Home / Romansa / Atasan Posesif itu Mantan Suamiku / Bab 29. Harga yang pantas untuk dibayar

Share

Bab 29. Harga yang pantas untuk dibayar

Author: Miarosa
last update Last Updated: 2025-04-07 22:54:36

Archer bersandar santai di kursinya. “Aku hanya menunjukkan pada dunia kebenaran, Henry atau kau ingin tetap buta pada perempuan yang jelas-jelas mengkhianatimu?”

“Kau tidak tahu apa-apa tentang kami!” Henry membanting tangannya ke meja, wajahnya memerah. “Kau tidak tahu bagaimana aku mencintainya. Kau tidak berhak mencampuri urusan pribadiku!”

Archer tidak mundur, tidak gentar. “Kau masih bertindak seperti anak kecil. Kau pikir cinta bisa menyelamatkan masa depanmu? Kau pewaris Wilmington. Hidupmu bukan hanya tentang perasaan. Kau butuh stabilitas. Yolanda memberimu itu.”

Henry tertawa miris. “Apa itu? Stabilitas? Atau kendali? Kau ingin aku jadi boneka yang bisa kau arahkan sesuka hati?”

Archer berdiri, perlahan. “Aku ingin kau menjadi pria yang tidak dikendalikan oleh kelemahan emosional. Kau pikir aku membangun ini semua dengan cinta? Dunia ini dibangun oleh pilihan logis dan aliansi strategis.”

Henry menggeleng. “Kau membangun semuanya dengan kekejaman.”

Keheningan menggant
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 30. Tembok tinggi

    Aurora berdiri di pantry kantor dengan secangkir kopi yang sudah dingin di tangannya. Kepalanya masih terasa berat oleh tatapan Henry pagi tadi—dingin, tanpa kata, namun menyakitkan. Langkah cepat seseorang membuatnya menoleh. “Aurora!” Florien muncul dengan wajah cemas dan napas terengah. “Aku langsung ke sini setelah lihat foto itu. Kamu… kamu baik-baik saja?” Aurora mengerjap, berusaha tersenyum meski lelah. “Sepertinya aku masih jadi pusat gosip." Florien menghela napas dalam-dalam, lalu menyodorkan ponselnya. Di layar masih terbuka foto yang sudah viral di lingkaran terbatas mereka: Aurora dan Jordan, tampak berciuman di depan gedung apartemen. “Vernon menemukan ini. Dia kaget setengah mati. Dia bahkan sempat pikir ini editan." “Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa,” sela Aurora dengan nada lirih. Florien terdiam, matanya menyiratkan simpati yang dalam. “Benarkah?" “Iya ” Aurora menatap cangkirnya dengan hampa. “Itu bukan ciuman yang kuminta, bahkan bukan ciuman

    Last Updated : 2025-04-08
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 31. Akan tersingkir pelan-pelan

    Esok paginya, foto itu tersebar. Kini giliran Henry yang menjadi bahan gosip. Aurora melihatnya di ponsel Florien. Tidak ada satu otot pun di wajahnya yang bergerak. Ia hanya menyerahkan kembali ponsel itu dan berkata, “Kopi pagi ini hambar sekali, ya.” Florien hampir melempar meja. “Astaga, Aurora! Kamu nggak bisa terus-terusan mematikan perasaanmu seperti ini!” “Kalau kamu jadi aku, apa yang akan kamu lakukan?” bisik Aurora sambil menatap Florien tajam. Florien terdiam. “Kalau kamu sudah menjelaskan, sudah memohon untuk dipercaya, tapi tetap dianggap pengkhianat, kamu masih akan berjuang?” Florien tidak menjawab. Aurora melanjutkan dengan lirih, “Aku hanya tidak ingin menghancurkan diriku sendiri untuk seseorang yang tidak pernah percaya padaku.” Sementara itu di apartemen Henry sore harinya, Henry kembali gelisah. Bukannya merasa menang, ia justru makin terpuruk. Aurora tetap tak bergeming. Tidak ada ledakan emosi, tidak ada air mata, tidak ada cinta? “Dia benar-benar sudah

    Last Updated : 2025-04-09
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 32. Undangan

