Share

Part 3

Author: rainydaily
last update Last Updated: 2022-06-30 10:18:47

Agaf diam. Perihal asisten baru, apakah ia benar-benar membutuhkan itu?

“Lo bisa atur itu semua sendiri, Jake?”

“Tenang. Gue udah mikir ini, kok. Dan gue bakal nyari yang terbaik buat lo.”

“Ya udah kalau gitu,” jawab Agaf.

Deal?”

“Hm. Gue mau mandi sekarang, terus kita lanjut kerja.”

Jake menaikkan sudut bibirnya. Lalu, membantu Agaf untuk mandi dan dilanjutkan dengan bekerja.

For your information, selama dua tahun sejak Agaf kecelakaan, Jake selalu menjadi tangan kanan Agaf dalam hal pekerjaan.

Segala hal yang berkaitan dengan kantor, Jake yang sering pergi ke sana. Dan Agaf selalu memantau dari rumah.

Agaf jarang sekali keluar dari rumah kalau tidak untuk hal-hal yang penting yang mengharuskannya untuk hadir.

***

ADTA Group, Jakarta.

Tampak Jake sedang menelepon seseorang dan menghadap menatap kota Jakarta Pusat dari lantai 25. Lebih tepatnya, ruang kerja milik Agaf.

“Besok gimana? Berapa menit dari tempat lo ke rumah Agaf?” kata Agaf ke seseorang yang diteleponnya.”

Sekitar 30 menitan. Tergantung macet juga, besok Hari Selasa.”

“Gimana kalau lo ke kantor Agaf dulu? Baru kita sama-sama pergi ke rumah Agaf.”

“Pak Agaf udah tau ini?”

“Gue udah minta persetujuan dia. Dan dia bilang terserah gue mau milih asisten dalam bentuk apa. Asalkan cocok sama gue, Agaf bakalan milih itu juga.”

“Oke. Gue bakal ke sana, besok. Lo di sana dari pagi atau gimana?”

“Iya. Gue dari pagi.”

“Hm. Kalau gitu sampai ketemu besok. Gue tutup dulu.”

Jake pun bergumam. Setelah ikut mematikan layar ponselnya, ia menatapnya sebentar. Ia juga berpikir, apakah ini terlalu cepat untuk menempatkan asisten baru untuk Agaf?

“Gue bakal nikah sebulan lagi. Anggap aja ini waktu yang udah cukup baik supaya Agaf nyaman dengan orang baru.”

***

Kini, hari sudah berganti menjadi besok harinya. Jake mendekati Agaf yang sedang memakan sarapannya.

“Gue pikir lo gak tidur di sini.”

Jake menarik kursi untuk duduk di seberang Agaf dan mengambil roti lalu mengoles selai di atasnya.

“Tadi malam gue pulang telat. Mungkin sekitar jam 1. Dan gue cuma ngeliat lo yang udah tidur nyenyak.”

“Banyak yang lembur?”

“Lumayan, karna ini juga akhir bulan.”

Agaf hanya mengangguk.

“Oh ya. Gue lupa bilang, kalau kemarin yang lo nolak perusahaan Arta, mereka pengen ngadain pertemuan sama lo.”

“Gue gak mau.”

Jake tersenyum tipis. “Udah gue tebak. Lo pasti gak bakalan mau. Tapi, gue juga bakal ngusulin hal yang sama kalau-kalau otak lo lagi kegeser.”

Agaf menipiskan bibirnya. Ketika ia hendak berbicara, dengan cepat Jake menyela. “Satu lagi, asisten yang bakal gantiin gue bakalan datang nanti sama gue. Gue pengen lo berkenalan dulu sama dia.”

“Memangnya kapan lo nikah?”

Mata Jake sedikit melebar. “Gue belum ada ngasih tau lo? Gue bakalan nikah bulan depan.”

Agaf sedikit terkejut. “B-bulan depan?”

Apa setiap perjodohan emang cepat seperti ini? Secepat itu juga Agaf membatin.

“Terus, pasti lo sekarang lagi sibuk-sibuknya ngurusin pernikahan lo?”

“Hm, boleh dibilang gitu. Makanya, gue juga mikir gak ada salahnya bawa asisten baru lo mulai dari sekarang.”

Bibir Agaf menganga setengah. “Wah, ini bakal jadi berita besar karna seorang Jake menikah.”

“Lo pikir gue selebritas?” decak Jake.

“Track record sialan lo yang bikin tenar.”

“Sialan,” umpat Jake. Agaf menarik kedua sudut bibirnya lantaran pasti sangat lucu bila melihat ekspresi Jake yang tertekan.

