7

Author: Beres
Sehari sebelum upacara pernikahan, Amalia menerima sebuah pesan singkat.

Isinya hanya satu kalimat. [Aku sudah kembali, sampai jumpa besok.]

Tanpa nama pengirim dan tanpa catatan apa pun, tapi Amalia tahu.

Itu darinya.

Joey.

Hati Amalia yang sebelumnya gundah tiba-tiba merasa tenang. Malam itu, dia tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya pukul sepuluh, iring-iringan mobil pengantin dari Keluarga Lewis tiba di rumah Keluarga Moore, diikuti dengan kamera-kamera yang merekam.

Pernikahan antar keluarga konglomerat ini akan disiarkan secara langsung di seluruh kota.

Hugo membuka pintu mobil dan naik ke lantai atas. Saat melihat Amalia dalam balutan gaun putih, matanya seketika memancarkan kekaguman.

Entah mengapa, Hugo merasa begitu familier dengan adegan ini sebelumnya dan sempat melamun sebentar.

Setelah diingatkan oleh orang di sampingnya, barulah Hugo mengulurkan tangan kepada Amalia.

Namun, Amalia tidak menyambutnya. Dia memandang Hugo dengan tenang, lalu berkata dengan datar, "Hugo, kamu salah tempat. Seharusnya kamu duduk di kursi tamu."

Ucapan itu membuat Hugo naik pitam. Wajahnya langsung menggelap.

"Kamu mulai lagi? Apa kamu nggak tahu upacara pernikahan hari ini disiarkan di seluruh kota? Apa kamu harus terus membuat keributan dan mempermalukan kedua keluarga?"

Amalia tidak meladeninya. Dia mengangkat gaunnya dan berjalan turun seorang diri.

Tangan Hugo yang tidak jadi menggandeng, mengepal erat.

Dia menarik napas dalam-dalam, menahan emosinya, dan menyusul di belakang Amalia.

Begitu hendak masuk ke kursi belakang mobil pengantin, telepon Hugo berdering.

Satu menit kemudian, Hugo menutup pintu mobil dan menatap Amalia yang ada di dalam mobil.

"Aku ada urusan penting yang harus segera kuselesaikan. Aku nggak bisa datang ke tempat upacara pernikahan. Tolong sampaikan pada orang tua kita, upacara pernikahan dibatalkan."

Hugo mengira, Amalia akan sedih, malu, bahkan menangis setelah mendengarnya. Namun, dia hanya menatap Hugo dengan tenang.

"Aku sudah bilang, terserah kamu mau datang atau nggak di upacara pernikahan ini."

Karena mempelai prianya bukan kamu.

"Melihat sikap Amalia yang tidak menunjukkan persetujuan atau penolakan, hati Hugo tiba-tiba diliputi rasa panik. Namun, dia tetap berkata dengan suara rendah,

"Aku sudah bilang, upacara pernikahan dibatalkan! Aku, sebagai mempelai pria, nggak bisa hadir. Apa kamu benar-benar ingin jadi bahan tertawaan seluruh kota?"

Kali ini, Amalia bahkan malas menjawab. Dia langsung menyuruh sopir menjalankan mobil.

Tidak lama kemudian, iring-iringan mobil pun meninggalkan tempat.

Hugo tidak punya waktu untuk menenangkan emosinya. Dia pun menghentikan taksi di pinggir jalan.

Begitu Hugo tiba di vila pemandian air panas di pinggiran kota, dia melihat Karina dikelilingi oleh sekelompok teman prianya dan alisnya langsung berkerut.

"Bukannya tadi bilang Karina sedang dalam bahaya?"

Sekelompok temannya itu menarik Hugo masuk sambil tertawa.

"Kami membohongimu. Kalau nggak bilang seperti itu, mana mungkin kamu kabur dari pernikahan itu!"

"Kami cuma ingin lihat, drama apa lagi yang bakal dibuat Amalia hari ini!"

Mendengar itu, ekspresi Hugo langsung berubah drastis. Dia segera menepis tangan yang menepuk bahunya dan berbalik hendak pergi.

"Konyol!"

Karina memeluk lengan Hugo dan menatap dengan mata yang sedikit memerah, suaranya penuh permohonan.

"Hugo, kepalaku memang agak sakit. Temani aku sebentar, ya? Lagi pula, tempat ini jauh dari lokasi upacara pernikahan, kamu juga sudah nggak sempat ke sana.

Memang benar, tapi Amalia...

Saat Hugo masih ragu, teman-temannya sudah ribut membuka siaran langsung di layar.

Di layar, segalanya berjalan sesuai rencana.

