"Assalamualaikum," teriak Khalisa saat mulai memasuki rumahnya.
"Waalaikumussalaam!" balas seorang wanita setengah paruh baya yang saat ini sedang berada di dapur. Wanita cantik setengah paruh baya itu bernama Novia Yolanda, ia adalah mama Khalisa. "Sa, kata abi ada yang mau diomongin sama kamu. Kamu pergi ke kamar abi, sana gih!" ujar Novia. "Iya, Ma," balas Khalisa. Khalisa melangkah menuju ke kamar abi dan mamanya. Khalisa menebak pasti ini mengenai dirinya yang akan mulai bersekolah lagi besok. "Assalamualaikum, Abi." Khalisa tidak lupa mengucapkan salam terlebih dahulu jika baru saja memasuki ruangan pribadi kedua orangtuanya. Hendrawan Daneen, itu adalah nama abi dari Khalisa. Khalisa bisa melihat saat ini Hendra sedang berkutit dengan laptopnya. Hendra menoleh ke arah pintu seberang sana. "Waalaikumussalaam, sini sayang!" panggilnya. Khalisa pun mulai melangkah ke arah Hendra, ia kemudian duduk di pinggir ranjang. "Ada apa, Abi?" "Besok pagi kamu sudah mulai sekolah di SMA Gentara. Di sana tidak seperti pesantren. Abi harap kamu bisa berinteraksi baik dengan murid-murid di sana. Kamu juga harus bisa menjaga pandangan mata kamu, Abi tau pergaulan anak cowok dan cewek di SMA Gentara tidak terlalu diperdulikan," ujar Hendra menasihati putrinya. Khalisa mendengarkan perkataan abinya dengan seksama. Ia menjadi ingat surah an-nur ayat 31. Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupi kain kerudung ke dadanya..." Khalisa menatap lekat ke arah abinya, ia menaikkan kedua sudut bibirnya. "Inshaallah, Abi." "Abi percaya sama kamu, Sayang. Tapi Allah pasti akan menguji kamu. Kamu harus mampu menghadapi semua ujian yang ada di hidupmu nantinya." lanjut Hendra yang dibalas anggukan oleh Khalisa. Cup. Hendra mencium kening Khalisa. "Yaudah, Abi mau lanjutin tugas kantor dulu ya." "Iya, Abi jangan paksain ya kerjanya. Kalau capek Abi langsung istirahat. Lisa nggak mau kalau Abi sakit. Yaudah, Lisa ke kamar dulu," ujar Khalisa lalu melangkah pergi meninggalkan abinya. *** Khalisa mulai membuka jilbabnya, saat berada dikamarnya. Ia lalu menyisir rambut panjangnya. Ketahuilah, kadang Khalisa merasa ingin memamerkan keindahan rambut panjangnya. Tapi, ia segera menolak pikirannya tersebut. Ia tau islam sangat memuliakan wanita. Wanita disuruh menutup auratnya untuk menjaga kehormatan dirinya. Ibarat seperti dua lolipop, yang satu masih terbungkus dan satunya lagi yang tidak terbungkus. Tentu jika kita membiarkan kedua lolipop di lantai, lolipop yang tidak terbungkus akan didatangi oleh banyak semut. Sedangkan lolipop yang terbungkus akan tetap aman. Dan, misalnya ada seorang pria yang melihat kedua lolipop tersebut, tentu ia akan lebih memilih yang masih terbungkus. Karena jelas kesuciannya telah terjaga dari para semut-semut. Islam itu sangat memuliakan wanita, wanita bak seorang ratu. Yang tidak boleh disentuh sembarangan orang. Khalisa sangat bersyukur karena lahir dalam keadaan Islam. Khalisa sering menyaksikan di youtube ceramah Dr. Zakir Naik. Iman Khalisa semakin bertambah setelah melihat bukti-bukti kebesaran Allah Swt. Lalu Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban? Khalisa berdoa semoga hari pertamanya sekolah di SMA Gentara besok berjalan dengan lancar. Semoga ia bertemu dengan sahabat-sahabat yang sebenarnya. Jujur, Khalisa sedikit takut untuk bersekolah di tempat modern seperti SMA Gentara. Dia takut dirinya akan dianggap berbeda nantinya karena menggunakan seragam yang panjang, yang menutupi seluruh auratnya. Tapi, Khalisa yakin rencana yang disiapkan oleh Allah jauh lebih baik dari pada impiannya. Tidak terasa azan maghrib baru saja berkumandang. Khalisa segera mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kedua orang tuanya. Khalisa sangat berharap menjadi seperti mamanya, yang mendapatkan laki-laki sebaik dan sesholeh abinya. *** Khalisa berjalan melewati koridor sekolah SMA Gentara. Terlihat semua pasang mata menuju ke arahnya. Khalisa berusaha untuk tidak memperdulikan pandangan yang menatapnya aneh tersebut. "Assalamualaikum uhkty." "Waalaikumussalaam," jawab Khalisa pelan, saat