Elizabeth menonton pewartaan itu dengan sorot nanar. Kedua matanya telah sembab oleh airmata, suaranya serak, hidungnya memerah. Meskipun begitu, ia masih saja menangis. Sedangkan kondisi kamar hotelnya nyaris tak berbentuk. Tisu berserakan di lantai, potato chips berhamburan di ranjang dengan lima botol coke yang telah kosong tersebar di sudut-sudut kamar. Satu koper besar terbuka dan dibiarkan tergeletak begitu saja.Suara televisi menggema di ruangan, menayangkan sebuah prosesi sakral pernikahan tradisional Jawa. Elizabeth semakin meremas undangan yang tergenggam di tangan saat sesi ijab qobul dimulai."Saya terima nikahnya, Rengganis binti Cahyadi dengan mahar seperangkat alat sholat dan sejumlah uang dibayar tunai!""Para saksi, bagaimana? Sah?"Gemuruh sorak bahagia pun menggema. Wajah-wajah mereka begitu sumringah. Turut merestui penyatuan sejoli dalam satu ikatan suci.Elizabeth memakukan pandangan pada sang suami, pria itu menyentuh dagu Rengganis dan menciumnya mesra. Elizab
Jemari mungilnya bergerak lincah di atas kertas berukuran 148 × 210 mm, selembar kertas tebal A5 yang separuhnya telah terisi. Mulutnya bersenandung nada-nada tak beraturan, kepalanya manggut-manggut seolah menikmati nada sumbang gumamannya sendiri. Akan tetapi kedua hazelnya awas mengamati gerak jari telunjuk dan jempol yang menjepit sebuah crayon kuning, menggerakkannya untuk membentuk garis melingkar sebelum mewarnainya penuh."Wah, bagus sekali Dani!" Gadis mungil itu menoleh, senyumnya terkembang karena sebuah pujian. Siapa sih yang tidak senang dipuji?"Persis seperti gambar Papa, pintar kamu, Sayang!" lanjutnya memuji sembari membelai surai kecoklatan milik si gadis.Wanita muda itu kemudian meletakan segelas jus jeruk di sisi kanan Daniyah -karena Daniyah duduk beralaskan karpet bulu di ruang anak yang berbatasan langsung dengan ruang tamu. "Ayo diminum dulu, ada cookies untukmu.""Terima kasih, Hana. Aku akan mencuci tangan dahulu." Daniyah meletakan crayon kuningnya, ia berd
Aya mengamati bagaimana adiknya membujuk Elizabeth untuk makan, gesture yang ia tunjukan mengatakan betapa besar rasa cintanya pada wanita cantik itu. Aya juga membacanya dari perlakuan Wiwid terhadap Rengganis. Jadi, ia menarik kesimpulan jika sang adik sama-sama mencintai kedua istrinya. "Aku tak menyangka kau mengikuti Sunnah Rasul," desah Aya. Airmatanya menetes, ia seolah ditampar oleh kenyataan akan perbuatan zina yang ia jalani. Cinta ternyata mempunyai dua sisi koin. Dalam gelap, ia merupakan iblis terkejam yang mampu menjerumuskan manusia pada lembah dosa. Dalam terang, apabila mampu mempergunakan cahayanya untuk menyusuri jalan kebaikan, cinta sanggup menyelamatkanmu. Pernikahannya dengan Beau Prince adalah pernikahan beda agama, Aya tidak terlalu mempermasalahkannya karena itu merupakan nikah kontrak dengan syarat ketat. Terbatas oleh waktu dan dilarang melibatkan hubungan ranjang. Setidaknya, dua poin utama itulah yang tercantum dalam perjanjian kontrak di awal, sebelum
