Share

04. Teman Playboy

Author: Diosa
last update Last Updated: 2023-10-17 11:22:32

Leina sebenarnya tidak suka berada di rumah Liam. Bagaimana pun, ini adalah rumah dari adiknya Serena, saingannya dalam hal cinta. Tetapi, dia sengaja datang ke sini juga demi mencari informasi.

Liam adalah seorang pemuda dua puluh tahunan yang memiliki paras tampan. Saat ini, statusnya adalah dokter magang di salah satu rumah sakit ternama.

Dia sudah mengenal Leina sejak lama juga. Dahulu, Dokter Gio, ayah dari Leina adalah dosen yang pernah mengajarnya dulu.

Pria itu membukakan pintu kamar tamu, lalu berkata, "ini kamarnya. Bilang saja kalau butuh sesuatu."

"Aku tidak berencana menginap. Aku ke sini cuma ingin tahu tentang kakakmu," kata Leina yang enggan masuk.

"Sekarang sudah malam. Kamu mau ke mana memangnya? Kata kakakku, kamu sedang marahan dengan Arsen, jadi tidak mau pulang. Jadi, lebih baik istirahat saja di sini."

"Jangan terus mengubah topik obrolan ya—"

"Apa, sih?"

"Jelaskan padaku dahulu tentang bahaya apa yang menimpa kakakmu? Itu cuma bohongan 'kan? Dia ngarang cerita kalau diincar pembunuh bayaran hanya untuk dekat dengan Arsen!"

"Itu serius. Dia saksi kasus suap yang melibatkan pejabat kota. Dia tidak bisa meminta bantuan polisi karena tahu sendiri kalau politik ikut campur— pasti susah. Karena itulah, dia minta Arsen jadi bodyguard."

"Tidak mungkin.”

"Jangan terlalu cemburu begitu, sabar— cuma beberapa hari."

"Aku tidak cemburu, aku ini asisten Arsen, aku tidak mau dia mengambil pekerjaan berbahaya tapi tidak sebanding dengan pembayarannya!“

Liam tersenyum. Dia bisa melihat jelas kalau memang Leina sangat cemburu. "Kakakku benar, asisten Arsen makin lama makin posesif."

"Sudah kubilang, aku tidak cemburu apalagi posesif! Aku cemas dengan Arsen— dia selalu dbodohi oleh kakakmu itu!"

"Semakin kamu marah, semakin kelihatan kalau cemburu. Aku jadi ikut cemburu."

"Apa maksudmu?”

"Bukan apa-apa.“

"Lebih baik aku pergi saja. Sampai kakakmu pergi dari rumah Arsen, aku tidak sudi kembali pulang ke sana." Leina melewati Liam dengan langkah cepat. Mimik wajahnya masih dipenuhi perasaan marah dan cemburu.

"Sebentar.” Liam menyambar lengan Leina. Dia tarik sehingga wanita itu jatuh ke dadanya. "Aku serius, Leina, sekarang sudah malam— kamu tidak takut di luaran sana?"

"Aku akan menginap di hotel saja."

"Di rumahku ini saja. Gratis. Di sini lebih aman, aku bisa menjagamu juga.”

"Tidak."

"Kenapa?“ Suara Liam menjadi lirih. Dia mencubit dagu Leina, mendekatkan wajah mereka— sangat jelas ingin merayu. "Di luar sana bahaya, mending sama aku saja."

"Justru kalau sama kamu, aku tidak merasa aman."

"Ayolah, aku ini sangat kuat, loh. Aku bisa jaga kamu. Coba sesekali lihat pria lain, kamu terlalu dibutakan oleh cintamu pada pria itu— dia tidak peduli padamu, tapi aku peduli."

Leina mendadak mual mendengar perkataan manis itu. Dia tahu kalau Liam playboy, tapi tak mengira dia akan dirayu begini.

"Kenapa kamu diam saja?" Liam semakin mendekatkan wajah mereka. Dia mengeluarkan seluruh pesona yang dia miliki untuk merebt hati Leina. "Coba pikir, kalau kamu di sini sama aku, kamu bisa aman— daripada di hotel 'kan?"

Dengan cepat, Leina mengeluarkan pisau lipat dari saku roknya— lalu menodong perut pria itu.

Dia memperingatkan, "aku ini asisten Arsen, aku terbiasa menghadapi bahaya, terutama pria mesum."

Liam merasakan ujung pisaunya makin menekan perutnya. Dia langsung menjauh sambil tertawa. "Maaf, maaf, aku cuma bercanda. Kamu kaku sekali. Aku 'kan ingin mencairkan suasana biar kamu tidak mengomel melulu."

"Jangan samakan aku dengan wanita-wanita yang biasa kamu goda. Aku muak kalau mendengarmu merayuku."

