Share

04. Teman Playboy

Leina sebenarnya tidak suka berada di rumah Liam. Bagaimana pun, ini adalah rumah dari adiknya Serena, saingannya dalam hal cinta. Tetapi, dia sengaja datang ke sini juga demi mencari informasi.

Liam adalah seorang pemuda dua puluh tahunan yang memiliki paras tampan. Saat ini, statusnya adalah dokter magang di salah satu rumah sakit ternama.

Dia sudah mengenal Leina sejak lama juga. Dahulu, Dokter Gio, ayah dari Leina adalah dosen yang pernah mengajarnya dulu.

Pria itu membukakan pintu kamar tamu, lalu berkata, "ini kamarnya. Bilang saja kalau butuh sesuatu."

"Aku tidak berencana menginap. Aku ke sini cuma ingin tahu tentang kakakmu," kata Leina yang enggan masuk.

"Sekarang sudah malam. Kamu mau ke mana memangnya? Kata kakakku, kamu sedang marahan dengan Arsen, jadi tidak mau pulang. Jadi, lebih baik istirahat saja di sini."

"Jangan terus mengubah topik obrolan ya—"

"Apa, sih?"

"Jelaskan padaku dahulu tentang bahaya apa yang menimpa kakakmu? Itu cuma bohongan 'kan? Dia ngarang cerita kalau diincar pembunuh bayaran hanya untuk dekat dengan Arsen!"

"Itu serius. Dia saksi kasus suap yang melibatkan pejabat kota. Dia tidak bisa meminta bantuan polisi karena tahu sendiri kalau politik ikut campur— pasti susah. Karena itulah, dia minta Arsen jadi bodyguard."

"Tidak mungkin.”

"Jangan terlalu cemburu begitu, sabar— cuma beberapa hari."

"Aku tidak cemburu, aku ini asisten Arsen, aku tidak mau dia mengambil pekerjaan berbahaya tapi tidak sebanding dengan pembayarannya!“

Liam tersenyum. Dia bisa melihat jelas kalau memang Leina sangat cemburu. "Kakakku benar, asisten Arsen makin lama makin posesif."

"Sudah kubilang, aku tidak cemburu apalagi posesif! Aku cemas dengan Arsen— dia selalu dbodohi oleh kakakmu itu!"

"Semakin kamu marah, semakin kelihatan kalau cemburu. Aku jadi ikut cemburu."

"Apa maksudmu?”

"Bukan apa-apa.“

"Lebih baik aku pergi saja. Sampai kakakmu pergi dari rumah Arsen, aku tidak sudi kembali pulang ke sana." Leina melewati Liam dengan langkah cepat. Mimik wajahnya masih dipenuhi perasaan marah dan cemburu.

"Sebentar.” Liam menyambar lengan Leina. Dia tarik sehingga wanita itu jatuh ke dadanya. "Aku serius, Leina, sekarang sudah malam— kamu tidak takut di luaran sana?"

"Aku akan menginap di hotel saja."

"Di rumahku ini saja. Gratis. Di sini lebih aman, aku bisa menjagamu juga.”

"Tidak."

"Kenapa?“ Suara Liam menjadi lirih. Dia mencubit dagu Leina, mendekatkan wajah mereka— sangat jelas ingin merayu. "Di luar sana bahaya, mending sama aku saja."

"Justru kalau sama kamu, aku tidak merasa aman."

"Ayolah, aku ini sangat kuat, loh. Aku bisa jaga kamu. Coba sesekali lihat pria lain, kamu terlalu dibutakan oleh cintamu pada pria itu— dia tidak peduli padamu, tapi aku peduli."

Leina mendadak mual mendengar perkataan manis itu. Dia tahu kalau Liam playboy, tapi tak mengira dia akan dirayu begini.

"Kenapa kamu diam saja?" Liam semakin mendekatkan wajah mereka. Dia mengeluarkan seluruh pesona yang dia miliki untuk merebt hati Leina. "Coba pikir, kalau kamu di sini sama aku, kamu bisa aman— daripada di hotel 'kan?"

Dengan cepat, Leina mengeluarkan pisau lipat dari saku roknya— lalu menodong perut pria itu.

Dia memperingatkan, "aku ini asisten Arsen, aku terbiasa menghadapi bahaya, terutama pria mesum."

Liam merasakan ujung pisaunya makin menekan perutnya. Dia langsung menjauh sambil tertawa. "Maaf, maaf, aku cuma bercanda. Kamu kaku sekali. Aku 'kan ingin mencairkan suasana biar kamu tidak mengomel melulu."

"Jangan samakan aku dengan wanita-wanita yang biasa kamu goda. Aku muak kalau mendengarmu merayuku."

"Jahatnya kamu."

"Aku ini benci playboy."

"Masa? Bukannya Arsen juga playboy— tapi kenapa kok kamu suka setengah mati?"

"Arsen bukan playboy."

"Tapi dia selalu dengan kakakku 'kan? Seperti sekarang, kamu sampai minggat karena cemburu ini."

"Kalian memang sama saja.”

"Kalian?“

”Kamu dan kakakmu! Kalian sama-sama penggoda. Arsen mungkin terkena rayuan kakakmu, tapi aku tidak akan terkena rayuanmu!“

"Kamu ini makin galak saja. Jangan marah, dong ... aku cuma bercanda. Kita 'kan teman, iya 'kan? Lagipula, mendiang ayah kamu itu mantan dosenku dulu, aku menghormatinya, aku tidak mungkin aneh-aneh padamu.”

"Aku pergi.“

”Kalau kamu tinggal di sini malam ini, aku akan memberikanmu album foto lawas kakakku bersama Arsen dan Hans. Kamu pasti penasaran dengan hubungan mereka ..."

"Foto?“

"Iya, mereka bertiga sudah bersama bertahun-tahun. Kamu bisa tahu kebersamaan mereka lewat foto itu.”

Leina enggan menginap di rumah ini. Namun, tawaran barusan susah untuk dilewatkan.

Selama ini, Arsen tidak mau menceritakan tentang masa lalunya. Tidak ada foto juga di rumah seolah-olah pria itu tidak pernah ada.

Liam tersenyum kecil. Rencananya berhasil. Setidaknya malam ini, dia bisa bersama Leina dalam satu rumah. Banyak hal mesum yang memenuhi pikirannya.

Dia memang playboy. Wanita cantik manapun ingin dia tiduri. Selama ini, dia juga mendambakan Leina.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status