Share

09. Derita kerja

"Sepertinya kemampuanmu sangat buruk. Saya kasih tambahan waktu, 3 jam harus selesai." ucap Nathan memalingkan muka,dan meraih berkas yang tadi gadis itu kerjakan.

3 jam kemudian.

"Ehrg. Jariku sakit banget!" gerutu Thea,

Berulang kali menjambak rambutnya untuk melupakan rasa sakit yang ia rasa.

"Hhh, sampe mual lihat tulisan ini..Bosen woy, capek juga!" teriak gadis itu dalam hati,

Tap.

Ditaruhnya bolpoin tadi lalu Thea beranjak dari atas lantai,membawa buku itu dan disodorkan ke hadapan Nathan.

"Ini Pak, sudah selesai.."

Laki laki itu melirik sekilas ke arah tulisan yang ada di atas kertas.

"Nanti malam latihan menulis, perbaiki gaya tulisannya. Ini terlalu jelek dan membuat sakit mata saya." ketus Nathan

"Sial! mataku juga sakit.." celetuk Thea dalam hati,

Mengepalkan kedua tangannya dengan erat,berusaha menahan emosi karena perkataan laki laki itu.

"Ambil dan pelajari buku pedoman tulisan yang ada di rak saya,"

"Kamu harus bisa nentuin mana kata kata baku dan tidak baku,serta tahu cara penulisan yang benar." tegas Nathan,tanpa melihat ke arah lawan bicara.

Laki laki itu tengah fokus membaca tulisan tangan Thea. 

"Mengerti?" sontak Nathan meninggikan suara,

"M-mengerti Pak!"

Ting. Ting. Ting.

Ditekannya tombol bel secara berulang kali,

"Iya, sebentar!" teriak suara gadis dari dalam apartemen,terdengar sedikit kesal karena suara bising.

Pintu terbuka,lalu gadis itu segera melangkah masuk dan membaringkan tubuhnya ke atas sofa.

"Hhh, akhirnya pulang juga." gumam Thea menghela nafas lega.

Manda berjalan mendekat dan mengisi sofa lain. Menatap raut lesu yang tersemat di wajah gadis itu,

"Kok baru pulang? perasaan orang kantor pulang jam 5."

"Satu jamnya aku habiskan untuk nunggu bus," seru Thea dengan tatapan kosong.

"Hahaha kasian. Ya udah aku pesenin makanan, kamu mandi aja dulu."

"Engga. Aku masih mau rebahan bentar, punggungku rasanya pegel banget gara gara duduk terus." gerutunya,

Thea meraih bantal kecil yang ada di atas sofa. Mendekapnya lalu memejamkan mata,

"Emangnya, udah disuruh ngapain aja?" ucap Manda,sedikit penasaran.

dia terlihat sedang mengotak atik layar ponsel untuk menghubungi layanan pesan antar makanan.

"Nulis sama baca. Berasa kayak kembali ke masa masa sekolah,"

"Hah? yang bener? kok bisa."

"Emangnya lagi ga ada rapat atau ketemu klien?" celetuk Manda sedikit mengeraskan suara karena terkejut,

"Ya ada. Tapi aku disuruh diem aja di ruang kantornya."

"Jadi aku berjam jam duduk dengan tugas nulis sama baca yang dia suruh," seru Thea menggertakkan gigi,

"Wah, hebat banget kamu bisa tahan."

"Ya bisalah! namanya demi kerjaan. Daripada dipecat. Ini juga gara gara kamu tau!" sontak Thea membuka kedua matanya,

Gadis itu beranjak duduk,lalu menghadap ke arah temannya. Dengan raut kesal menatap gadis yang tengah duduk disana,

"Lah, kok aku? emangnya aku ngapain!?"

"Ya kamu ga bilang kalo dia masih muda! Kamu cuma cerita kalo itu pamanmu." dengus Thea memasang muka masam.

"Dia emang pamanku. Adik bungsu mama, umurnya emang cukup muda sih."

"32 tahun."

"Emangnya kenapa?"

"Aku ga sengaja ngebentak, terus bicara non formal sama dia." seru Thea merendahkan suara,

"K-kok bisa!"

"Iya, tadi aku kira dia karyawan lain yang tiba tiba nimbrung ke ruangan kerja. Dan aku pikir, pamanmu itu pria yang usianya ga jauh berbeda dengan pamanku."

"Ya kirain kamu bakalan tahu! Soalnya terakhir kali aku kesana, ada foto pamanku yang terpampang nyata." ujar Manda

"Yang bener? perasaan aku galiat foto apapun."

"Yaudah, udah terlanjur jadi lupain aja! Anggap pengalaman." celetuk Manda tersenyum lebar.

"Hari ini nenek tetep ga nelfon?"

"Ngga.." sahut Thea menggelengkan kepala.

tring...tring...tring…

Terdengar suara yang berasal dari luar,membuat salah satu gadis itu beranjak pergi.

"Bentar…"

Manda beranjak dari tempat duduk,membuka pintu dan kembali dengan 1 buah kantong plastik berukuran besar.

"His. Tanganku rasanya sakit banget," gumam Thea menggerakkan jari jemarinya yang terasa nyeri.

"Ayo makan!"

