Asisten Sang CEO Buta

Asisten Sang CEO Buta

Oleh:  rainydaily  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
18Bab
721Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sejak insiden di bar, Agaf membenci Starla. Namun, siapa sangka bahwa Starla akan menjadi asisten 24 jamnya di rumahnya sendiri? Rasanya Agaf akan kehilangan kewarasannya kalau setiap hari akan berhadapan dengan wanita seperti Starla. Starla benar-benar tidak tahu diri dan begitu agresif.

Lihat lebih banyak
Asisten Sang CEO Buta Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
18 Bab
Part 1
[ Fakta Kecelakaan Pengusaha Terkaya di Indonesia ][ Melaju dengan Kecepatan Tinggi, Pengusaha Terkaya di Indonesia Kritis ][ Tragis! Pengusaha Muda ini Kritis Akibat Kecelakaan ] Berita dengan tajuk kecelakaan seorang pengusaha ternama, sukses merajai seluruh media sosial di Jakarta malam ini. Hujan lebat dan kecepatan tinggi diperkirakan sebagai penyebab utama mobil yang dikenderainya menabrak pembatas jalan dari proyek yang sedang dibangun. Sayangnya, kecelakaan ini menewaskan sang supir dan menimbulkan pengusaha muda ini kritis di rumah sakit--selama dua tahun. ****** “Gue lupa. Ini acara apa, ya?” tanya Agaf bingung. Pengusaha muda ini terlihat tampan dengan pakaian formalnya. Sayang, matanya seolah tidak memiliki cahaya kehidupan. Akibat kecelakaan dua tahun lalu, dia tiba-tiba terbangun dengan vonis buta dari sang dokter.“Peresmian anak gedung di Bandung. Mungkin, sekitar 1 atau 2 jam peresmiannya, setelah itu ada acara pesta gitu,” jawab Jake--sahabat sekaligus asist
Baca selengkapnya
Part 2
“Sebelum aku kenal kamu, dan sebelum kamu bisa ngeliat aku.” Perkataan itu terngiang di kepala Agaf saat dalam perjalanan pulang ke rumah. Ia menggelengkan kepalanya cepat. Rasanya tidak benar jika ia mengingat kembali percakapan dengan wanita yang ia tidak kenali. “Gue pasti udah gila,” gumam Agaf. “Iya. Gila. Ngasih gue waktu seneng-seneng cuma 30 menit,” kesal Jake. Agaf yang langsung mendengkus, seraya berkata, “gak tau diri emang.” “Lo aja yang terlalu jahat.” “Masih mending gue ngasih lo seneng-seneng.” “Seneng-seneng apa yang cuma 30 menit, Agaf?!” “Jake, turunin nada bicara lo,” desis Agaf. Pada akhirnya Jake mengalah. Ia membuang nafas panjang dan bersandar di sandaran kursi. Menoleh ke Agaf sebentar, lalu kembali memandang ke depan. *** Tepat pukul 9 malam, Agaf dan Jake tiba di rumah milik Agaf. Jake membantu Agaf keluar dari mobil dan membantu lelaki itu masuk ke dalam rumah. “Kayaknya gue harus balik rumah,” kata Jake di tengah perjalanannya mengantar Agaf ke
Baca selengkapnya
Part 3
Agaf diam. Perihal asisten baru, apakah ia benar-benar membutuhkan itu?“Lo bisa atur itu semua sendiri, Jake?”“Tenang. Gue udah mikir ini, kok. Dan gue bakal nyari yang terbaik buat lo.”“Ya udah kalau gitu,” jawab Agaf.“Deal?”“Hm. Gue mau mandi sekarang, terus kita lanjut kerja.”Jake menaikkan sudut bibirnya. Lalu, membantu Agaf untuk mandi dan dilanjutkan dengan bekerja.For your information, selama dua tahun sejak Agaf kecelakaan, Jake selalu menjadi tangan kanan Agaf dalam hal pekerjaan.Segala hal yang berkaitan dengan kantor, Jake yang sering pergi ke sana. Dan Agaf selalu memantau dari rumah.Agaf jarang sekali keluar dari rumah kalau tidak untuk hal-hal yang penting yang mengharuskannya untuk hadir.***ADTA Group, Jakarta.Tampak Jake sedang menelepon seseorang dan menghadap menatap kota Jakarta Pusat dari lantai 25. Lebih tepatnya, ruang kerja milik Agaf.“Besok gimana? Berapa menit dari tempat lo ke rumah Agaf?” kata Agaf ke seseorang yang diteleponnya.”“Sekitar 30 me