Daniyah tertidur diiringi storytelling dadakan dari Aya mengenai si kucing Oren -setelah ia lelah menangis. Aya menceritakan kisah tragedi, alih-alih kisah bahagia sehingga membuat dirinya diomeli oleh sang adik."Biarkan dia mengenal pahitnya dunia sejak dini!""Mbak, dia belum genap empat tahun, di usia segitu apapun yang kau ajarkan pasti akan membekas. Dan aku tidak mau putriku mempunyai trauma buruk.""Oh, astaga! Kau terlalu membesarkan masalah kecil ini. Ini sebagai pembelajaran agar Dani belajar merawat Rara dengan baik.""Tapi, bisakan diakhiri dengan happy ending?""Keracunan bagi kucing adalah hal mematikan. Itu berlangsung sangat cepat, tidak lebih dari seperempat hari. Bahkan di beberapa kasus, kucing bisa mati dalam hitungan 2 jam jika racun tertelan dalam jumlah banyak. Kau ingin menyodorkan harapan palsu pada putrimu?""Aish! Kau sungguh menyebalkan!"Oren Little pernah menjadi milik Aya dan Wiwid, kisah sedih yang membekas karena kehilangan si pandai nan cerewet. Kuci
Liam membelai punggung telanjang yang tertelungkup itu. Ia menindih tubuh bagian bawah sang kekasih dengan menggerakkan pinggulnya dalam tempo sedang. Si wanita menoleh, kedua alisnya menyatu menyiratkan ketidak puasan."Kau bergerak seperti pria tua, Li! Apa perlu aku lagi yang mengambil kendali?"Sial! Liam bermaksud untuk menahan permainan lebih lama, tapi kekasihnya itu merupakan seorang penuntut. Keliarannya di atas ranjang sering membuat Liam kepayahan, walaupun ia selalu ketagihan."Baiklah, jika itu maumu, Sayang!" Liam menghentikan belaiannya, kedua tangannya bergeser ke samping kedua sisi bahu sang kekasih, menumpukan kepalannya di atas ranjang. Tanpa aba-aba, Liam mulai menghentak keras hingga membuat wanita berkulit eksotis di bawahnya meracaukan kenikmatan."Oh! Ini yang kumaksud!"Kata Ah yang terlontar secara konsisten membuat kewarasan Liam tergerus, memacu dirinya untuk mempercepat laju. Apalagi saat sang kekasih memakukan pandangannya pada satu benda bulat dengan tit
"Raya itu siapa?"Katakanlah Liam itu manipulatif, itu memang benar. George Henderson sangat mengenal sosok putra kandungnya sendiri, pria itu pandai memanipulasi keadaan dan perasaan seseorang. Tapi, panggilan yang lolos dari bibir Liam murni karena kelepasan. Liam sempat terdiam beberapa saat sebelum ia kepikiran untuk memanfaatkan perasaan bersalah Aya."Setidaknya aku hanya menyebut nama random lain, bukan mengijinkan wanita lain naik ke ranjang!"Dingin dan datar. Ia mempergunakan ekspresi ini untuk mengelabui Aya. Kemudian, dengan cepat Liam beranjak dari atas tubuh Aya dan melenggang ke kamar mandi. Benar-benar akting yang sempurna!Aya terkejut. Ia tahu sarkasme itu tertuju untuk dirinya. Ini memang salahnya. Aya sudah berjanji memberi Liam kesempatan. Ia akan belajar mencintai Liam dan membuang perasaannya terhadap Beau. Ia berjanji untuk tidak lagi mengijinkan Beau membawanya ke atas ranjang. Tapi, apa daya pesona sang suami kontrak masih menjeratnya. Aya telah melanggar jan
Aya tak hentinya memandang takjub Elizabeth Rodney. Mutiara hijau terpancar cantik, menatap fokus ke depan. Rambut pirang yang berkilau bak keemasan karena sinar terik mentari yang tertembus melalui kaca mobil. Rona merah terbubuh di kedua pipi putihnya dan bibir sesegar buah plum terpoles lipstick tipis. Apabila ia berdiri, pahatan lekuk tubuhnya akan terasa memabukan bagi netra kaum Adam. Sungguh kesempurnaan fisik yang mengagumkan! Belum lagi aura yang begitu kuat mendominasi, anggun dan tangguh dalam sekali tempo. Ditambah kekuasaan tergenggam erat di tangan. Benar-benar jelmaan karakter utama wanita dari novel."Sekarang, aku paham kenapa adikku begitu mencintaimu, Liz." Aya menggeleng. "Sebulan mengenalmu dan langsung menikahimu, kurasa pengaruhmu terhadap adikku begitu dahsyat."Elizabeth terkekeh, kilau hijaunya berkilat jenaka. Ia menoleh sebentar ke arah Aya yang duduk di sampingnya sebelum kembali fokus ke depan. Mereka sedang berada dalam perjalanan menuju Mansion Henderso
