“Starla. Kita ada di mana sekarang?”Pertanyaan itu memecah keheningan yang terjadi antara Starla dan Agaf. Starla tersenyum tipis, ia sedikit mendekatkan wajahnya ke Agaf yang terlihat bingung.“Apa yang Pak Agaf dengar sekarang?”“Motor. Suaranya besar. Dan….saya ngerasa ini sedikit panas. Saya tau ini lagi di tepi jalan. Tapi, kamu mau apain saya? Ngejual saya?”Starla hampir tertawa.“Saya langsung kaya kalau misalnya ngejual Pak Agaf sekarang juga. Tapi, bukan itu kok maksud dan tujuan saya.”“Terus, apa?”“Bentar. Bapak jangan bergerak. Saya gak akan lama.”Belum sempat mencegah Starla. Starla sudah lebih dulu menjauhi Agaf. Agaf hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Dan beberapa menit kemudian, Agaf bisa merasakan bahwa seseorang mendekatinya. Sudah pasti bahwa itu Starla.“Nih! Coba Pak Agaf rasain!” kata Starla seraya menyodorkan sebuah es krim berbentuk kerucut kepada Agaf.Tentu kening Agaf langsung berkerut. “Maksud kamu apa?”Starla meraih tangan kanan Agaf dan mengambi
Starla hampir berteriak melihat dokumen-dokumen pekerjaan milik Agaf yang berserakan di meja kerja miliknya. Setelah Jake memberikan pekerjaan tambahan yang tentu saja menyebalkan, Jake meminta Agaf untuk menyediakan ruangan kerja Starla dan lelaki itu menyetujuinya. Jake tidak menyarankan meja kerja Starla berada di kamar tidurnya sendiri karena Jake tahu Starla tidak bisa fokus ketika melihat ranjang alias suka mengantuk.Dan di sinilah Starla berada sekarang. Di rumah Agaf. Di ruang kerja baru miliknya. Dengan kondisi wajah yang berantakan. “Oh my God! La! Udah jam 1 malam. Eh, dini hari, deng. Masa iya lo belum tidur sama sekali.” Starla merengek melihat keadaannya sendiri.Dia menjatuhkan pulpen di atas kertas dokumen dan menegak segelas air putih. Baru dua hari bekerja saja dirinya sudah selelah ini, apalagi dua bulan mengerjakan hal yang sama. Starla selalu berharap bahwa tubuhnya baik-baik saja untuk ke depannya.Tok tok tok.Suara ketukan pintu terdengar dan mengalihkan atens
“Starla,” panggil Agaf dan berhasil menghentikan Starla yang mengoceh panjang lebar sedari tadi. “Iya?” “Kamu suka, ya, sama saya?” Starla terdiam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya, ia menjawab, “iya, Pak. Saya suka sama Bapak.” Dan beberapa detik kemudian. What?! *** Starla membuka matanya lebar sembari mendudukkan dirinya di sofa. Wanita itu terkejut. Ia juga baru menyadari bahwa kejadian sebelumnya berada di alam mimpi. “Sumpah, lo, La? Ternyata lo mimpi,” ringis Starla. Ia mengacak rambutnya yang kemudian dijambak dan berteriak pelan. “Tapi, gak gitu juga anjir mimpinya. Masa iya lo confess begituan sama Pak Agaf?” Beberapa saat Starla diam. Ia baru menyadari perkataannya. “Wait. Confess?! Enggak! Gue gak suka sama Pak Agaf! Itu namanya ngelantur, Begoooo.” Rasanya, Starla ingin menghilang saja dari bumi. Starla menyingkap selimut yang masih melekat di tubuhnya. Ia juga baru menyadari bahwa ia tertidur di sofa akibat belum selesai mengerjakan pekerjaannya tadi malam. “T
[ Fakta Kecelakaan Pengusaha Terkaya di Indonesia ][ Melaju dengan Kecepatan Tinggi, Pengusaha Terkaya di Indonesia Kritis ][ Tragis! Pengusaha Muda ini Kritis Akibat Kecelakaan ] Berita dengan tajuk kecelakaan seorang pengusaha ternama, sukses merajai seluruh media sosial di Jakarta malam ini. Hujan lebat dan kecepatan tinggi diperkirakan sebagai penyebab utama mobil yang dikenderainya menabrak pembatas jalan dari proyek yang sedang dibangun. Sayangnya, kecelakaan ini menewaskan sang supir dan menimbulkan pengusaha muda ini kritis di rumah sakit--selama dua tahun. ****** “Gue lupa. Ini acara apa, ya?” tanya Agaf bingung. Pengusaha muda ini terlihat tampan dengan pakaian formalnya. Sayang, matanya seolah tidak memiliki cahaya kehidupan. Akibat kecelakaan dua tahun lalu, dia tiba-tiba terbangun dengan vonis buta dari sang dokter.“Peresmian anak gedung di Bandung. Mungkin, sekitar 1 atau 2 jam peresmiannya, setelah itu ada acara pesta gitu,” jawab Jake--sahabat sekaligus asist
