Share

Audacity
Audacity
Penulis: WarmIceBoy

-Prolog-

Mobilku berenang di jalan penuh lautan cahaya kawasan pantai Manhattan, California. Aku tidak sendiri, dia bersamaku di kursi sebelah. Tiada musik selain suaranya.

"Kau tahu, Kakakmu benar-benar menyebalkan. Bagaimana mungkin dia melakukan hal ini kepadaku di malam spesial kami. Dia lebih memilih jalang itu ketimbang diriku. Kau dengar Adrian?"

"Dia bukan jalang, dia Estefany Reine dan yeah, Alfred memang idiot." Kau yang jalang, wanita sialan. Percuma, dia tak mendengar dan terus berkicau seperti burung beo baru bisa bicara.

Sesekali aku mengamati wajahnya yang seperti barbie. Bibir sensual, mata kecil beralis lentik indah, hidung mancung, wajah tirus nan menawan. Alfred sialan, kau sungguh beruntung mengenal gadis ini dan begitu tolol untuk tidak membawanya keranjang, malah menyuruhku mengantarnya pulang ke apartemen.

Sambil mengemudi mobil aku mengangguk merespon semua keluh kesalnya sembari sesekali memberi respon. "Ya, kau benar. Alfred memang tolol." Respon sama untuk kelima kalinya.

Tapi sesekali ucapan si blonde menyayat hati, seperti sekarang. "Gara-gara dia aku terpaksa naik mobil tua karatan!" Dia menendang dashboard hingga pintu terbuka, menumpahkan air dalam botol membasahi gaun malam satin hitamnya.

Aku melambatkan mobil menepi ke bahu jalan. Menoleh ke arahnya. "Kau tak apa-apa?" Awas saja kalau sampai dashboard-ku rusak. Aku buang dia ke laut.

"Urggh! Apa perlu kujawab?" Dia mengangkat tangan dengan jijik meratapi bagian bawah gaun dan paha mulusnya. "Lihat gaun mahalku, rusak karena air!"

"Malam yang menyebalkan." Aku beri sedikit senyum untuknya, kembali memacu mobil. Itu bir murah yang kusimpan untuk cadangan kala haus. "Mau ke bar, minum-minum sedikit sebelum pulang ke apartemen?"

Dadanya membesar lalu kempes mendadak. Jari-jarinya memijat pelipis. Aku yakin malam ini benar-benar malam istimewa untuknya dan Kakakku, tapi hancur karena kehadiran Fany. Kasihan gadis ini dan mubazir jika Sang sosialita menganggur malam ini. 

Aku mengambil sapu tangan hitam yang kontras dengan kulit putih pahanya, mengusap lembut noda air di sana. Tiada perlawanan darinya, membuatku semakin berani mengelus semakin naik ke atas hingga gaun sedikit terangkat. Dia sadar, mengusir tanganku.

Aku beri saran baginya. "Bagaimana dengan pub di depan apartemenku? Kita bisa minum-minum sampai pagi."

"Baiklah, badboy, kau menang. Malam ini, buat aku melayang ke angkasa, ok."

"Akan kubuat kau melayang ke surga."

Wanita selalu memberi kode yang bertentangan. Tadi dia menolak, sekarang dengan tawa nakalnya pertanda jika dia menginginkannya juga. Mungkin marah membuat otaknya terganggu, atau hatinya kalut, terserah, bukan urusanku.

Terus terang bukan hanya dia yang terendam dalam api amarah dengki, aku pun ingin menggilas Alfred memakai traktor. Aku pikir malam ini akan menjadi akhir hubungannya dengan Fany, nyatanya malah menjadi babak baru.

Ketika dua insan dilanda kecewa, sedikit bir dan ketabahan telinga pria mendengar curhat kesal, akan berakhir dengan surga dunia. Itu yang biasanya terjadi dan sedang aku usahakan untuk terjadi. 

Mobilku berhenti di depan apartemen, kami menyeberang masuk pub, menghabiskan tiga brandi lalu masuk ke apartemen. 

"Adrian, apa ini akan baik-baik saja? Maksudku, kamu adik kandung Alfred, ini bisa menjadi--"

"Skandal memacu adrenalin sayang, kujamin rasanya akan berkali-kali lebih nikmat."

"Tapi ... tidak, lebih baik kita batalkan saja Ad, ayo, antar aku pulang sekarang juga. Mumpung ini belum terlambat."

Aku genggam jari-jari lentik berkuku merah delima, membimbing guna meraba perutku, lalu kupandu naik ke dada, ke pipi. "Jika kau mundur, tiada kesempatan kedua untuk mencoba hubungan ini. Kamu sangat cantik hingga membuat bidadari malu, kamu terlalu berharga untuk disakiti. Aku tidak tega melihatmu menangis, ijinkan aku menghiburmu malam ini, bidadari tanpa sayap."

Jarinya bergetar. Senyum tulus menyeruak ketika pipinya perlahan memerah seperti plum. "Tapi--"

Aku tertunduk menyembunyikan netra, melepas tangannya, lalu menggapai jari tangan lain, memberi elus penuh harap. "Baiklah, ayo kuantar--"

Dia menjawab, "Nah, kau benar. Jika dia bisa bersama jalang itu, kenapa aku tidak bisa bersamamu?"

"Namanya Fany, bukan jalang." Aku buka pintu apartemen menggandengnya masuk ke sarang cintaku. "Semua akan baik-baik saja. Kita akan ke surga dunia, sayang."

"Bagaimana jika Kakakmu tahu?"

"Ini akan menjadi rahasia kecil kita, sayang." Sambil menutup pintu kuyakinkan dia. "Alfred sedang bersama Fany. Apa kau tidak ingin bersamaku?"

"Bukan, bukan begitu. Tapi kamu tahu kan, aku dan Kakakmu sudah--"

Persetan dengan semua itu. Aku desak badannya dengan milikku, mengunci bibir kenyal seksi dengan punyaku, hingga kami mendarat ke kasur lebar dengan penuh birahi. Ya, persetan dengan wanita ini atau Alfred. Malam ini dia milikku. Setidaknya kita impas, Alfred Bened.

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rena
aq mampir Thor,
goodnovel comment avatar
yossha
bab ini keren banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status