Share

Part 15

Berulang kali, Starla melirik Agaf dari kaca kecil mobil yang berada di atas kepalanya. Meskipun perjalanan mereka diterpa oleh kemacetan Kota Jakarta, bagi Starla, hal ini tentu tidak mengapa. Ia jadi bisa melihat Agaf sepuas mungkin sekarang.

“Pak Agaf.”

“Hm,” jawab Agaf, seperti biasa.

“Mau tau satu hal?”

“Apa?”

“Pak Agaf ganteng banget hari ini.”

Uhukkk!

Agaf langsung tersedak saat itu juga. Kepalanya yang tadinya menoleh ke arah jendela, kini tertuju ke depannya—lebih tepatnya ke Starla. Ekspresi lelaki itu kesal bukan main.

“A-apa kamu gak bisa fokus aja nyetirnya?”

“Lagi macet, Pak. Apa Bapak gak ngerasa kita belum bergerak selama 5 menit?”

“Kalau gitu, cari cara lain!”

Bibir Starla mengerucut. “Kok Bapak tiba-tiba marah? Apa Bapak marah dibilang ganteng?”

“Kamu bisa diam? Saya pusing banget dengerin kamu bicara yang gak penting dari tadi pagi!”

Menghela nafas, Starla akhirnya menoleh ke belakang dan memosisikan wajahnya selurus dengan Agaf. Untuk sesaat, justru dialah yang mer
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status