Baca selengkapnya
Part 4
Agaf langsung berdiri. “L-lo?! Lo beneran cewek di bar kemarin?!”Jake menatap Agaf dan Starla secara bergantian. “Loh? Kalian pernah ketemu?”“D-dia cewek yang godain gue di Bandung kemarin. Dia Jake! Ngapain lo bawa dia ke sini?!” terang Agaf.Starla menggeleng kepala cepat. “Saya gak pernah godain Bapak. Apa Pak Agaf ngerasa gitu?”Agaf menggeram. “Minta nomor hp dan bilang kalau lo tertarik sama gue. Apa lagi kalau bukan lo godain gue?!”“Tapi saya gak pernah ngajak Bapak tidur.”Jake yang di belakang Agaf hanya bisa tertawa sembari mengacak rambutnya acak. Sementara Agaf, matanya semakin melebar dan sekarang ia malah tampak gagap.“Gue bisa gila kalau punya asisten kayak lo. Jake, apa gak ada orang lain? Kenapa harus cewek ini?!”“Karna cuma dia yang gue tau punya karakter kerja keras kayak gue.”“Tadinya, gue hampir toleransi karna dia cewek. Tapi, kalau ceweknya kayak dia—”Agaf menjambak rambutnya frustasi. Sialan. Sebanyak manusia yang berada di Jakarta, kenapa harus wanita i
Baca selengkapnya
Part 5
Starla tau jika Agaf adalah salah satu lelaki yang bersifat dingin. Namun, Starla juga tidak menyangka bahwa suasana makan Agaf benar-benar hening kalau saja tidak ada suara sendok yang berdenting.“Gaf, gue bakalan pulang malam ini. Starla juga udah mulai tidur di sini. Jadi, lo bisa manggil dia kapan aja,” kata Jake sembari memandang Starla yang berdiri lurus depan Agaf di kursi seberang.Starla pun mengangguk yakin. Ia juga memberi senyum kepada Jake.“Hm.”Dan, gumaman itu membuat Starla menatap Agaf ngeri, lelaki itu… ah, memang sama sekali tidak bisa berbicara sedikit pun.“Ingat ya, Gaf. Jangan diem-diem aja. Terkadang, gue juga takut sama lo yang terus-terusan diem. Udah kek hantu aja,” celetuk Jake.Agaf akhirnya berdecak. “Bawel, Jake. Gue mau makan,” gerutu lelaki itu tanpa mengubah sedikitpun gerakan makanannya.Dalam mata Starla, gerakan makan Agaf sangat teratur dan nyaris Starla tidak percaya bahwa Agaf adalah sosok lelaki tampan namun buta. Dengan tangan yang bergerak
Baca selengkapnya
Part 6
Dengan malas, Agaf sudah kembali berkata, “Basi. Nyatanya, kebanyakan orang mengulangi hal yang sama setelah ngomong itu.”“Itu ‘kan orang lain, Pak. Bukan saya,” bela Starla.“Oh ya?”Starla menaikkan bibirnya sedikit. “Iya. Kalau Bapak gak percaya. Kita liat aja besok,” tantang wanita itu.Agaf mendengkus. Lelaki itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Kamu siapa seenaknya menyuruh saya?”“Yang jelas saya asisten Bapak.”“Bukan berarti kamu berhak menyuruh saya.” Nada suara Agaf semakin datar saja.“’Kan saya gak ada menyuruh Bapak,” papar Starla dengan cara bicaranya yang membela diri sendiri.“Kamu masih mau berdebat?” Agaf kesal.“Bapak yang ngajak saya ngomong.”Agaf membuang nafas panjang. Teman baik Jake yang satu ini berhasil membuatnya sakit kepala dari awal pertemuan. Yang herannya, mengapa Jake masih mempertahankan teman yang seperti ini. Apa lelaki itu tidak memiliki wanita lain untuk diajak berteman?“Ck! Udah. Saya butuh pakaian saya sekarang.”“Bapak udah mand
Baca selengkapnya
Part 7
Usai tiba di tempat Aldo, Starla keluar untuk mencari angin di taman rumah sakit. Wanita itu duduk di kursi panjang, di bawah pohonan rindang, dan sedikit memandang orang-orang yang berada di taman tersebut.Starla membuang nafas lelah. Sebenarnya, tadi Starla ingin menemani Agaf di dalam ruangan Aldo. Dan sayangnya, lelaki dingin itu tidak memperbolehkannya.Starla pun tidak ingin memaksakan diri. Ia membiarkan dua lelaki itu di dalam ruangan yang sama. Mungkin, ada pembahasan lain yang tidak boleh Starla dengar. Maka dari itulah, Agaf menyuruh Starla keluar.“Duh! Bolanya kena kaki Kakak!” Lamunan Starla langsung buyar ketika ada bola yang mengenai kakinya. Wanita itu menoleh ke anak yang mendekatinya sembari memasang raut yang sedih.“Rina minta maaf ya, Kak. Rina beneran gak sengaja,” ucap anak itu merasa sangat bersalah.Starla yang malah merasa baik-baik saja, menarik kedua sudut bibirnya sampai tersenyum manis. Kalau dari pandangannya, anak tersebut berumur 7 tahun. Agak cadel