Melihat Amalia tetap bersikeras melanjutkan upacara pernikahan, wajah semua orang di ruangan dipenuhi cemoohan.

"Masih belum dibatalkan juga? Kalau nanti acara dimulai tanpa mempelai pria, betapa memalukannya itu!"

"Sepertinya Amalia ingin sekali menikah, ya? Dia sampai mengorbankan nama baik kedua keluarga. Kalau nanti situasinya menjadi kacau, dia hanya akan jadi bahan tertawaan!"

Hugo tidak tahu apa sebenarnya yang ada di pikiran Amalia. Wajahnya sangat muram dan marah.

Saat Hugo sedang mempertimbangkan apakah harus menelepon Keluarga Lewis untuk memberi tahu mereka, terdengar seruan terkejut dari samping.

"Upacara pernikahannya dimulai!"

Secara refleks, Hugo menoleh. Dia melihat ayah Amalia menggandeng Amalia dan mengantarkannya ke tengah panggung.

Amalia berdiri sendirian cukup lama di bawah sorotan lampu, tapi mempelai pria tidak kunjung muncul.

Kolom komentar dalam siaran langsung dipenuhi tanda tanya dan komentar seperti: [Mempelai prianya kabur?]

Orang-orang di ruangan itu tertawa terbahak-bahak sampai tidak kuat berdiri.

Hugo yang sudah menduganya sejak awal, menunjukkan ekspresi dingin dan nada suaranya penuh kemarahan yang tertahan.

"Bodoh!"

Hugo tidak sanggup lagi menonton dan hendak menutup siaran langsung itu. Baru saja jari-jarinya menyentuh tombol keluar, suara pembawa acara terdengar.

"Mempelai pria, silakan masuk!"

Detik berikutnya, pintu besar yang tertutup rapat terbuka!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 10

    Meskipun Amalia tahu akan perasaan Joey, tetapi karena dalam dua kehidupan mereka hampir tidak pernah berinteraksi. Jadi saat benar-benar berdua saja, dia tetap merasa sedikit canggung.Joey pun menyadari suasana hatinya, lalu berbicara dengan suara lembut."Semua orang memanggilmu Amalia?"Amalia tidak menyangka Joey tiba-tiba berbicara, dia pun mengangguk pelan dan menanggapi perkataannya."Ada juga Nenek dan Kakek yang memanggilku Bintang. Kamu juga boleh memanggil begitu…"Kalimatnya belum selesai, tapi wajah Amalia seketika memerah. Amalia tiba-tiba teringat tumpukan surat cinta yang hanya sempat dia lihat sekilas. Dia pun menundukkan kepala dengan sedikit rasa bersalah.Entah karena teringat sesuatu, seberkas cahaya melintas di mata Joey, sudut bibirnya membentuk senyum yang hangat."Bintang? Maksudnya seperti bintang di langit malam? Tebakanku nggak salah, 'kan?"Entah mengapa, Amalia bisa mendengar secercah kegembiraan dalam nada suara Joey.Amalia tidak bisa menahan rasa penas

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 9

    Di hadapan seluruh anggota keluarga dari kedua belah pihak, Amalia menanggapi Hugo dengan tenang dan percaya diri."Mulai sekarang, kita adalah satu keluarga."Setiap katanya seperti batu berat yang mengganjal di dada Hugo.Hugo mengepalkan tangan erat-erat dan menatap Amalia tanpa berkedip.Amalia bisa merasakan ketidakrelaan dan amarah dalam diri Hugo, tapi dia tidak memedulikannya.Amalia menggandeng tangan Joey, lalu tersenyum dan bertanya tentang rencana selanjutnya.Joey melihat jam, kemudian menatapnya kembali. Untuk pertama kalinya, sorot mata yang biasanya dingin menunjukkan kelembutan."Karena pesawat sempat tertunda saat transit, upacara meminta restu orang tua pagi tadi dibatalkan. Menurut adat, seharusnya tetap dilakukan di kediaman lama, tapi kamu sudah lelah seharian ini. Upacara seperti itu kita undur sampai besok saja. Kita pulang dan beristirahat dulu, bagaimana?"Mendengar ucapan itu, para sesepuh Keluarga Lewis pun tertawa kecil sambil menggoda."Wah, kalau menikah

