Share

155. Di Rumah Tuhan

[POV Adrian]

-----

Masih dalam mantra kesunyian, tiada satu pun suara dalam ruang kecuali hisak tangis Fany di lengan Alfred. Hisak yang membuat mataku basah dan tangan bergetar ingin menghampirinya untuk berkata, 'jangan menangis'.

Ini pasti berat untuk Fany, mengetahui realita panas yang menyiksa dalam kurun waktu nyaris bersamaan. Bagaimana lagi, realita adalah obat dari segalanya.

"Aku tidak sanggup lagi."

Melepas Fany, Alfred beranjak bangkit dari duduknya, membuka pintu hendak pergi dari ruang yang hampa. 

Fany menarik tangannya. "Al, mau ke mana?"

Melepas genggaman, Alfred pergi dari ruang bersama isi hatinya yang pasti tersiksa, t

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status