"Jahatnya kamu."

"Aku ini benci playboy."

"Masa? Bukannya Arsen juga playboy— tapi kenapa kok kamu suka setengah mati?"

"Arsen bukan playboy."

"Tapi dia selalu dengan kakakku 'kan? Seperti sekarang, kamu sampai minggat karena cemburu ini."

"Kalian memang sama saja.”

"Kalian?“

”Kamu dan kakakmu! Kalian sama-sama penggoda. Arsen mungkin terkena rayuan kakakmu, tapi aku tidak akan terkena rayuanmu!“

"Kamu ini makin galak saja. Jangan marah, dong ... aku cuma bercanda. Kita 'kan teman, iya 'kan? Lagipula, mendiang ayah kamu itu mantan dosenku dulu, aku menghormatinya, aku tidak mungkin aneh-aneh padamu.”

"Aku pergi.“

”Kalau kamu tinggal di sini malam ini, aku akan memberikanmu album foto lawas kakakku bersama Arsen dan Hans. Kamu pasti penasaran dengan hubungan mereka ..."

"Foto?“

"Iya, mereka bertiga sudah bersama bertahun-tahun. Kamu bisa tahu kebersamaan mereka lewat foto itu.”

Leina enggan menginap di rumah ini. Namun, tawaran barusan susah untuk dilewatkan.

Selama ini, Arsen tidak mau menceritakan tentang masa lalunya. Tidak ada foto juga di rumah seolah-olah pria itu tidak pernah ada.

Liam tersenyum kecil. Rencananya berhasil. Setidaknya malam ini, dia bisa bersama Leina dalam satu rumah. Banyak hal mesum yang memenuhi pikirannya.

Dia memang playboy. Wanita cantik manapun ingin dia tiduri. Selama ini, dia juga mendambakan Leina.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   99. Ulang Tahun [TAMAT]

    Leina menuruti permintaan Arsen untuk menginap di rumah Dokter Tony. Dialah yang menyiapkan makan malam untuk mereka semua.Dokter Tony sampai takjub dengan makanan yang ada di meja. Dia melihat Arsen dan Leina yang sudah duduk di kursi masing-masing."Rasanya seperti punya putra dan menantu yang baik," katanya sesekali tersenyum pada Arsen.Arsen fokus makan saja, tak mau menanggapi ucapan bermakna ganda dari pria itu. Iya, dia tahu kalau kemungkinan Dokter Tony sudah menduga niatnya mengajak Leina bermalam di situ."Ngomong-ngomong Leina, kamu harusnya tidak perlu memasak sebanyak ini, kamu pasti lelah—“ kata Dokter Tony.Leina tersenyum. "Tidak masalah, Dok. Aku suka masak, kok ... Lagian ..." Ucapannya terhenti, mana mungkin dia mengatakan kalau dia memang masak banyak untuk memperingati ulang tahunnya besok. "Tidak apa, pokoknya aku senang masak banyak.”Tidak ada yang bicara setelah itu. Baik Arsen maupun Leina sama-sama diam. Iya, apalagi Arsen yang sedikit gugup. Bagaimana tid

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   98. Ingatan Arsen

    Leina mengunjungi Arsen di tempat Dokter beberapa hari sekali. Itupun dia hanya datang untuk mengantarkan sesuatu, entah itu masakannya atau barang-barang yang mungkin bisa membuat Arsen ingat. Dia jarang berinteraksi dengan Arsen sendiri.Arsen merasa jaraknya menjadi lebih jauh dari Leina. Akan tetapi, itu malah membuatnya merasa kalau wanita itu memang dekat dengannya. Dia ingin mengobrol dengannya.Hari ini, Leina datang hanya untuk mengantarkan saus daging buatannya karena Arsen menyukainya. Setelah itu, dia berpamitan pulang.Akan tetapi, saat berjalan menuju gerbang keluar dari rumah tersebut, dia langsung dihadang oleh Arsen. Leina kaget, kenapa pria itu ada di luar rumah?"Pulang lebih cepat tanpa menemuiku dulu?" tanya Arsen dengan suara datar. Dia sepertinya kecewa karena Leina seolah menjaga jarak.Leina menoleh ke arah rumah, lalu kembali menatap Arsen. Dia bertanya, "kenapa kamu malah di sini? Kamu 'kan lagi pengobatan? Cepat masuk— lagian kalau ada kenal sama kamu giman

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   97. Cincin?