"Liam! Aku bilang lepaskan Elizabeth!" Liam menggeram bak seekor serigala yang mencengkeram mangsanya di tangan, tapi ia terpaksa melepaskan karena sebuah hirarki kepemimpinan. Dengan memalingkan wajah -berusaha menyelamatkan gengsinya- Liam mendorong kepala Elizabeth secara kasar. Beruntung tangan kiri Elizabeth berpegang erat pada sandaran belakang sofa sehingga ia bisa mencegah laju kepalanya yang akan membentur pegangan sofa. Seringai memuakan dari bibir Elizabeth -yang masih setia mengejek Liam- tertangkap oleh ekor mata Liam. "Jangan lagi kau ikut campur Rodney! Aku tahu rahasiamu!" Wanita berambut pirang itu tertawa keras, "Sungguh? Kenapa tak kau beberkan dari dulu?" Ia berdiri lalu berjalan perlahan menghampiri Liam yang berdiri membelakanginya. "Kau berhutang nyawa padaku! Jauhi Aya!" Sret! Baik Liam maupun George terkejut, sebilah pisau perak kecil yang biasanya digunakan untuk mengupas kulit buah mengalung di leher Liam. Ujungnya yang runcing seolah memamerkan ketajama
*****"Raya!"Nama yang tersebut tidak cukup keras, namun mampu terdengar. Teriakan itu terucap dari bibir pria gagah yang sedang menggauli seorang wanita. Tubuh telanjangnya yang menindih wanita di bawahnya mengejang, sedikit bergetar. Ia mengumpat beberapa kali sembari menekankan pinggulnya lebih dalam, sebelum badannya sengaja ambruk menimpa tubuh telanjang si wanita.Adegan intim nan panas dalam video pun berakhir. Lalu kamera menyorot ke arah tiga pria paruh baya yang duduk berjajar dengan meja panjang di depan mereka, seperti sedang terlibat dalam sebuah konferensi diskusi atau semacamnya. Beberapa orang lain duduk di depan mereka, hanya posisi mereka lebih rendah dari ketiganya. Orang-orang itu jumlahnya mungkin tidak lebih dari dua puluh, terdiri dari baik pria maupun wanita."Baiklah! Saya akan mulai saja!"Pria yang berada di tengah membuka sesi setelah mendapatkan arahan dari sang produser acara. Mula-mula ia memperkenalkan diri sendiri -walaupun namanya sangat termahsyur d
*****"Bayi itu bukan anakku, kan Nis?"Hanya tersisa Beau dan Rengganis di kamar Aya. Rengganis berusaha meredakan gejolak polah si calon bayi dalam perut dengan mengusap-usap permukaan perutnya lembut. Ia masih terduduk di ranjang Aya. Peristiwa tadi cukup mengguncangnya. Beruntung, ia teringat nasihat temannya tentang hipnotis lagu pada orang yang mengalami sesi traumatis. Ternyata Aya mempunyai keterikatan tersendiri dengan lagu Angel-nya Sarah Mclachlan."Itu tidak bisa kaujadikan alasan untuk pembenaran tindakanmu, Beau. Kau memperkosa istrimu!"Beau tertunduk, memandangi karpet bulu lalu pandangannya beralih ke sebuah novel berjudul The Pale Horse karya Agatha Christie. Buku itu terbuka pada halaman awal, menyorot sebuah sub judul dengan larik Cerita Mark Easterbrook.Mesin espresso di balik pundakku mendesis bagaikan ular marah. Bunyi yang dibuat benda itu berkesan seram, bahkan mungkin jahanam. Mungkin, pikirku, kebanyakan bunyi di masa modern ini punya kesan seperti itu. Des
Aya merasa tidak nyaman, "Beau ..." Ia berusaha menjauhkan bibir Beau dari tengkuknya."Kau menyakitiku, Beau, kumohon berhenti ...," rintih Aya. Gerakan yang Beau lakukan pada tubuhnya pun tidak membuatnya