Share

07. Salah mengenali.

"Huh, untung sama sama karyawan baru. Kalo ngga! Udah aku pukul pake ini," gerutu Thea dalam hati, mencengkram erat setumpuk dokumen serta map tadi lalu diletakkannya ke atas meja.

"Cepat keluar! aku mau membuat kopi. Awas saja, kalo kamu belum pergi saat aku kembali!" seru Thea memberi tatapan sinis.

Dengan cepat melangkah keluar lalu bergegas mencari ruangan yang bisa ia gunakan untuk membuat secangkir minuman serta menyiapkan sepiring kudapan sesuai anjuran Manda.

Namun langkah Thea berhenti setelah berpapasan dengan karyawan wanita, segera menoleh dan menatap lekat nampan berisi hidangan di atasnya. "Tunggu, kau mau kemana?" 

Siapa sangka satu pertanyaab berhasil menghentikan langkah karyawan tadi, perlahan Thea melangkah mendekat dan menatap sekilas secangkir kopi hitam serta piring kecil berisi kue kering.

"Siapa kau---kenapa menghentikanku? Apa kau tidak lihat kalau aku sedang menyiapkan ini semua untuk Pak Nathan," ketusnya telah memastikan bahwa Thea bukanlah pemimpin atau orang dengan pangkat lebih tinggi darinya.

Tentu saja karyawan tadi tak merasa ragu untuk melangkah pergi,

"E-eh. Tunggu tunggu! biar aku saja yang bawa." tegas Thea berhasil merebut paksa nampan dari tangan wanita itu,

"Apa apaan sih!" sontaknya merasa kesal,

"E-eh santai dong, aku cuma mau bantuin. Kenalin, aku asisten barunya Pak Nathan---Udah tugasku buat nyiapin ini semua, jadi jangan merebut pekerjaan orang lain atau kau akan dihukum." ucap Thea tersenyum lebar, baru saja memberikan ancaman berkedok nasehat.

"Ck…" Wanita itu berdecak kesal merasa takut sekaligus enggan untuk berdebat, memilih untuk segera berbalik dan melangkah pergi.

"Wah, ternyata mudah juga. Ga kayak pria tadi!  Susah banget dibilangin,"

"Terima kasih, kopinya!" teriak Thea menatap punggung yang semakin menjauh dari pandangan.

"Beruntung banget! kalo gini ga usah capek capek buatin lagi."

Gadis itu menerbitkan lengkung bibir semourna sambil berjalan membawa nampan, kembali melangkah masuk ke dalam ruangan. Siapa sangka senyuman tadi tak bertahan lama, kembali merasa kesal setelah melihat sosok yang masih belum beranjak dari tempat itu. 

"Hei, berhenti!" sontak Thea mencegah pria yang ingin menyentuh kursi milik CEO.

"Dibilangin ngeyel banget sih!" Dengan cepat melangkah maju, sekilas beralih demi menata cangkir serta piring ke atas meja lalu kembali menatap sinis pria yang berdiri di depannya.

"Ayo, cepet keluar!" tegas Thea sekali lagi, namun mendapat perlakuan tak acuh dari pria yang masih terdiam dengan raut datar,

"Ayo--"

Ceklek.

Suara langkah kaki yang baru saja masuk ke dalam ruangan membuat ucapan Thea berhenti. Dia berbalik menatap karyawan lain baru saja masuk dengan sebuah berkas di tangannya,

"Permisi, selamat pagi.." Menyapa dengan senyum ramah,

"Selamat pagi," ucap keduanya secara serentak,

"Ck. Ngapain sih, ikut ikut!" ketus Thea lirih, melirik tajam pria di belakang.

"Saya bawa berkas yang harus di tanda tangani,"

"Tanda tangan? perasaan tadi malam Manda ga pernah bilang kalo ada tugas ginian. Masa aku harus tanda tangan berkas?" pikir Thea merasa bingung,

Menatap karyawan yang sedang berjalan melewati dan lebih memilih untuk diam berdiri setelah menyodorkan map berisi kertas ke hadapan pria tadi.

