Share

Bab 18. Pengakuan Juragan Karta

“Benarkah yang aku dengar itu, Kang?” tanya Anjani sambil menggendong Candrawati kecil yang terus menangis, meminta kejelasan.

Juragan Karta diam tak bisa menjawab. Di hadapannya, ada dua orang bayi yang sedang menangis, dua-duanya adalah bayi yang merupakan darah dagingnya. Tangis bayi yang saling bersautan itu benar-benar membuat kepalanya pening. Bila dia mengakui bayi yang dibawa wanita paruh baya di hadapannya, maka dia juga harus mengakui perbuatan kejinya lima belas tahun yang lalu. Perbuatan yang selama ini dia tutupi. Tapi seperti kata pepatah, serapi-rapinya bangkai disimpan lama-lama bau busuknya akan tercium juga.

“Aku tak minta apa-apa darimu, aku akan segera angkat kaki dari sini, tapi tolong rawat dan akui anak ini. Aku berani bersumpah atas nama dewa-dewa, biarkanlah semesta mengutukku bila aku berdusta. Dia anakmu!”desak wanita paruh baya itu menyakinkan Juragan Karta yang masih bimbang.

Tak mau kalah, Anjani dengat cepat meraih tangan Juragan Karta, meletakkannya di
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status