terangsang, justru membuat tubuh sensitif bawahnya ngilu."Beau, kumohon ..."Tapi Beau malah semakin bertindak kasar. Hentakan semakin cepat, sesapan di tengkuk membuat Aya meneteskan airmata. Itu terasa sangat perih, sepertinya Beau mengigit lehernya hingga berdarah. Dan ketika tangan kanan Beau menyusup di antara celah kedua tubuh mereka, meremas kasar dada Aya, spontan Aya dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Beau dari atas tubuhnya.Gedubrak!"Sial!" umpat Beau.Tubuh Beau terjatuh mengenai buku-buku karya Agatha Christie yang berserakan di karpet bulu. Aya sedang marathon membaca buku-buku tersebut ketika ia menyeret wanita itu ke ranjang. Beau segera berdiri, tangannya terkepal erat merasakan amarah yang kian menggelegak. Ia kembali berjalan menuju ranjang, bermaksud melanju
Daphne menerobos masuk, padahal sudah dicegah oleh Rachel, bahkan security ikut turun tangan. Namun, Beau terpaksa memperbolehkannya saat wanita itu mengancam dengan kalimat, "Kau harus membayar tagihan rumah sakitku!"Saking gembiranya Beau atas kehamilan Aya, ia lupa akan jebakan Daphne sebulan lalu. Daphne dengan tipuan permen buahnya mampu membuat Beau tersihir agar kembali menidurinya. Beruntung, ia memutuskan untuk berterus-terang kepada Aya. Awalnya Aya mendiamkannya selama dua hari, setelahnya sikap Aya berbalik 360 derajat. Ia menjadi manja dan agresif, sering menggoda Beau. Ini sungguh aneh! Apalagi setelah pengakuan Aya bahwa sebenarnya ia sudah mengetahui akal bulus Daphne. Aya mengirim orang untuk memata-matai Daphne dan Velma. Jika begitu, bukankah seharusnya Aya menjadi lebih waspada? Kenapa justru seolah sengaja membiarkan insiden ranjang rumah sakit terjadi? Apa yang sebenarnya Aya rencanakan?"Perlu kau ketahui Daphne! Aku sudah mengatakan yang sejujurnya pada Aya te
Aya merasa dirinya sedang disidang. Wiwid menyuruh Aya untuk menemuinya di kamar. Kebetulan Rengganis pamit untuk berbelanja keperluan bayi bersama ibunya yang datang berkunjung. Perkiraan kelahiran adalah awal Desember atau akhir Nopember, nyaris berdekatan dengan peluncuran buku Aya. Sedangkan Beau dan pasangan Star sudah berangkat kerja. Dapat dipastikan mereka akan kerepotan menangani media yang memburu klarifikasi dari pihak Mansion Green. Mereka sepakat untuk diam, setidaknya itu yang Wiwid perintahkan karena Wiwid meyakinkan mereka sudah memiliki rencana untuk menanggulangi skandal ini.Banyak pertanyaan terlontar untuk Aya dari sang adik. Wiwid menanyakan tentang video teror. Wiwid menuntut penjelasan dari Aya secara terperinci, dari maksudnya datang ke Mansion Henderson hingga tahapan mereka bercinta. Berapa jam ia dan Liam bercinta dan teknik apa saja yang mereka lakukan. Aya tahu, Wiwid mencurigai sesuatu. Jika sudah begini, ia tidak bisa lagi menutupinya lebih lama, percum
Rebecca Welsh keluar dari kamar mandi tanpa mau repot-repot mengenakan jubah mandi. Ia hanya mengeringkan badannya lalu mengembalikan handuk pada tempatnya semula. Pagi ini seseorang menelpon, orang itu membutuhkan tubuhnya karena sedang patah hati. Mereka pun mengadakan janji temu untuk sebuah brunch dan sebuah hidangan penutup spesial. Selama hampir dua jam, Robert Noran melampiaskan rasa frustasinya dengan menggarap tubuh Rebecca. Berita kehamilan Aya sangat memukul hatinya."Kau bilang ada janji dengan pasien setelah ini, kenapa masih memainkan ponsel?"Rebecca berkacak pinggang di hadapan Robert yang masih terbaring dengan selimut menutupi tubuh bagian bawahnya. Pria itu melirik padanya dan berakhir memandanginya. Rebecca menyeringai ketika Robert menghela napas berat."Aku bisa memberimu diskon khusus, Rob Baby!"Rebecca menaikan badannya ke atas ranjang, merangkak perlahan ke arah Robert yang menatapnya kembali penuh nafsu."Ya, aku benar-benar membutuhkannya hari ini!" Rebecca