    Hans membuka mata.Untuk sesaat, dia masih memproses apa yang terjadi. Dia melihat langit-langit. Kemudian, dia melihat dirinya sendiri yang terbaring di atas ranjang— di dalam kamar yang tidak asing.Pandangannya mengarah ke luar jendela yang tengah terbuka. Udara pagi terasa sejuk dan menenangkan.Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka, dan seseorang masuk. Dia adalah Ritta— yang langsung kaget melihat pria itu sudah bangun."Hans!“ panggilnya cepat. Dia buru-buru mendekati ranjang. ”Kamu sudah siuman?“Hans bangun dari ranjang. Tubuhnya masih sakit semua, tapi setidaknya sudah baik-baik saja. Dia menatap Ritta, lalu tersenyum. Dia tidak terlalu ingat apa yang terjadi sebelum dia tak sadarkan diri, tapi setidaknya dia berhasil membuat Ritta aman dan Tino ditangkap."Syukurlah kamu baik-baik saja,” katanya.Ritta ingin menangis melihat pria itu. Kedua matanya berair, benar-benar lega. Dia duduk di tepian ranjang, lalu tanpa mengatakan apapun, dia memeluk pria itu dengan seerat mu

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   96. Bersama Leina

    Arsen hanya diam saat disuguhi oleh pasta saus daging buatan Leina. Dia masih melihat makanan di atas meja makan depannya itu. Pandangannya menjadi lebih tenang.Entah kenapa— rasanya seperti nostalgia, dan dia sadar akan hal tersebut.Aroma saus yang ada di atas pasta itu menggugah selera, tapi juga membuat sekilas ingatan muncul di kepala. Walaupun, tetap saja— dia masih belum ingat apapun.Dia menatap Leina yang duduk di kursi yang berseberangan meja dengannya. Wanita itu duduk manis sambil memandangi dia. Senyum hangat tampak menghiasi bibirinya.Aneh.Kenapa wanita itu tidak takut? Kenapa masih bisa tersenyum padanya? Kenapa tidak menunjukkan niat membunuh?Padahal tadi dia sudah berbuat kasar, melukainya, membuatnya hampir mati tercekik. Tetapi, senyum hangat tanlepas dari bibirnya.Aneh.Leina heran karena dipandangi terus. Dia bertanya dengan ragu, "ada apa? Kamu ... Kamu tidak suka?“Nasibnya bergantung dari suasana hati Arsen sekarang. Kalau pria itu tidak suka, maka dia sun

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   95. Sebuah Tes

    Ciuman yang diberikan oleh Leina sangat mengejutkan diri Arsen. Dia tidak mampu bertindak apapun, tidak sanggup melakukan apapun, tidak menolak juga. Bibir wanita itu terasa lembut dan mampu menghangatkan bibirnya yang dingin.Selama beberapa detik, dia hanya terdiam dengan napas yang tertahan. Arsen benar-benar diluluhkan oleh ciuman itu. Untuk sekejap, dia seperti lupa siapa dirinya dan untuk apa di sini. Yang dia pikirkan hanyalah— kenapa rasa ciuman ini begitu hangat?Leina ...Nama itu terlintas di pikiran Arsen. Dia masih betah dengan merasakan ciuman Leina. Dia seperti tertawan oleh bibir wanita itu, seakan tidak sanggup untuk berhenti. Bahkan, dia bak rela kehabisan napas jika itu bisa terus berciuman seperti ini.Segala pemikiran buruknya menjadi sirna untuk sesaat. Hatinya menjadi damai. Dia merasa hidup. Perasaan hangat yang belum pernah dirasakan—Atau ... dia lupakan?Tetapi, dia kemudian tersadar, lalu menjauh dari Leina sehingga ciuman mereka terlepas. Dia menarik napas

  • Asisten Tersayang Detektif Tampan   94. Aku Leina ...

    Para anak buah Tino membawa pergi Ritta pergi keluar rumah. Ini memaksa Hans untuk berlari mengejarnya. Dia khawatir juga pada Leina, tapi situasinya sangat sulit.Leina sendiri masih berada dalam cengkraman sang kekasih. Dia makin sedih— tidak pernah membayangkan kalau Arsen akan kehilangan ingatannya tentang mereka semua.Butir demi butir air mata mengalir keluar dari kedua matanya. Hanya kesedihan yang menerpanya sekarang."Arsen ... tolong sadarlah!“ pintanya.Dia sama sekali tidak peduli dengan cekikan Arsen yang makin erat. Napasnya sudah sangat terbatas. Ini membuat dada sesak dan pandangan mulai kabur karena pasokan oksigen ke otak menipis.Arsen masih memandangi wajah Leina, berusaha mengingat wanita itu, tapi masih ada kabut hitam yang menyelimutinya. "Aku tidak kenal siapa kamu, tapi kamu memang sepertinya—"Ucapannya terhenti kala merasakan sakit kepala lagi. Entah mengapa, tatapan Leina yang dibanjiri air mata membuatnya tidak nyaman.Ada apa ini?Dia merasa dadanya ikuta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status