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 8

    Di tengah tatapan ribuan pasang mata, Joey muncul mengenakan setelan jas hitam yang pas di tubuhnya.Dia merapikan kacamata berbingkai emasnya, lalu mengangguk ringan kepada seluruh hadirin.Tatapannya yang dingin dan dalam menyapu seluruh ruangan, memancarkan aura yang sangat kuat dan menekan.Seluruh aula mendadak sunyi, tidak ada suara sedikit pun.Para tamu undangan yang hadir terdiam kaget, tidak ada satu pun yang menyangka dalam pernikahan antara Keluarga Lewis dan Moore, mempelai prianya ternyata adalah Joey!Orang-orang yang menyaksikan di layar, semula menunggu untuk menertawakan kejadian ini, kini membeku seperti patung.Hugo menggertakkan gigi, urat di pelipisnya menegang dan suaranya penuh dengan kemarahan."Paman? Tidak mungkin!""Pasti ada yang salah!"Setelah mengatakannya, semua orang di ruangan pun kembali tersadar dan mulai bergumam tidak percaya."Benar, benar! Pembawa acaranya pasti sudah melakukan kesalahan! Mana mungkin Tuan Joey menikahi Amalia? Mereka jelas beda

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 7

    Sehari sebelum upacara pernikahan, Amalia menerima sebuah pesan singkat.Isinya hanya satu kalimat. [Aku sudah kembali, sampai jumpa besok.]Tanpa nama pengirim dan tanpa catatan apa pun, tapi Amalia tahu.Itu darinya.Joey.Hati Amalia yang sebelumnya gundah tiba-tiba merasa tenang. Malam itu, dia tidur dengan nyenyak.Keesokan harinya pukul sepuluh, iring-iringan mobil pengantin dari Keluarga Lewis tiba di rumah Keluarga Moore, diikuti dengan kamera-kamera yang merekam.Pernikahan antar keluarga konglomerat ini akan disiarkan secara langsung di seluruh kota.Hugo membuka pintu mobil dan naik ke lantai atas. Saat melihat Amalia dalam balutan gaun putih, matanya seketika memancarkan kekaguman.Entah mengapa, Hugo merasa begitu familier dengan adegan ini sebelumnya dan sempat melamun sebentar.Setelah diingatkan oleh orang di sampingnya, barulah Hugo mengulurkan tangan kepada Amalia.Namun, Amalia tidak menyambutnya. Dia memandang Hugo dengan tenang, lalu berkata dengan datar, "Hugo, ka

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 6

    Setelah mengetahui Joey menyukai ikan, keesokan harinya Amalia pergi ke kolam ikan milik keluarganya. Dia bersiap untuk menangkap beberapa ekor guna berlatih memasak, agar kelak bisa memasakkannya untuk Joey.Baru saja Amalia memilih ikan yang disukainya, begitu membalikkan badan, dia melihat Karina yang entah bagaimana bisa masuk dan sedang berjalan ke arahnya.Dia memutar-mutar jari-jarinya dan memasang wajah sedih."Nona Amalia, apa kamu marah karena Hugo melukai tangannya saat melindungiku? Itu semua salahku. Kalau ingin menyalahkan, salahkan saja aku. Aku tahu kamu adalah tunangannya, sementara aku hanya anak seorang pembantu, aku nggak pantas membuatnya begitu mengkhawatirkanku..."Mendengar nada bicaranya yang berpura-pura polos itu, Amalia mengernyitkan dan berbalik untuk pergi.Namun, Karina tiba-tiba meraih tangannya. Di bawah tatapan bingung Amalia, dia memperlihatkan senyum menantang.Sebelum Amalia sempat memahami perubahan sikap itu, dia melihat Karina mengangkat tangan d

  • Arti Kata Penyesalan   Bab 5

    Barulah saat itu Amalia menoleh dan menatapnya sejenak. Nada bicaranya yang selama ini selalu dingin, kini terselip kegembiraan yang sulit disembunyikan."Pamanmu sudah kembali ke negara ini?"Melihatnya kembali seperti biasa, Hugo tersenyum samar dan tampak sudah menduganya."Ya. Kamu segitu nggak sabarnya ingin menikah denganku? Tenang saja, aku pasti akan datang ke upacara pernikahan itu. Namun, setelah ini, jangan lagi bersikap seperti tadi. Permainan tarik-ulur sesekali masih bisa ditoleransi, tapi kalau terlalu sering, aku juga muak."Sambil berbicara, Hugo membuka pintu mobil.Amalia tahu percuma saja menjelaskan karena Hugo tidak akan percaya. Jadi kali ini, dia memilih untuk tidak repot-repot menjelaskan. Begitu duduk di kursi penumpang depan, Amalia langsung berkata, "Aku mau pulang dulu, berdandan, dan ganti baju."Melihat betapa seriusnya Amalia mempersiapkan diri untuk acara malam ini, Hugo mengira itu semua karena Amalia terlalu mencintainya dan ingin tampil sebaik mungki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status