"Kurang ajar!"Liam membanting laptopnya hingga hancur ketika ia tidak lagi bisa membuka akun yang baru saja ia rintis awal Januari kemaren. Akunnya telah hilang! Menjadikan usahanya selama ini sia-sia. Liam akan menjadi tipe yang sangat teliti dan sabar melalui serangkaian proses jika berkaitan dengan obsesinya. Ia telah merencanakan semuanya, segala langkah dan antisipasi demi mendapatkan kepemilikan atas tubuh dan hati dari Ayanti Semito. Liam bisa saja membeli akun seseorang, atau memasukan banyak follower asli ke satu akun untuk mempercepat berjalannya tahapan rencana. Ia punya banyak hacker untuk memuluskan tindakan itu. Tetapi tidak. Pria itu memilih untuk membaur. Berlagak seperti masyarakat awam yang berusaha merintis media sosial online.Liam terduduk kembali, kepalanya mendongak. Terlintas olehnya bayangan mendiang terkasih, bagaimana mereka pertama kali berjumpa.Tubuh mungil berlekuk itu sangat luwes bergerak, mengikuti musik club yang kebetulan bertempo sedikit lebih lam
"Allyson di dalam?"Amanda terlonjak, hingga menumpahkan bekalnya ke lantai dan menjatuhkan ponselnya yang masih menayangkan video yang sama."Honey ..." Suara nikmat tertahan terdengar keluar dari ponsel yang tergeletak tepat di samping sepasang kaki bersepatu pantofel mengkilap.Amanda membeku total, saat mengarahkan pandangan pada si tamu yang menanyakan keberadaan Allyson barusan. Tidak mungkin!Pria yang masih terlihat gagah di usianya yang sudah memasuki kepala enam itu mengambil ponsel Amanda. Video sudah berhenti tapi ia memutarnya ulang. Pria itu menontonnya dengan seksama tanpa menunjukan ekspresi apapun dan setelah durasi pemutaran berakhir, ia menscroll ke atas. Secara otomatis video di atasnya terputar. Ekspresinya masih sama, no expression! Matanya mengamati total pemutaran yang telah dilakukan lalu like yang diberikan dan komentar yang tertera. Ia baru menunjukan ekspresi sedikit terbelalak ketika ada nominal satu pada ikon share.Segera, jarinya mengotak-atik ponsel Am
Beau memanjakannya. Bukan hanya keperluannya tapi juga tubuhnya. Setelah mengetahui Aya hamil, Beau memutuskan pindah ke kamar Aya, ia juga sudah merobek semua dokumen nikah kontrak yang tertanda tangani. Bahkan keluarga besar Prince berencana untuk mengadakan pernikahan ulang di akhir tahun, bertepatan dengan rilisnya novel Aya bertajuk Lost in Love; The South Mansion.Berita kehamilan Aya juga sudah tersiar luas, publik sangat antusias menyambut kabar tersebut. Ini membuat Beau dan Aya semakin mesra. Aya tidak lagi menolak ajakan Beau, malah ia sering berinisiatif menggoda Beau. Seperti sekarang, saat Aya menggarap milik Beau dengan mulutnya."Sayang, Gosh!" Sensasi lidah Aya yang membelai permukaan kulit membuat Beau meringis tak karuan. Nikmat yang ia rasakan sungguh tak bertepi. Padahal mereka sedang berada di kantor dan Beau sedang berkonsentrasi dengan laporan pendanaan mega project W yang masuk. Tapi, sang istri malah menawarkan kenikmatan yang tak akan mampu Beau tolak."Oh,