“Sebelum aku kenal kamu, dan sebelum kamu bisa ngeliat aku.” Perkataan itu terngiang di kepala Agaf saat dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Rasanya tidak benar jika ia mengingat kembali percakapan dengan wanita yang ia tidak kenali. “Gue pasti udah gila,” gumam Agaf. “Iya. Gila. Ngasih gue waktu seneng-seneng cuma 30 menit,” kesal Jake. Agaf yang langsung mendengkus, seraya berkata, “gak tau diri emang.” “Lo aja yang terlalu jahat.” “Masih mending gue ngasih lo seneng-seneng.” “Seneng-seneng apa yang cuma 30 menit, Agaf?!” “Jake, turunin nada bicara lo,” desis Agaf. Pada akhirnya Jake mengalah. Ia membuang nafas panjang dan bersandar di sandaran kursi. Menoleh ke Agaf sebentar, lalu kembali memandang ke depan. *** Tepat pukul 9 malam, Agaf dan Jake tiba di rumah milik Agaf. Jake membantu Agaf keluar dari mobil dan membantu lelaki itu masuk ke dalam rumah. “Kayaknya gue harus balik rumah,” kata Jake di tengah perjalanannya mengantar Agaf ke
Agaf diam. Perihal asisten baru, apakah ia benar-benar membutuhkan itu?“Lo bisa atur itu semua sendiri, Jake?”“Tenang. Gue udah mikir ini, kok. Dan gue bakal nyari yang terbaik buat lo.”“Ya udah kalau gitu,” jawab Agaf.“Deal?”“Hm. Gue mau mandi sekarang, terus kita lanjut kerja.”Jake menaikkan sudut bibirnya. Lalu, membantu Agaf untuk mandi dan dilanjutkan dengan bekerja.For your information, selama dua tahun sejak Agaf kecelakaan, Jake selalu menjadi tangan kanan Agaf dalam hal pekerjaan.Segala hal yang berkaitan dengan kantor, Jake yang sering pergi ke sana. Dan Agaf selalu memantau dari rumah.Agaf jarang sekali keluar dari rumah kalau tidak untuk hal-hal yang penting yang mengharuskannya untuk hadir.***ADTA Group, Jakarta.Tampak Jake sedang menelepon seseorang dan menghadap menatap kota Jakarta Pusat dari lantai 25. Lebih tepatnya, ruang kerja milik Agaf.“Besok gimana? Berapa menit dari tempat lo ke rumah Agaf?” kata Agaf ke seseorang yang diteleponnya.”“Sekitar 30 me
Agaf langsung berdiri. “L-lo?! Lo beneran cewek di bar kemarin?!”Jake menatap Agaf dan Starla secara bergantian. “Loh? Kalian pernah ketemu?”“D-dia cewek yang godain gue di Bandung kemarin. Dia Jake! Ngapain lo bawa dia ke sini?!” terang Agaf.Starla menggeleng kepala cepat. “Saya gak pernah godain Bapak. Apa Pak Agaf ngerasa gitu?”Agaf menggeram. “Minta nomor hp dan bilang kalau lo tertarik sama gue. Apa lagi kalau bukan lo godain gue?!”“Tapi saya gak pernah ngajak Bapak tidur.”Jake yang di belakang Agaf hanya bisa tertawa sembari mengacak rambutnya acak. Sementara Agaf, matanya semakin melebar dan sekarang ia malah tampak gagap.“Gue bisa gila kalau punya asisten kayak lo. Jake, apa gak ada orang lain? Kenapa harus cewek ini?!”“Karna cuma dia yang gue tau punya karakter kerja keras kayak gue.”“Tadinya, gue hampir toleransi karna dia cewek. Tapi, kalau ceweknya kayak dia—”Agaf menjambak rambutnya frustasi. Sialan. Sebanyak manusia yang berada di Jakarta, kenapa harus wanita i
Starla tau jika Agaf adalah salah satu lelaki yang bersifat dingin. Namun, Starla juga tidak menyangka bahwa suasana makan Agaf benar-benar hening kalau saja tidak ada suara sendok yang berdenting.“Gaf, gue bakalan pulang malam ini. Starla juga udah mulai tidur di sini. Jadi, lo bisa manggil dia kapan aja,” kata Jake sembari memandang Starla yang berdiri lurus depan Agaf di kursi seberang.Starla pun mengangguk yakin. Ia juga memberi senyum kepada Jake.“Hm.”Dan, gumaman itu membuat Starla menatap Agaf ngeri, lelaki itu… ah, memang sama sekali tidak bisa berbicara sedikit pun.“Ingat ya, Gaf. Jangan diem-diem aja. Terkadang, gue juga takut sama lo yang terus-terusan diem. Udah kek hantu aja,” celetuk Jake.Agaf akhirnya berdecak. “Bawel, Jake. Gue mau makan,” gerutu lelaki itu tanpa mengubah sedikitpun gerakan makanannya.Dalam mata Starla, gerakan makan Agaf sangat teratur dan nyaris Starla tidak percaya bahwa Agaf adalah sosok lelaki tampan namun buta. Dengan tangan yang bergerak