    Keesokan harinya, media sosial masih dipenuhi potongan-potongan video saat Henry memeluk Yolanda di acara peluncuran proyek. Judul-judul headline makin menggila: “Cinta CEO dan Pewaris Muda, Keluarga Besar Wilmington Group Restui Hubungan Mereka?” — “Aurora dan Henry Resmi Berakhir?” Aurora membaca semuanya dengan tatapan datar, tapi isi dadanya berkecamuk seperti kapal karam. Ia bukan lagi topik utama, tapi entah kenapa rasanya jauh lebih menyakitkan saat tidak diperhitungkan sama sekali. Florien menutup laptopnya, menghela napas. “Aku tahu kamu lelah.” Aurora mengangguk. “Aku lelah berharap.” “Kalau begitu berhentilah.” “Aku sudah, tapi rasa sakit ini tetap tinggal.” Florien menggenggam tangan Aurora. “Kalau kamu perlu pergi jauh untuk benar-benar sembuh." Aurora menoleh. “Meninggalkan semuanya?” “Untuk menyelamatkanmu dari dirimu sendiri.” *** Aurora duduk di ruangannya yang kini terasa terlalu besar, terlalu sunyi. Komputer menyala, email-email belum terbaca menumpuk, ta

    Last Updated : 2025-04-10
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 33. Wine dan Parfum

    Florien terdiam. Ia sebenarnya ingin tetap diam, ingin membiarkan Henry menanggung akibat dari kebodohannya sendiri. Tapi di satu sisi, ia tahu kakaknya masih mencintai Aurora dan jauh di dalam hati kecilnya, Florien percaya—mereka masih punya kesempatan. Ia akhirnya berkata pelan, “Dia ke Berlin.” Henry terkejut. “Berlin? Sendirian?” “Enggak juga. Dia pergi sama pengacaranya. Andrew Smith.” Seketika Henry merasa sesak. “Untuk apa?” tanyanya. Florien menjawab singkat, “Mengurus properti pribadi, dan menghadiri peluncuran koleksi perhiasan terbaru dari Beian.” Henry membeku. Acara itu internasional, dihadiri banyak tokoh penting. Aurora akan berada di pusat perhatian, mengenakan gaun terbaiknya, dengan tatapan tenang seperti biasa. Dan dia? Ia bahkan tak tahu kalau wanita yang ia cinta sudah sejauh itu meninggalkannya. “Mungkin ini waktumu membenahi segalanya,” ucap Florien pelan. “Atau kalau kamu tidak cepat, mungkin kamu harus siap kehilangan dia selamanya.” Telepon

    Last Updated : 2025-04-12
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 34. Pesan

    Kota Berlin di pagi hari terlihat indah dari balik jendela hotel bintang lima tempat mereka menginap. Aurora berdiri membelakangi pemandangan, menggenggam cangkir teh chamomile hangat. Hatinya masih kacau, pikirannya masih berputar pada Henry, meskipun ia sudah ratusan kali berkata pada dirinya bahwa ini sudah keputusan terbaik. Andrew mengetuk pintu kamarnya pelan. “Aurora?” Ia membuka pintu, masih mengenakan setelan tidur sutra abu-abu lembut. “Ada apa?” Andrew berdiri di ambang pintu dengan senyum ramah, mengenakan kaus putih dan celana lounge. "Tadi aku pesen cokelat panas. Kalau kamu mau—” Ponsel Aurora bergetar di tangan. Ia menunduk, mengerutkan alis. Nama pengirim: Yolanda. “Sebentar ya.” Ia mundur masuk ke kamar dan menutup pintu perlahan sebelum membuka pesan tersebut. Pesan pertama: Ada yang merindukan dia? Tertempel di bawahnya: sebuah foto. Aurora nyaris menjatuhkan ponsel saat melihat gambar itu. Sebuah tempat tidur berantakan, seprai putih, dan sosok Hen

    Last Updated : 2025-04-14
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 35. Rekayasa

    Suasana kota London pagi itu terasa hening dari lantai atas apartemen Henry. Hujan rintik-rintik di pagi hari membasahi jendela kaca yang besar, menciptakan irama lembut yang menenangkan. Henry baru saja keluar dari kamarnya, hendak menuju dapur untuk mengambil air. Ia baru saja selesai mandi dan lupa membawa ponselnya yang tertinggal di meja nakas. Ia melangkah ringan di lorong, mengenakan kaus hitam dan celana tidur. Namun langkahnya terhenti seketika saat mendengar suara Yolanda dari kamarnya. Suara percakapan Yolanda yang begitu lantang membuatnya ragu. Ia menyipitkan mata, berdiri setengah tersembunyi di balik dinding. "Iya, semuanya berjalan sesuai rencana," suara Yolanda terdengar jelas, penuh kebanggaan. Ia sedang berbicara di telepon. Henry menahan napas, tubuhnya seketika kaku. "Dia mabuk berat malam itu. Dia bahkan tidak sadar apa yang terjadi." Yolanda tertawa kecil, geli sendiri. Henry membelalak. “Dan mengenai foto itu, saat Aurora dicium oleh Jordan, sepertinya