Sedangkan kedua manik Thea masih tenang mengamati sosok yang baru saja menduduki kursi kerja lalu menyematkan goresan tinta ke atas kertas, 

"Terima kasih, Pak Nathan.." Sekilas menunjuk sebagai tanda pamit sebelum berjalan keluar ruangan

Nathan Adelard merupakan CEO sekaligus pendiri dari Perusahaan Galaksi. Merupakan putra bungsu keluarga Adelard, pemilik Perusahaan Sun yang bergerak dalam bidang pengoperasian jaringan department store. Salah satu perusahan terbesar di 5 negara,

Nathan Adelard menolak menjadi pewaris perusahaan karena lebih memilih untuk membangun kerajaan bisnis miliknya sendiri. Sebuah perusahaan yang dirintis menggunakan semua jerih payahnya.

"P-pak Nathan?" gumam Thea tertegun dengan kedua manik membulat sempurna,

Gadis itu tengah berusaha memahami situasi yang baru saja terjadi. Hingga selang beberapa detik berhasil tersadar dari lamunan lalu menyadari sebuah kesalahan yang telah ia perbuat,

"Mampus. Dia--Pak CEO? Yang aku bentak dari tadi, pamannya Manda! Mana aku tahu kalo dia orangnya,"

"Manda bilang ini perusahaan pamannya tapi paman dari mananya kalo masih muda begini? Aku ga melihat satupun kerutan di wajah itu," gerutu Thea dalam hati,

"Jadi Nona Thea Briella. Silahkan ucapkan sesuatu," tegas Nathan menatap gadis yang masih berdiri terpaku dengan tatapan kosong.

"........" Thea tersadar lalu bergegas menundukkan kepala,

"Maaf Pak! Seharusnya saya lebih teliti lagi dan mengingat wajah atasan saya," sahut Thea merendahkan suara,

"Hhh, apa kamu bawa berkas data diri dan yang lainnya?"

"Bawa! s-sebentar saya ambil dulu."

Gadis itu melangkah ke samping meja, berusaha mengambil map miliknya yang ada di baris paling bawah di antara tumpukan berkas milik Nathan.

Brak.

Karena begitu tergesa gesa tanpa memikirkan akibat, ditariknya paksa map tadi dan secara tidak langsung membuat seluruh berkas terjatuh berserakan memenuhi lantai.

Hela nafas berat baru saja muncul sebagai usaha Nathan yang sedang menagan rasa kesal atas kecerobohan gadis itu. Menoleh ambang Thea yang sedang berdiri dengan raut penuh penyesalan sambil menggenggam erat ujung sebuah map,

Dengan cepat mengalihkan pandangan pada semua berkas yang jatuh ke atas lantai, berulang kali berkedip berusaha memberanikan diri menatap pria yang masih sigap mengawasinya dengan tatapan tajam.

"Ini, silahkan dilihat! T-tenang saja. S-saya, akan bereskan semuanya.." seru Thea segera menyodorkan map ke atas meja,

Sesuai janji untuk melaksanakan tanggung jawab, gadis itu menunduk sambil berjongkok demi mengutip satu persatu dokumen yang ada di atas lantai dan mengumpulkannya kembali seperti tadi.

"Aduh Thea---bisa ga sih, jangan bikin masalah? sehari aja!" oceh Thea dalam hati, tengah menggerutui sikapnya yang sedari tadi hanya mampu membuat kesalahan.

Beruntung dia mampu mengembalikan semua dalam waktu singkat, segera berdiri dan meletakkan kembali tumpukan dokumen ke atas meja.

"Semuanya sudah beres.." ucap Thea tersenyum lebar,

Melirik sekilas ke arah lain sebelum menutup berkas berisi data yang dibawa gadis tadi. Segera beralih menatap sosok di sampingnya,

"Apa aja yang kamu tahu?"

"Ha?" sontak Thea merasa bingung dengan pertanyaan yang baru saja ia dengar.

"Apa saja, yang sudah kamu pelajari?"

"P-pelajari? Eh ng, saya sudah belajar tentang tugas tugas seorang asisten pribadi!" ujar Thea dengan raut antusias.

"Sebutkan…"

"Apanya?" tanya Thea dengan raut polos, hal yang wajar jika bertanya saat mengalami kesulitan. Terlebih lagi pria itu terkesan sedang menyulitkan Thea dengan kalimat penuh teka teki,

"Sebutkan tugas seorang asisten pribadi,"

"Oh baik. Tugas asisten pribadi adalah,"

"Yang pertama! Memantau email yang masuk tentang laporan kerja dan memberi respon jika diperlukan."

"Yang kedua! Menjawab panggilan telepon."

"Ketiga, mengatur rencana perjalanan."

***Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status