“Jadi, dia ke sini? Asisten baru yang lo sebut?”

“Gue mau ke kantor bentar. Nanti, gue sama asisten baru lo bakalan ke sini sama-sama.”

Agaf kembali mengangguk. “Terserah.”

***

“Lo gak pernah bilang kalau dia cewek?”

Si wanita yang berada di sebelah Jake langsung tersenyum tipis, sedangkan Jake mendekati Agaf dan duduk di sebelah lelaki itu yang berada di sofa.

“Lo juga gak pernah minta kalau dia cowok.”

Agaf berdecak. “Gak ada orang lain? Kenapa harus cewek, Jake?”

“Perasaan gue pekerjaan rumah lebih bagus kalau ditangani sama cewek.”

Agaf mengurut keningnya pelan. Jake benar-benar….menyebalkan.

“Perkenalan.”

Jake tersenyum. “Maksud lo?”

Agaf mengerang. “Minta dia perkenalan diri.”

Jake semakin melebarkan senyumnya hingga menampakkan deretan giginya. Kemudian, menatap si wanita yang masih berdiri tegak di hadapan mereka.

“La, lo bisa perkenalkan diri sekarang.”

Wanita itu kembali tersenyum. Berdeham pelan, kemudian berkata, “perkenalkan, nama saya Starla Rasitya. Umur saya 26 tahun. Memiliki pengalaman kerja yang baik. Dan semoga saja Bapak menerima saya dengan senang hati.”

Agaf langsung mengangguk sebelum akhirnya ia menyadari sesuatu. Untuk beberapa saat, ada beberapa hal yang hadir di kepala Agaf dan Agaf merasa aneh. Sebentar, rasanya Agaf seperti mengenali suara wanita ini.

“Alih-alih bilang gak penting. Kenapa kamu gak nanya siapa aku?” Potongan perkataan itu…

Dia….

“Kamu terlalu terus terang. Langsung aja, cowok kayak kamu tuh tipe idealku.”

Agaf mengenal suara ini!

“Lo…,” Agaf yang tadi wajahnya menghadap ke lantai, kini menjadi mendongak menghadap Starla. “Cewek yang di bar?”

Seketika Starla kembali tersenyum. Jika Agaf mengetahuinya, ia pun begitu. Siapa sangka perkataannya kemarin bisa membawa dirinya kembali kepada Agaf?

Apa ini definisi dari dipertemukan karena takdir?

Ah… Starla suka definisi seperti itu.

“Senang bisa bertemu Bapak kembali,” kata Starla yang sukses membulatkan mata Agaf.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 18

    “Starla,” panggil Agaf dan berhasil menghentikan Starla yang mengoceh panjang lebar sedari tadi. “Iya?” “Kamu suka, ya, sama saya?” Starla terdiam untuk beberapa saat. Hingga akhirnya, ia menjawab, “iya, Pak. Saya suka sama Bapak.” Dan beberapa detik kemudian. What?! *** Starla membuka matanya lebar sembari mendudukkan dirinya di sofa. Wanita itu terkejut. Ia juga baru menyadari bahwa kejadian sebelumnya berada di alam mimpi. “Sumpah, lo, La? Ternyata lo mimpi,” ringis Starla. Ia mengacak rambutnya yang kemudian dijambak dan berteriak pelan. “Tapi, gak gitu juga anjir mimpinya. Masa iya lo confess begituan sama Pak Agaf?” Beberapa saat Starla diam. Ia baru menyadari perkataannya. “Wait. Confess?! Enggak! Gue gak suka sama Pak Agaf! Itu namanya ngelantur, Begoooo.” Rasanya, Starla ingin menghilang saja dari bumi. Starla menyingkap selimut yang masih melekat di tubuhnya. Ia juga baru menyadari bahwa ia tertidur di sofa akibat belum selesai mengerjakan pekerjaannya tadi malam. “T

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 17

    Starla hampir berteriak melihat dokumen-dokumen pekerjaan milik Agaf yang berserakan di meja kerja miliknya. Setelah Jake memberikan pekerjaan tambahan yang tentu saja menyebalkan, Jake meminta Agaf untuk menyediakan ruangan kerja Starla dan lelaki itu menyetujuinya. Jake tidak menyarankan meja kerja Starla berada di kamar tidurnya sendiri karena Jake tahu Starla tidak bisa fokus ketika melihat ranjang alias suka mengantuk.Dan di sinilah Starla berada sekarang. Di rumah Agaf. Di ruang kerja baru miliknya. Dengan kondisi wajah yang berantakan. “Oh my God! La! Udah jam 1 malam. Eh, dini hari, deng. Masa iya lo belum tidur sama sekali.” Starla merengek melihat keadaannya sendiri.Dia menjatuhkan pulpen di atas kertas dokumen dan menegak segelas air putih. Baru dua hari bekerja saja dirinya sudah selelah ini, apalagi dua bulan mengerjakan hal yang sama. Starla selalu berharap bahwa tubuhnya baik-baik saja untuk ke depannya.Tok tok tok.Suara ketukan pintu terdengar dan mengalihkan atens