****

Keesokan hari

Pukul 06.00

Ruang kamar yang masih sunyi,kedua gadis itu tengah tertidur lelap di atas ranjang. Salah satu dari mereka menghabiskan malam untuk belajar,

Thea menuruti perintah atasannya dan belajar memperbaiki tulisan yang menurutnya terbilang sudah sangat bagus namun masih belum sempurna untuk pimpinan perusahaan Galaksi.

Gadis itu juga membaca kata baku dan cara penulisan dari beberapa laman internet. Dia ingin memberikan yang terbaik agar tidak ada lagi perintah untuk menulis,

tring...tring...tring...

Dering alarm begitu nyaring membuat seluruh kamar dipenuhi bunyi bising. Manda yang merasa terusik mulai mengerutkan alis dan menarik bantal miliknya untuk menutupi telinga,

"Urgh. Thea! matikan alarmnya!" seru gadis itu menepuk pundak temannya yang masih tertidur,

"........" Thea yang terlalu lelah tidak bergerak ataupun merespon suara yang masuk ke telinga nya.

"Thea.." sontak Manda,

Gadis itu merasa kesal lalu menendang bagian punggung Thea.

"Ng.." gerutunya,merasa sesuatu yang keras baru saja menghantam bagian belakang.

Thea perlahan membuka mata,meraih ponsel yang ada di atas meja lampu tidur.

Menggeser layar untuk menghentikan suara bising tadi. Lalu menatap ke arah angka penunjuk waktu,

"Hh." menghela nafas dan kembali ke posisi semula, berulang kali mengedipkan mata yang masih terasa berat.

Gadis itu menatap langit langit kamar, sambil mengumpulkan kesadarannya.

"Aduh, capek banget! Kapan ya libur kerja,"

"Habis ini mandi. Terus naik bus,"

"Kalo pagi mah, masih enak. Tapi waktu pulang panas banget! Mana harus desak desakan,"

"Ahrg. Bayanginnya aja udah ga sanggup," gerutu Thea dalam hati.

Sorot matanya beralih ke arah Manda yang masih tidur meringkuk. Gadis itu mulai menepuk pundak temannya secara perlahan.

"Man?"

"Ng??" sahut Manda masih terpejam.

"Kamu hari ini ada pemotretan ga?"

"Ada. Tapi masih 2 jam lagi," gumamnya lirih,

"Yah. Jadwalnya ga bisa diganti? dimajuin kek,"

"Kenapa emangnya?" tanya Manda merendahkan suara,

"Badanku sakit semua, niatnya mau nebeng ke tempat kerja."

"Oh, yaudah aku anterin."

"Hah? beneran jadwal mu bisa dimajuin?"

"Ya gak bisa sih, tapi aku masih mau beli beberapa tiara buat konsep photoshoot. Jadi sekalian beli waktu nganterin kamu,"

"Beneran gapapa?" tanya Thea memastikan

"Iya gapapa. Udah sana mandi dulu! Aku mau tidur sebentar."

"Nanti kalo udah selesai siap siap,bangunin aja." seru Manda.

Gadis itu berbalik mencari posisi yang tepat untuk melanjutkan tidurnya.

Thea menatap sekilas punggung temannya yang terbalut piyama biru,lalu beranjak duduk. 

"Euhrg…" sontak Thea merentangkan kedua tangan,dan melangkah turun.

Thea meraih sebuah kain penyeka yang tersemat di towel hanger. Lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi,

20 menit kemudian,gadis itu telah selesai bebersih diri. Segera keluar dalam keadaan rambut basah dan setengah badan yang tertutupi oleh handuk putih.

Thea menoleh ke arah lemari kaca yang menyimpan beberapa alat kecantikan. Diambilnya sebuah hairdryer kuning milik Manda,

Setelah itu sorot matanya beralih ke arah gadis yang masih diam di atas tempat tidur. Thea melangkah mendekat,perlahan mengguncangkan pundak temannya.

"Man…"

"Ng?" sahut Manda,beralih posisi. Sedikit mendongak perlahan membuka mata.

"Aku udah selesai mandi, tinggal pake baju sama make up sebentar. Sana kamu cepetan mandi,"

"Kamu siap siap aja deh, sampe selesai! baru bangunin." gumam Manda menatap gadis yang berdiri di depan dengan sebuah pengering rambut di tangannya.

"Lah, terus kamu kapan mandinya?"

"Aku ga mandi…" ucap Manda merendahkan suara,

"Ha? beneran? yakin keluar rumah ga mandi?"

"Iya, asal kamu tahu. Kecantikan model yang sesungguhnya itu, saat kita baru bangun tidur."

"Jadi mau aku mandi atau nggak, aku tetep aja cantik." sanggah Manda,

"Hhh, narsis amat!"

Thea menghela nafas mendengar ucapan temannya lalu berbalik dan segera mengeringkan rambut.

15 menit kemudian.

Gadis itu tengah berdiri di depan cermin,berlenggak lenggok untuk meneliti penampilannya. Dengan sebuah kemeja blouse abu abu,serta rok hitam yang menutupi paha dan setengah lututnya.

Thea membiarkan rambutnya terkuncir tinggi supaya terkesan rapi,juga memakai sedikit riasan yang lebih menunjukkan wajah asli Thea tanpa make up.

"Oke siap!" serunya mengangkat kepalan tangannya,

"His, masih sakit banget!"

***Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status