Baca selengkapnya
Part 8
“Makasih ya, Dok. Kalau begitu, kami pamit dulu.”Starla memberikan senyuman yang manis kepada Dokter Aldo setelah konsultasi selesai. Aldo yang memang memiliki sifat ramah tinggi, membalas senyuman wanita itu dan mengangguk sekilas.“Sama-sama. Hati-hati di jalan, La.”“Bahkan lo tau nama dia?” ucap Agaf tiba-tiba.Dokter Aldo terkekeh pelan. “Jake udah ngasih tau gue. Lagian, lo juga gak kenalin dia sama gue. Ya udah, sih. Informasi dari Jake berguna juga buat gue.”Agaf hanya memberikan respon cueknya. Sementara itu, Starla yang menjadi bahan pembicaraan saat ini, melihat Dokter Aldo dan Agaf secara bergantian.“Loh. Kalian temen deket?” tanya Starla dengan wajah penasaran.“Hahaha! Memangnya ada temen yang gak pake gue-lo saat ketemuan?” Dokter Aldo memperlihatkan sederet gigi putihnya. Untuk sesaat Starla terkesima. Mengapa begitu banyak lelaki tampan yang berada di sekitarnya. Namun! Setampan apapun lelaki itu, tetap Pak Agaf yang paling tampan menurutnya. Dasar Starla bucin.“O
Baca selengkapnya
Part 9
“Hm. Setelah kecelakaan, ceweknya pergi. Di satu sisi, gue pikir Agaf bener-bener ngelupain dan benci banget sama dia karna sewaktu tau ceweknya kayak gitu, Agaf tu bener-bener marah.” “Tapi?” tanya Starla penasaran. “Tapi, di satu sisi juga, gue bingung. Kenapa kenangan sama cewek itu masih Agaf simpan sampai sekarang.” *** Starla kembali ke kamar Agaf dan menatap lelaki itu yang sedang duduk di sofa sembari mendengarkan berita dari radionya. Walau masih terbayang percakapannya dengan Jake, Starla berusaha tersenyum tipis--meski tak mungkin dilihat pria itu. Starla kemudian mendekati Agaf beberapa langkah. “Pak Agaf!” Agaf yang tadinya fokus, langsung menekan salah satu tombol remot pada tangannya hingga suara radio tidak terdengar lagi di penjuru kamar. Pandangan Agaf naik, tepat saat itu Starla sudah sejurus berhadapan dengannya. “Apa lagi?” Jika seperti ini, pasti tidak akan ada yang menyangka bahwa pria ini tidak bisa melihat. “Apa lagi?” beo Starla. “Padahal, setelah
Baca selengkapnya
Part 10
Tubuh Starla mendadak lemas ketika sudah sampai di dapur. Tadinya, dia sangat berlagak mengatur lelaki itu dengan semena-mena. Namun, begitu keluar dari kamar Agaf, dirinya tidak sanggup lagi untuk menahan betapa lemas kondisinya sekarang. Lebih tepatnya, ia lemas sekaligus lega karena Agaf tidak lagi mengucapkan hal-hal aneh kepada dirinya.“Hhhh! Asli, lama-lama gue bisa drop kalau ngadepin Pak Agaf yang kayak gitu. Kalau gue dipecat, dari mana lagi gue dapat 20 juta dalam sebulan? Terlebih, gue gak bisa lagi dong ngeliat dia,” ujar Starla. Wanita itu juga tersenyum masam. “Bego lo, La. Masih aja kepikiran si Pak Agaf. Udah deh, gue harus siapin makanan dia.”Starla menguatkan dirinya sendiri.Setelah memaksakan bibirnya untuk tersenyum, wanita itu mulai menempatkan beberapa makanan di dalam nampan yang disertai air minum. Di saat ia ingin mengangkat nampan, justru ia dikejutkan oleh suara seseorang.“Hayoo, lemes ya, lo? Hahaha!”Starla langsung memutar tubuhnya ke arah sumber suar
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status