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 16

    “Starla. Kita ada di mana sekarang?”Pertanyaan itu memecah keheningan yang terjadi antara Starla dan Agaf. Starla tersenyum tipis, ia sedikit mendekatkan wajahnya ke Agaf yang terlihat bingung.“Apa yang Pak Agaf dengar sekarang?”“Motor. Suaranya besar. Dan….saya ngerasa ini sedikit panas. Saya tau ini lagi di tepi jalan. Tapi, kamu mau apain saya? Ngejual saya?”Starla hampir tertawa.“Saya langsung kaya kalau misalnya ngejual Pak Agaf sekarang juga. Tapi, bukan itu kok maksud dan tujuan saya.”“Terus, apa?”“Bentar. Bapak jangan bergerak. Saya gak akan lama.”Belum sempat mencegah Starla. Starla sudah lebih dulu menjauhi Agaf. Agaf hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Dan beberapa menit kemudian, Agaf bisa merasakan bahwa seseorang mendekatinya. Sudah pasti bahwa itu Starla.“Nih! Coba Pak Agaf rasain!” kata Starla seraya menyodorkan sebuah es krim berbentuk kerucut kepada Agaf.Tentu kening Agaf langsung berkerut. “Maksud kamu apa?”Starla meraih tangan kanan Agaf dan mengambi

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 15

    Berulang kali, Starla melirik Agaf dari kaca kecil mobil yang berada di atas kepalanya. Meskipun perjalanan mereka diterpa oleh kemacetan Kota Jakarta, bagi Starla, hal ini tentu tidak mengapa. Ia jadi bisa melihat Agaf sepuas mungkin sekarang.“Pak Agaf.”“Hm,” jawab Agaf, seperti biasa.“Mau tau satu hal?”“Apa?”“Pak Agaf ganteng banget hari ini.”Uhukkk!Agaf langsung tersedak saat itu juga. Kepalanya yang tadinya menoleh ke arah jendela, kini tertuju ke depannya—lebih tepatnya ke Starla. Ekspresi lelaki itu kesal bukan main.“A-apa kamu gak bisa fokus aja nyetirnya?”“Lagi macet, Pak. Apa Bapak gak ngerasa kita belum bergerak selama 5 menit?”“Kalau gitu, cari cara lain!”Bibir Starla mengerucut. “Kok Bapak tiba-tiba marah? Apa Bapak marah dibilang ganteng?”“Kamu bisa diam? Saya pusing banget dengerin kamu bicara yang gak penting dari tadi pagi!”Menghela nafas, Starla akhirnya menoleh ke belakang dan memosisikan wajahnya selurus dengan Agaf. Untuk sesaat, justru dialah yang mer

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 14

    [ Flashback ]Starla menepikan mobil di tepian jalan dengan posisi yang benar saat sudah tiba di tempat martabak tujuannya. Tempat itu berada di seberang jalan dan membuatnya harus berpikir bagaimana cara menyeberangi jalan yang seramai ini.‘Sialan. Kok bisa pada rame banget, sih, malam ini?”Starla merasa kesal sendiri. Untung saja, tempat martabak itu tidak memiliki antrian yang panjang. Dan kalau saja itu terjadi saat ia tiba tadi, ia yakin emosinya kembali naik seperti sebelumnya.Tanpa berlama lagi, Starla menarik napas dan membuang perlahan untuk bersiap tempur bersama kendaraan yang berlalu lalang.Dirinya merentangkan tangan kanannya sebesar 45 derajat ke bawah sebagai tanda bahwa ia ingin menyebrangi jalan dan meminta para pengendara untuk memberinya ruang jalan.Nasib baik Starla, orang-orang tersebut memahaminya. Tidak semua pengendara melajukan kendaraannya dan di situ Starla mulai berjalan cepat untuk