    Last Updated : 2025-04-17
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 36. Rindu dalam diam

    Yolanda menggigit bibir. "Aku… aku cuma—" Henry melangkah maju, nadanya dalam dan penuh tekanan. "Jangan bohong lagi, Yolanda! Aku dengar semuanya dari awal." Yolanda terdiam. Henry mendekat, sorot matanya menyala. "Kamu hancurkan hidupku. Kamu bikin aku menyakiti orang yang paling aku sayang di dunia ini. Kamu manipulasi aku waktu aku paling rapuh. Apa kamu sadar apa yang kamu lakukan?!" "Henry, aku cinta kamu!" pekik Yolanda tiba-tiba. "Aku cuma ingin kamu sadar kalau Aurora itu tidal layak untukmu!" "Diam!" bentak Henry, suaranya menggetarkan ruangan. "Cinta? Kamu sebut itu cinta?! Kamu cuma obsesif, Yolanda. Kamu tega menjatuhkan orang lain demi rasa posesifmu yang sakit." Wajah Yolanda mulai berkaca-kaca, tapi Henry tak goyah. "Mulai hari ini, kamu keluar dari hidupku. Satu langkah lagi kamu ganggu Aurora, dan aku pastikan kamu dihukum atas semua fitnah yang kamu sebarkan." Yolanda membuka mulut hendak membela diri, tapi Henry mengangkat tangan, menghentikannya.

    Last Updated : 2025-04-18
  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 37. Pesta

    “Tidak ada lagi revisi setelah ini?” tanyanya dingin. “Tidak, ini final. Setelah ini merger akan diumumkan ke publik,” jawab Clara cepat, mencoba membaca suasana hati bosnya. Henry akhirnya mengambil pena itu. Dengan satu tarikan tegas, ia membubuhkan tanda tangannya. Seketika ruangan bergemuruh oleh suara ucapan selamat. Beberapa orang berdiri dan menjabat tangan Henry. Tapi dia hanya memberikan senyum tipis, sopan dan datar, seperti bayangan di kaca. “Terima kasih atas waktunya,” ucap Henry singkat, berdiri. “Saya ada penerbangan segera. Clara, koordinasikan sisanya.” Clara mengangguk, sedikit cemas. “Apakah saya perlu ikut ke Berlin, Tuan?” Henry berhenti sejenak, menatapnya. “Tidak. Ini urusan pribadi.” Kemudian ia berbalik, melangkah keluar ruang rapat tanpa banyak bicara. Langkahnya cepat, mantap, dan tanpa ragu. Kali ini, tidak ada yang akan menghalanginya. Tidak bisnis, tidak juga logika. Ia sudah terlalu lama menunda perasaannya. Kini, waktunya mengejar sesuatu yang

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 56. Bayang-bayang kegelisahan

    Henry tidak mengalihkan tatapannya, malah semakin dalam menatap Aurora, seolah ingin menggali isi hatinya. "Aku tidak pernah lebih serius dari ini." Aurora menelan ludah, hatinya berdebar kencang. Ia memilih kata-kata dengan hati-hati, takut melukai pria yang kini menatapnya seolah dirinya adalah satu-satunya hal berharga di dunia ini. "Aku tidak ingin gagal lagi dalam pernikahan kita," ujarnya lirih. "Aku... aku masih belum siap." Henry terdiam sejenak, seakan menelan setiap kata yang baru saja keluar dari bibir Aurora. Lalu, dengan penuh kesabaran, ia berkata, "Aku mengerti." Jemarinya menyusuri pipi Aurora dengan kelembutan yang begitu hati-hati. "Kamu masih meragukanku. Kamu takut aku belum benar-benar berubah, takut aku akan mengulangi masa lalu yang menyakitimu." Henry menarik napas dalam, matanya berkabut dengan emosi. "Tapi setidaknya, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku mohon, Aurora." Aurora memandangnya, dan saat itulah ia melihat sesuatu di mata pria itu—ses

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 55. Lamaran pernikahan

    Alih-alih menjawab, Aurora justru menarik kerah kemeja Henry dan kembali menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang lebih dalam, lebih penuh perasaan. Kali ini, tidak ada keraguan di antara mereka hanya ada cinta yang mengalir begitu deras di antara bibir yang saling menyatu dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Aurora merasa pulang. Aurora nyaris tak sempat menarik napas ketika Henry menariknya lebih dekat, tubuh mereka menyatu dalam gelombang kehangatan yang mendesak. Ciuman pertama hanyalah awal sebentuk godaan, sebuah janji. Namun, begitu bibir mereka bersentuhan lebih dalam, semuanya runtuh. Tidak ada ruang untuk kebohongan atau penyangkalan. Lidah Henry menyusup masuk, mengklaim, menuntut, seolah ingin mengingatkan Aurora bahwa di antara mereka tidak pernah ada kata "cukup." Aurora seharusnya menjauh, seharusnya menolak, tetapi bibirnya dengan sendirinya membalas—lapar, haus akan sentuhan yang begitu akrab namun terasa baru. Henry mengerang rendah saat Aurora merema

