Share

08. Tugas menulis

"Keem.."

"Cukup!" tegas Nathan menghentikan ocehan gadis itu,

Sedikit merasa muak setelah mendengar jawaban tak sesuai harapan, dengan cepat tangannya beraluh membuka salah satu rak meja demi mengambil sebuah ipad. Segera disodorkan ke hadapan Thea,

"Di dalam sini ada banyak file tentang rencana perjalanan, pertemuan dan beberapa catatan rapat tahun lalu."

"Sekarang kamu siapkan kertas dan bolpoin, pilih 5 file lalu buat salinannya masing masing file 5 salinan."

"T-tulis? semua yang tadi Bapak bilang, harus ditulis?" gumam Thea dengan raut terkejut, 

Setelah berkhayal mendapat beban tugas penuh hormat seperti pertunjukan dalam film, dia justru melaksanakan tugas remeh yang bahkan mampu dikerjakan oleh seorang bocah kecil.

"Iya. Apa kamu tidak bisa menulis?" lugasnya dingin,

"B-bisa!"

"Lalu tunggu apalagi? Cepat kerjakan."

"Saya ga bawa alat tulis." gumam Thea lirih sebelum menggigit bibir bawah,

"Tidak bawa alat tulis?"

"Ng…" Menggelengkan kepala dengan raut penuh penyesalan,

"Hhh. Ambil di rak sana dan cepat kerjakan. Dalam waktu dua jam harus selesai semua,"

"Dua jam?!" celetuk Thea membulatkan mata,

"Tapi, tugasnya terlalu banyak--"

"Saya tambah 1 file. Tidak ada tawar menawar, jangan buat saya mengulang!" ketus Nathan telah membulatkan tekad,

"B-baiklah…"

Dengan raut pasrah,Thea meraih benda yang ada di atas meja lalu berbalik dan melangkah ke arah rak yang ada di sudut ruangan. Mengambil satu buku juga satu buah bolpoin sebagai senjata yang akan menemaninya menumpas tugas,

Menempati sofa kosong di dalam ruangan lalu bergegas membaca satu persatu file yang ada di dalam benda milik Nathan.

"Aduh. Banyak banget!"

"Dari 100 file aku harus pilih 6 file, gimana caranya? ya kali aku baca satu satu."

"Apa aku pilih acak aja?"

"File ini isinya ada 10.000 kata! kalo misalkan 6 file disalin 5 kali berarti 30. Terus di kali jumlah kata,"

"Hah. Masa dalam waktu 2 jam aku harus nulis 300.000 kata!"

"Ini banyak banget woy!" gumam Thea lirih,

Sorot matanya tidak sengaja melirik ke arah laki laki yang tengah beranjak dari tempat duduk. "B-bapak mau kemana?" 

"Ada rapat bulanan. Kamu diam saja disini, dan cepat selesaikan itu."

"Kalau saya kembali dan tulisannya belum selesai. Siap siap mendapat tambahan lagi," tegas Nathan,bergegas melangkah keluar ruangan.

"Aaa!" teriak Thea menghentakkan kaki dan tangannya ke arah sofa.

"Hng…."

"Dasar sialan! kalo tadi aku ga bentak pasti ga bakal disuruh nulis ginian!"

"Bodoh banget sih!" seru Thea memukuli kepalanya dengan sebuah bolpoin,

Gadis itu mengepalkan kedua tangan berusaha meredam amarahnya, merasa sedikit kesal mengingat kejadian tadi.

"Tapi bukannya ini keterlaluan! Dia kan tau kalo aku masih pemula,"

"Masa udah dihukum sampe kayak gini!" guman Thea memasang muka masam,

"........"

"Tapi aku juga sih yang salah…"

"Pak Nathan pasti juga marah gara gara dibentak sama karyawan baru," timpal gadis itu, menyadari kesalahan yang telah diperbuat.

"Oke! udah ga ada waktu buat ngeluh. Semua ini, harus cepat diselesaikan!" mulai memilih 6 file secara acak segera menulis dengan kecepatan penuh.

Namun tanpa sengaja semangat tadi memadam berkat rasa nyeri yang tiba tiba menyerang, "Aduh, baru aja nulis 5 baris tapi jariku udah sakit banget."

"Gimana mau nulis tiga ratus ribu kata."  cicit Thea memperlambat gerakan jari,

Sorot matanya dengan sigap menatap setiap kalimat yang tertera pada layar gadget, sedangkan tangannya bergerak menulis kalimat tadi. "Ayo Thea! Kamu pasti bisa! Tahan rasa sakit ini."

*******

Setelah waktu berlalu, akhirnya rapat berhasil diselesaikan dengan lancar. Semua karyawan mulai meninggalkan ruangan, begitu pula dengan Nathan yang kini tengah berjalan masuk kembali ke dalam ruang kerjanya,

Tanpa sadar menatap ke sudut lain dan mendapati gadis sedang menyandarkan kepala di atas meja dalam keadaan kedua mata terpejam. 

Sigap melangkah maju dan semakin dekat, 

Tok..

Tok..

Tok..

Diketuknya meja yang terbuat dari kaca dengan sangat keras, namun tak menghasilkan apapun. Gadis itu masih terlelap tak merespon

Brak!

"Hng?!" sentak gadis itu merasa terkejut, berkat suara yang berasal dari depakan telapak Nathan.

Bergegas membenarkan posisi duduk sambil mendongak ke arah sosok tinggi yang berdiri di depannya. "P-pak Nathan,"

"Ini! Saya udah selesai nulis," seru Thea, meraih sebuah buku sambil menyodorkan ke hadapan pria tadi.