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 13

    “Gaf, kamu baik-baik aja? Aku…Serena.”Kata-kata itu kembali mengingatkan Agaf ke satu jam yang lalu karena kedatangan Serena secara tiba-tiba.Marah? Tentu saja amarah Agaf naik. Lelaki itu tanpa berpikir panjang langsung memutar tubuhnya untuk menghadap Serena. Meskipun ia tidak bisa memastikan posisi Serena berada lurus di depannya atau dimanapun, tapi lelaki itu sangat yakin posisi Serena tidak jauh dari dirinya.“Aku lupa untuk mengingatkan ke siapapun supaya melarang kamu untuk gak menginjak rumahku lagi,” cecar Agaf dengan amat sangat datar.Serena tersenyum manis.“Kenapa, Gaf? Kamu paling seneng kalau aku udah datang ke rumah kamu.”“Kamu yakin itu aku yang sekarang?” balas Agaf.Perlahan, senyum Serena meluntur. Namun, sebisa mungkin tetap menarik kedua sudut bibirnya meski Agaf tidak bisa melihat hal itu.“Aku sedang berusaha untuk melakukannya.”

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 12

    Setelah bertempur selama 2 jam di jalanan, akhirnya Starla tiba di rumah Agaf dalam keadaan nafas yang tidak beraturan. Wanita itu juga langsung melihat arloji abunya di tangan kiri.“Udah jam 10 lewat. Kayaknya Pak Agaf udah tidur, deh. Ck! Gara-gara gue, nih, yang kelamaan,” sesal Starla. Wajahnya berubah lesu. Ia yang tadinya ingin menapaki anak tangga, langsung mengurungkan niatnya itu.“Eh, Mbak Starla?” tegur salah satu pelayan di sana.Starla menoleh.“Hm, Bibi? Bibi masih belum pulang?” tanya Starla.Sang Bibi tersenyum tipis. “Bibi baru aja selesai beresin tempat minum Bapak. Ini udah selesai. Bibi juga mau pulang. Mbak lagi ngapain di sini?”Starla menatap Bibi bingung. “B-baru selesai? Artinya, Pak Agaf masih bangun?”Bibi mengangguk cepat. “Bapak masih di ruangan kerja, kok. Memangnya kenapa, Mbak?”Mendapati hal itu, wajah Starla langsung sumri

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 11

    Dalam beberapa hari ini, sikap Agaf begitu tak biasa terhadap Starla. Selain kejam dan tidak berperasaan, sudah Starla ingatkan bahwa Agaf juga merupakan lelaki yang dingin. Namun, Starla tidak pernah terpikir sikap Agaf akan sangat menguras emosi dan tenaganya. “Kenapa Bapak manggil saya?” kata Starla setelah berada di dalam ruangan Agaf, ia berada di depan Agaf yang sedang meraba huruf brailenya di kursi kerja. Ya, lelaki itu sedang membaca. Agaf pun yang tadinya fokus, langsung menggerakkan kepalanya sedikit dan menutup buku. “Kamu sibuk?” Mata Starla sedikit menyipit. “Tumben Pak Agaf nanya? Padahal Pak Agaf selalu nyuruh saya tanpa nanya kondisi saya gimana.” Agaf sedikit termangu. “Nyuruh saya nyapu halaman yang segeda gaban. Nyuruh saya berkebun, nyuruh saya manen cabe. Nyuruh saya pergi beli pupuk—apa Pak Agaf gak nyadar kalau Pak Agaf udah ngasih perintah yang aneh-aneh dalam beberapa hari ini?” ungkap Starla dengan nada kesalnya. “Pa

  • Asisten Sang CEO Buta   Part 10

    Tubuh Starla mendadak lemas ketika sudah sampai di dapur. Tadinya, dia sangat berlagak mengatur lelaki itu dengan semena-mena. Namun, begitu keluar dari kamar Agaf, dirinya tidak sanggup lagi untuk menahan betapa lemas kondisinya sekarang. Lebih tepatnya, ia lemas sekaligus lega karena Agaf tidak lagi mengucapkan hal-hal aneh kepada dirinya.“Hhhh! Asli, lama-lama gue bisa drop kalau ngadepin Pak Agaf yang kayak gitu. Kalau gue dipecat, dari mana lagi gue dapat 20 juta dalam sebulan? Terlebih, gue gak bisa lagi dong ngeliat dia,” ujar Starla. Wanita itu juga tersenyum masam. “Bego lo, La. Masih aja kepikiran si Pak Agaf. Udah deh, gue harus siapin makanan dia.”Starla menguatkan dirinya sendiri.Setelah memaksakan bibirnya untuk tersenyum, wanita itu mulai menempatkan beberapa makanan di dalam nampan yang disertai air minum. Di saat ia ingin mengangkat nampan, justru ia dikejutkan oleh suara seseorang.“Hayoo, lemes ya, lo? Hahaha!”Starla langsung memutar tubuhnya ke arah sumber suar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status