Share

Keping 80b

Langit Biru

"Harusnya Mama dan Papa datang."

"Tapi, Mama bisa kan?"

"Insya Allah Mama bisa, Sayang."

"Kalau Papa?"

Terdengar hening sebentar di ujung sana.

Aku sudah terbiasa dengan ini semua, jadi aku tidak merasa sedih ataupun sakit hati jika Papa tidak bersedia datang. Aku memang bukan anak emas Papa. Entahlah, mungkin karena secara genetik bakatku tidak mirip Papa dan Mama.

"Semoga Papa bisa datang ya Nak."

Tentu saja, selalu perkataan itu. Seperti halnya pernikahan pertamaku dahulu, Papa telat datang—kalau-kalau ia tidak tahu itu adalah anak dari relasinya, seorang tokoh politik yang sekarang juga menjadi besannya.

"Baik, Ma. Tidak apa-apa."

Aku menelan ludahku, dan merasa kesal setengah mati. Tapi, biarkan saja. Aku harus kembali bekerja, ada berderet meeting di hari ini, sampai sore mungkin hingga malam menjelang. Itu akan lebih baik ketimbang bayangan Papa dan semua hal tentangnya menghantuiku setelah percakapan pahit ini.

OOO

"Menurut Mas terapi apa si Argo?" tanya Anjani d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status