Sedikit tak acuh menatap ambang buku yang ada di depannya. Sekilas mengamati tulisan di atas kertas lalu kembali mengalihkan pandangan ke arah Thea,

"Kamu ambil semua berkas yang ada di meja saya." tegasnya menyodorkan jari telunjuk ke arah samping.

"Baik pak!" Tersenyum cerah, dengan sigap mengambil dan membawa semua berkas ke hadapan Nathan.

"Sini bukunya-"

"Cek semua isi berkas itu, lingkari setiap kesalahan. Waktunya sampai istirahat makan siang, dan harus selesai. Tidak boleh terlambat sedetikpun,"

"A-apa pak?" gumam Thea tertegun, berusaha mencerna setiap ucapan yang baru saja didengar.

"Baca setiap kata kata yang ada di dalam berkas, setelah itu lingkari setiap kata tidak baku atau penggunaan tulisan yang salah." seru Nathan menjelaskan dengan pelan dan lebih terinci.

"Baik siap. Akan saya kerjakan sekarang,"

"Lain kali jangan buat saya mengulangi perintah." ketus Nathan berbalik segera menempati kursi kerjanya.

"Huft sabar, ini ujian!" cicit Thea lirih,

Meletakkan semua berkas ke atas meja. Gadis itu membenarkan posisi duduk lalu bergegas meraih satu berkas yang ada di tumpukan paling atas,

"Kayaknya ini ada 10 file."

"Semoga bisa kelar! waktunya cukup banyak." gerutu Thea dalam hati,

Dengan cermat membaca satu persatu lembar kertas, dan melingkari beberapa kata kata yang salah dalam penulisan.

1 jam kemudian.

"Ng, capek juga! mataku panas banget." pikir gadis itu, berulang kali mengusap kelopak matanya.

"Lama juga ya. Ini udah satu jam tapi aku masih megang berkas ke tiga,"

Thea melirik ke arah benda penunjuk waktu yang tersemat di dinding ruangan, dan berusaha mempercepat sorot matanya untuk membaca.

"Banyak kosa kata yang ga aku ngerti." gerutu Thea lirih.

"Sudah selesai?" celetuk Nathan

Gadis itu reflek menoleh ke arah suara yang cukup mengejutkannya. Thea menatap laki laki itu dengan mulut menganga.

"Hah? i-ini masih ada 7 file lagi." seru Thea mengangkat satu berkas yang tengah ia baca.

Nathan tengah berdiri di depan gadis itu, memasang wajah datar. Dia terlihat tengah menenteng sebuah tas kotak berwarna hitam.

"B-bapak mau keluar?"

"Iya, ada klien yang harus saya temui."

"Jaga ruangan sampai saya kembali, jangan biarkan ada satu benda yang berpindah tempat." tegas Nathan berbalik dan melangkah pergi,

Gadis itu masih menatapi punggung lebar Nathan yang semakin menjauh dari pandangannya.

"Maksudnya, jangan sampai ada yang berpindah tempat?"

"Oh. Kayaknya Pak Nathan ga mau ada orang yang megang barang barangnya," seru Thea mengangguk paham.

Melanjutkan membaca berkas tadi,lalu tanpa sengaja melirik ke arah gadget yang masih ada di atas meja.

"Lah terus ini. Termasuk mindahin barang atau ngga?" mengangkat benda itu,

"Tapi kan, dia sendiri yang nyuruh. Jadi bukan salahku dong, kalo ini berpindah tempat." sanggah Thea,

Diletakkan kembali benda itu dan segera lanjut memahami kalimat dalam berkas tadi.

*****

Pukul 18.00

Langkah kaki baru saja melewati pembatas lift yang telah terbuka dan telah membawa gadis itu ke lantai tempat tinggalnya sekarang. Segera menyusuri lorong yang cukup sepi, namun merasa lega karena tidak harus berpapasan dengan banyak orang.

Sudah cukup berinteraksi dengan ratusan karyawan, itu membuat Thea sedikit merasa muak jika harus melakukan hal yang sama. 

"Aduh. Jariku rasanya mau patah,"

"Badan pegel semua!" gerutu Thea,berdecak kesal.

___________

Flashback

Waktu berlalu, dengan cermat dia menorehkan sebuah lingkaran di atas kertas yang telah dibaca. Tiba tiba pintu terbuka, dengan sigap Thea menoleh dan mendapati pria tengah berjalan masuk ke dalam lalu berjalan ke arah kursi.

"Bawa sini semua berkasnya." tegas Nathan memasang muka datar,

"Bentar bentar! tinggal 2 baris lagi. Saya baca dulu," seru Thea mengeraskan suara,

"Sudah, ini--" bergegas beranjak sambil mengangkat tumpukan berkas, dibawanya dan diletakkan ke atas meja.

Plak.

Sebuah buku terlempar ke arah gadis itu, "Saya nyuruh kamu buat salin semua isi file, dan harus sesuai dengan setiap huruf yang tertulis di sana."

"Bukannya kamu singkat dengan menghilangkan beberapa paragraf.." ketusnya

Deg.

Gadis itu terbelalak,sangat terkejut mendengar ucapan Nathan. Bagaimana bisa laki laki itu mengetahui kesalahan yang Thea perbuat.

"Hh? k-kok bisa tahu kalo aku singkat!"

"Kirain dia cuma mau ngasih hukuman ga jelas buat balas dendam. Mankanya aku singkat,"

"Ternyata beneran di baca semua? sampe hafal gitu kalo ada paragraf yang ga aku tulis." gumam Thea dalam hati,

"Setelah istirahat makan siang, kamu tulis ulang isi file ini."

"Ha? t-tulis lagi?" celetuk Thea membulatkan kedua mata.

"Apa saya harus mengulang?" ketus Nathan dengan wajah sinis.

"E-enggak Pak! Saya sudah paham."

***Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status