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 54. Tenggelam dalam pesona

    Aurora menatapnya dengan senyum jahil, merasa puas telah berhasil membuat Henry terdiam. "Kenapa? Tidak menyangka aku akan melakukan itu?" tanyanya dengan nada menggoda.Henry menelan ludah, kemudian tiba-tiba ia meraih pinggang Aurora dan menariknya ke dalam pelukannya, membuat wanita itu terkesiap."Kalau begitu, aku juga mau coba rasa es krim dari bibirmu," bisik Henry sebelum mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari Aurora.Aurora refleks menutup mata saat bibir Henry menyentuh sudut bibirnya, mengecupnya dengan lembut. Itu hanya sentuhan ringan, tetapi cukup untuk membuat Aurora merasakan gemuruh perasaan yang sudah lama ia tekan dalam hatinya."Henry...." bisiknya, nyaris tanpa suara.Henry menjauh sedikit, menatapnya dalam. "Aurora...." suaranya rendah dan penuh perasaan. Aurora menggigit bibirnya, perasaannya bercampur aduk. Tetapi sebelum ia bisa mengatakan apa pun, Henry mengelus pipinya yang masih berlumuran es krim.Lalu, tiba-tiba Henry menyeringai lagi. "Tapi aku bel

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 53. Perang es krim

    Henry rela melakukan apa pun, termasuk mempermalukan dirinya sendiri, jika itu bisa membuat Aurora tertawa seperti ini lagi.Henry mengusap tengkuknya, tersenyum kecil. "Aku tahu aku buruk dalam menari, tapi kalau itu bisa membuatmu tertawa seperti ini, aku rasa tidak terlalu buruk juga."Aurora menggeleng-geleng sambil masih terkikik. "Oh, Henry. Aku harus mulai sering menyuruhmu melakukan hal-hal aneh seperti ini."Henry menelan ludah. "Tolong, jangan!"Aurora menatapnya dengan mata berbinar penuh rencana. "Kita lihat saja nanti."Henry mendengus, menaruh tangan di pinggang. "Jadi, bosku yang terhormat, ada permintaan lain?"Aurora menatapnya dengan mata berbinar penuh kejahilan. "Aku ingin es krim."Henry mengangguk. "Baiklah, aku akan mengambilkannya untukmu."Namun, Aurora mengangkat satu jari, menatapnya serius. "Tapi aku mau yang banyak! Sangat banyak! Aku ingin bisa makan es krim sampai hatiku puas!"Henry menghela napas, tapi kemudian tersenyum kecil. "Baik, Tuan Putri. Aku a

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 52. Bayang-bayang masa lalu

    Henry terdiam, pikirannya berputar cepat. "Apa yang dia katakan?" "Jika kamu tidak mau menemuinya, dia akan mengungkap semuanya. Dia akan memberi tahu dunia siapa ayah dari anaknya. Dia mengancammu, Henry." Henry mendengus marah. "Dia tidak akan berani melakukan itu." Florien mendecak. "Oh, percayalah, seorang wanita yang terpojok bisa melakukan apa saja. Kamu mungkin menganggap ini hanya gertakan, tapi aku yakin dia benar-benar akan melakukannya." Henry mengebrak meja dengan kepalan tangan yang mengeras. "Sial!" Dadanya naik turun. Baru saja ia merasa kehidupannya kembali menemukan arah—Aurora, kebahagiaan yang mulai ia bangun kembali dan sekarang, masalah ini datang menghantamnya seperti ombak besar yang menghancurkan segalanya. Florien menghela napas. "Apa Aurora sudah tahu?" Henry menggeleng. "Tidak dan dia tidak boleh tahu." "Bagus. Jangan sampai dia tahu atau kamu akan kehilangan dia lagi selamanya. Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian berdua." Henry mengep