seorang cowok terlihat bermain-main dengannya. Khalisa mempercepat langkahnya untuk menghindari cowok tersebut. Khalisa memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang cewek berambut kepang dua. "Assalamualaikum, maaf mengganggu. Kamu bisa bantu saya menunjukkan di mana ruangan kepala sekolah?" tanya Khalisa. "Aku bisa bantu kamu," balas cewek tersebut. Mereka berdua pun melangkah menuju ke ruangan guru. *** "Itu orangnya, yang pake jilbab," tunjuk seorang yang bername take Avior Diego Aldinata. Ia adalah ketua dari geng Pentara atau penguasa Gentara. Saat ini ia menyuruh Aidan untuk melakukan tantangannya akibat kalah dari balapan. Aidan menatap ke arah orang yang ditunjuk Avior. Aidan sangat tidak menyangka gadis yang dia temui kemarin dan penyebab kekalahannya hari ini ia disuruh untuk menciumnya. "Gila lo Yor, tuh cewek pake jilbab!" sahut Rizal tak habis pikir dengan apa yang disuruh oleh Avior. "Iya Yor, kasian kali!" lanjut salah satu diantara mereka yang biasa dipanggil Jojo. "Biarin aja sih, nggak semua wanita berjilbab itu suci!" Suara itu berasal dari cowok yang bername take Langit Biru Setiawan. "Gue hanya mau Aidan sadar diri kalau nggak semua cewek tertarik padanya. Gue yakin tuh cewek pasti nolak mentah-mentah Aidan, bahkan mungkin sampai ditampar," lanjut Avior tetap dengan ekspresi datarnya. Sedangkan Aidan masih terus saja menatap ke arah gadis berjilbab tersebut. "Gimana, Dan? Lo takut?" ujar Avior membuyarkan lamunan Aidan. Aidan sempat berpikir sebentar. "Gue berani!" Aidan mulai melangkah ke arah gadis yang belum diketahui namanya tersebut. Aidan berjalan dengan sok cool. Terlihat saat ini ia sudah berada di depan gadis tersebut. Gadis itu menatapnya heran, ah ia ingat, cowok ini adalah orang yang menabraknya kemarin. Mungkin cowok ini bermaksud untuk meminta maaf, pikirnya. Gadis berkepang dua mengerti akan tatapan Aidan yang seakan menyuruhnya untuk pergi, ia pun segera meninggalkan Khalisa dan Aidan. Khalisa menatap sekelilingnya, terlihat banyak sekali murid-murid SMA Gentara yang menatap ke arahnya. Khalisa menjadi semakin takut, saat cowok yang menabraknya kemarin semakin melangkah maju ke arahnya. _______________________ Jangan lupa tinggalkan jejak🔥 Salam author ❤️Aidan mengendarai motornya menuju rumah Avior. Tepat dipertengahan jalan, hujan tiba-tiba saja mengguyur jalanan ibu kota.Aidan berniat untuk menepikan motornya sejenak untuk menunggu hujan reda. Tapi niatnya dibatalkan saat melihat seorang gadis dari seberang sana yang terlihat terus berjalan di tengah-tengah hujan begini. Sepertinya gadis itu tidak sadar jika saat ini Aidan mengikutinya. Aidan jelas bisa mendengar jika gadis itu terisak seperti sedang menangis. Dia kenapa? Pikir Aidan. Aidan mengernyitkan dahinya saat gadis itu melangkah menuju ke arah jembatan. Melihat kondisi gadis itu yang seperti berantakan membuat Aidan berpikiran yang tidak-tidak. Aidan turun dari motornya, lalu mengikuti langkah gadis itu. Gadis itu berhenti tepat di atas jembatan. Gadis itu masih tidak sadar jika Aidan mengikutinya. Suara tangisan jelas di dengar oleh Aidan dari gadis itu. Apa dia mau bunuh diri?Tapi kenapa? Kenapa dia nangis seperti itu? Pertanyaan-pertanyaan itu dipikirkan oleh
"Abi, ibu kamu di mana?" tanya Khalisa. Saat ini ia sudah berada di rumah pria itu tepat pada pukul lima sore. "Dia mungkin ada di kamar, ibu udah nunggu kamu dari tadi," jawab Abi. Khalisa mengangguk. Tapi ia merasakan sesuatu yang aneh saat ini. Mengapa rumah Abi seperti tidak ada orang lain selain mereka berdua. Semua ART pria itu tampak tidak terlihat. "Kamu tunggu di sini aja dulu ya, aku mau manggil ibu," ujar Abi. Hanya selang beberapa menit Abi kembali menuju Khalisa dengan membawa segelas jus jeruk."Ini kamu minum dulu, ibu aku masih mandi," ujarnya lalu menyodorkan jus jeruk untuk Khalisa.Khalisa mengambil jus jeruk yang diberikan oleh Abi."Makasi," ujarnya. Lalu meminum jus jeruk tersebut hingga menyisakannya setengah."Sebenarnya aku mau ngomong sesuatu sama kamu," lanjut Khalisa."Oow ya, mau ngomongin apaan?" tanya Abi."Umm, ibu kamu kok sampai sekarang nggak keliatan.""Kamu cuma mau ngomongin itu? Astaghfirullah kamu gemas banget sih, Sa. Ibu aku katanya harus