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 51. Wajah penuh harap

    Sang dokter tersenyum tipis lalu pergi, meninggalkan mereka bertiga di kamar. Henry duduk di tepi ranjang dan menghela napas panjang. "Nenek benar-benar membuat kami khawatir! Aku hampir kena serangan jantung juga, tahu!" Aurora mengangguk setuju sambil menghapus air mata yang sempat jatuh. "Iya, Nek. Sebaiknya Nenek tidak terlalu banyak beraktivitas. Aku takut terjadi sesuatu pada Nenek." Margarita tersenyum, lalu meraih tangan Aurora dengan genggaman hangat. Ia menatap wanita itu dengan mata penuh harap. "Aurora, kamu sayang pada Nenek, kan?" Aurora terdiam sejenak, lalu mengangguk. Ia tahu, di balik semua tingkah dan kelicikan Margarita, wanita itu hanya ingin melihat keluarganya bahagia. Namun, ia juga merasa ada sesuatu yang mencurigakan di balik pertanyaan itu. "Tentu saja. Aku sudah menganggap Nenek sebagai Nenekku sendiri." Margarita tersenyum penuh kemenangan. "Kalau begitu, apa kamu mau tinggal sedikit lebih lama di sini?" Henry nyaris tersedak udara. Ia menoleh ke a

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 50. Sandiwara Margarita

    Pelayan itu menelan ludah. "Tapi kalau Tuan Muda tahu, dia pasti akan marah."Margarita terkekeh pelan, suaranya penuh keyakinan. "Percayalah! Begitu dia tahu alasan di balik ini semua, dia akan berterima kasih."Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki berlari-lari di luar."Ah, akhirnya mereka datang." Margarita buru-buru menutup matanya. Sebelum itu, ia sempat menoleh pada Nicholas dan memperingatkan dengan suara pelan, "Ingat, kau harus terlihat sedih. Kalau perlu, keluarkan air mata. Jika tidak, kau kupecat!"Nicholas menghela napas, bersiap memainkan perannya.Pintu kamar terbuka dengan keras, hampir membentur dinding. Henry masuk lebih dulu, napasnya tersengal, wajahnya penuh kepanikan. Aurora menyusul di belakangnya, matanya dipenuhi kecemasan."Nenek!" Suara mereka berseru hampir bersamaan.Henry langsung berlutut di samping ranjang dan meraih tangan Margarita. Matanya yang biasanya tajam kini tampak kaca-kaca. Dengan suara parau, ia berkata, "Nek, jangan mati dulu! Aku belum

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 49. Menggenggam hati

    Aurora hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Mereka berkuda selama beberapa menit, menikmati keheningan yang tidak lagi terlalu canggung. Hingga akhirnya, matahari semakin tinggi di langit, menandakan sudah saatnya mereka kembali. "Mau pulang?" tanya Henry. "Ya." Mereka kembali ke kandang, menyerahkan kuda-kuda itu kepada para pekerja. Lalu, berjalan beriringan menuju rumah. Namun, tiba-tiba Henry menghentikan langkahnya. Aurora menoleh, lalu mendapati dirinya terperangkap dalam tatapan pria itu. Mata biru Henry menatapnya dalam-dalam, menelusuri wajahnya seolah sedang mencari sesuatu. Ada keheningan di antara mereka, keheningan yang begitu pekat hingga Aurora bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Aurora menelan ludah, mengangkat sedikit dagunya, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Henry tidak mengatakan apa pun. Aurora merasakan lagi energi yang bergejolak di sekitar Henry, seperti badai yang siap meledak kapan saja. Hawa panas yang dipancarkan lelaki itu membuat dadan

  • Atasan Posesif itu Mantan Suamiku   Bab 48. Berkuda

    "Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Henry dingin, suaranya terdengar tajam.Andrew tidak terpengaruh oleh sikap permusuhan Henry. Dengan santai, ia menjawab, "Aku hanya ingin melihat keadaan Aurora di sini. Aku ingin tahu, apakah dia bahagia atau justru merasa tertekan?"Henry tersenyum miring, lalu melirik Aurora. "Seperti yang kamu lihat, Aurora senang berada di sini. Bukankah begitu, Sayang?"Namun, Aurora tidak menjawab. Ia sengaja mengabaikan Henry, membiarkan pria itu semakin kesal, lalu memilih untuk langsung berbicara pada Andrew."Apa yang membuatmu datang ke sini?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih hangat dibanding saat ia berbicara dengan Henry.Andrew tersenyum kecil. "Besok aku akan kembali ke Inggris. Apa kita akan pulang bersama?"Seketika ruangan terasa membeku.Henry menatap tajam Andrew, rahangnya mengeras. "Kalian tidak akan pulang bersama. Aurora akan pulang bersamaku."Jesselyn yang duduk di sampingnya langsung menyenggol kaki Henry di bawah meja, memberi i

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status