Tidak ada manusia yang suci di dunia ini, semua orang pasti memiliki dosa. Semua orang pasti memiliki kesalahan. Tapi sebaik-baik orang yang melakukan dosa adalah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Begitu pun juga dengan Khalisa. Saat tiba di SMA Gentara, ia langsung mencari keberadaan Abi. Dirinya ingin menyelesaikan semuanya. Betapa bodohnya ia, semalam ia hanya mengangguk menjawab pertanyaan Abi. Itu artinya dirinya sudah melupakan larangan Allah untuk tidak mendekati zina. Abi memang laki-laki baik. Tapi laki-laki yang sebenarnya baik sudah pasti tidak akan mengajak untuk melakukan kesesatan. Semalaman Khalisa menyesali perbuatannya. Kenapa malam itu ia terbuai oleh perkataan Abi untuk berpacaran. Ini tidak boleh. Hari ini, Khalisa akan mengakhiri semuanya. Khalisa tidak peduli walaupun hubungannya hanya berlangsung beberapa jam. Dirinya sungguh menyesal.Khalisa bisa saja menghubungi Abi lewat handphone, tapi ia ingin meminta maaf secara langsung
Khalisa mengecek handphonenya, sudah tertera pukul 21.34 pm dan dirinya masih berada di rumah Abi.Jangan salah paham dulu! Mereka bukan hanya berdua, tapi Adelia, Surya dan Farel juga bersama mereka. Ibu dan juga adik perempuan Abi, juga ada di sana. Khalisa tidak terbiasa tidak ada di rumahnya pada jam segini. Ia sudah berapa kali mengecek handphonenya untuk melihat jam. "Astaga, gue kayaknya harus pulang duluan. Adik gue tiba-tiba aja sakit dan sekarang adik gue di rumah sakit." Suara histeris itu berasal dari Adelia setelah membaca pesan dari mamanya. "Yaudah, lo pulang aja Del! Biar kita yang lanjutin tugasnya," balas Abi. "Terus aku pulangnya nanti sama siapa dong?" tanya Khalisa. Memang, saat berangkat ke rumah Abi, Adelia lah yang menjemput gadis itu ke rumahnya. "Aduh Sa, sorry banget ya. Soalnya kasian ibu gue sendirian di rumah sakit. Lo pulang nanti sama Abi aja ya," balas Adelia. Khalisa hanya menghela napas pasrah mendengarkan perkataan gadis itu.Adelia beralih men
"Kecerdasan yang paling cerdas adalah takwa. Dan kebodohan yang paling bodoh adalah maksiat."¶¶¶"Lo ngapain ke sini?!" Suara ketus itu berasal dari Abi ketika Aidan saat ini sudah berdiri di dekat Khalisa. Aidan menatap malas ke arah Abi. "Santai dong bro, keliatan banget lo takut kesaing sama gue," ujarnya seraya tergelak. "Hai Bos, lo duduk di dekat gue aja sini!" sahut Glen, ia memang sangat mengagumi para anggota Pentara. Abi menoleh ke arah Glen. "Lo apaan sih, Glen!" ketusnya."Kok lo kayak nggak suka banget sama gue," Aidan menatap ke arah name take cowok itu. "Nama lo bagus juga ya, Abibanyu Latif Affan," lanjut Aidan. Abi menatap tajam ke arah Aidan. "Kamu ngapain ke sini?! Jangan buat ulah lagi deh!" sahut Khalisa yang sebelumnya hanya diam."Nyamperin lo kali Sa," sahut Lili seraya tersenyum jahil ke arah Khalisa. Aidan menaikkan salah satu sudut bibirnya memandang ke arah Khalisa. Ia sebenarnya penasaran dengan nama panjang gadis itu. Karena name take yang dipakai
"Abi!" panggil Khalisa seraya mempercepat jalannya untuk mengejar pria itu. Khalisa baru saja tiba di SMA Gentara, saat hendak ingin melangkah ke kelasnya, ia melihat Abi berada di depannya dengan jarak yang cukup jauh.Abi menoleh ke belakang saat mendengar panggilan tersebut. Ia menghentikan langkahnya saat mengetahui orang yang memanggil dirinya adalah Khalisa.Abi menaikkan kedua alisnya."Kenapa, Lisa?" tanyanya. "Sebentar," balas Khalisa. Ia lalu membuka resleting tas punggungnya."Ini uang kamu," ujar Khalisa seraya memberikan sebuah amplop putih kepada Abi. Abi terlihat tergelak melihat tingkah Khalisa saat ini. Menurutnya gadis di depannya saat ini sangat lugu. "Ya ampun Lisa, kamu lucu banget sih. Pake di amplopin segalak," ujar Abi lalu kembali tergelak. Tanpa sadar Khalisa menaikkan kedua sudut bibirnya melihat Abi saat ini."Astaghfirullah!" gumam Khalisa saat menyadarinya, ia segera menggelengkan kepala. "Eh, kamu kenapa?" tanya Abi yang tentunya mendengar perkataa