Share

Chapter 2

Sean memasuki mansion nya, pria itu menilik keadaan Aurora yang masih terbaring lemas di atas tempat tidur. Gadis itu masih terlelap, padahal ini sudah sangat sore. 

"Dia baru saja saya suruh untuk istirahat tuan. Rora kembali menimba air di kolam renang." ujar Smith memberitahu.

"Jangan sampai dia mati, kalian yang harus menanggung akibatnya!" ancam Sean membuat paman Smith mengeryitkan kening nya dalam. 

Sean kemudian berlalu begitu saja, masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Lelaki itu mengasah kemampuan menembaknya, namun pikiran nya di hantui dengan permintaan Daddy nya tadi siang.

"Sialan...!" umpat Sean lalu pria itu memilih pergi ke kamar untuk mandi. malam ini Sean harus pergi malam malam yang sudah di rencanakan oleh Andreson. 

Lelaki itu menekan wajah dinginnya ketika memasuki restoran mewah, Bahkan restoran tersebut adalah salah satu milik keluarga Egalia. Wanita cantik nanti sexy, berpakaian sangat terbuka menampakkan senyum mengambang di wajahnya. 

Tanpa malu, wanita yang bernama Alice itu langsung bergelayut manja di leher Sean. Namun dengan cepat Sean mendorong wanita itu hingga jatuh kembali di tempat duduk nya. 

"Tidak bisakah kau bersikap lembut sedikit?" protes Alice sambil membenarkan pakaian nya yang sedikit berantakan.

"Dan tidak bisakah kau bersikap jual mahal sedikit!" suara dingin itu akhirnya membalas ucapan Alice. "Kau yang sudah menghasut Daddy juga untuk bertemu dengan ku bukan? Apa yang kau inginkan?" tanya Sean dengan wajah datar nya. 

"Aku mencintai mu, tidak bisakah kau menikahi ku. Sean, kita kenal sudah sejak kecil. Logika mana jika kau tidak memiliki perasaan pada ku?" dengan bangga nya Alice mengatakan semua itu hingga membuat Sean ingin muntah.

"Membuang waktu ku saja!" cicbir Sean kemudian pria itu beranjak pergi. Ia bahkan tidak mempedulikan teriakan Alice yang terus memanggil namanya. 

Sean pergi ke rumah utama, menemui Daddy dan adik perempuan nya yang sedang asyik bercengkrama. Anderson sudah bisa menebak dengan kedatangan anak pertama nya itu.

"Tidak bisakah Daddy berhenti ikut campur urusan ku? Apa lagi berusaha menjodohkan ku dengan Alice!" ujarnya sambil mendaratkan tubuhnya di samping Allena adik nya. 

"Sudah saatnya kau berkeluarga. Lagian Alice tidak terlalu buruk untuk menjadi menantu di keluarga Egalia ini." sahut Andreson.

"Alice? ...tidak Allena tidak setuju!" kali ini Allena membuka suaranya. 

Sean tertawa garing, pria itu tahu betul selera adiknya. Allena lebih suka jika kakak nya berhubungan dengan gadis baik dan lemah lembut juga keibuan.

"Dia sederajat dengan keluarga kita. Daddy ingin yang terbaik untuk mu." 

"Yang terbaik untuk Daddy belum tentu terbaik untuk kami anak-anak Daddy." sahut Sean kemudian pria itu pergi tanpa pamit. 

Andreson melepaskan kacamata nya, ia membuang nafas kasar. Sifat Keras kepala yang di miliki Sean berasal dari dirinya. Sean kembali ke mansion nya pukul sebelas malam, pria itu sangat lelah dan akhirnya memutuskan untuk tidur.

"Hei...kau....!" panggil Sean membuat Aurora yang sedang mengepel terkejut. "Ganti pakaian mu dan ikut aku!" perintah nya kembali. 

Aurora tak menjawab, gadis itu hanya mengangguk. Setelah berganti pakaian Sean mengajak gadis itu pergi . Sejak dua bulan yang lalu, ini adalah kali pertama Aurora menghirup udara segar. 

Sepanjang perjalanan Aurora terus memandang ke luar jendela, tak ada pembicaraan karena gadis itu sangat takut untuk mengeluarkan suara.Sean membawa Aurora pergi ke perusahaan nya, dan sesampainya di sana Sean bingung ingin berbuat apa. 

"Untuk apa kau membawa nya kemari?" tanya Julian setengah berbisik.

"Tidak tahu!" jawab Sean singkat.

"Kita pergi jalan-jalan saja. Kau sudah terlalu lama mengurung gadis itu. Sesekali biarkan dia menghirup udara segar." Julian memberi ide dan langsung di iyakan oleh Sean. 

Menyesal Sean, Julian mengajak nya pergi pusat perbelanjaan terbesar yang ada di kota itu. Bahkan tanpa memiliki rasa takut, Julian menggandeng tangan Aurora ke sana ke mari. Tawa dan senyum Aurora nampak jelas ketika ia dan Julian memainkan salah satu wahana permainan. Sedangkan Sean hanya jadi penonton. 

Ini adalah kali pertama Sean melihat wajah berseri dari Aurora, bbiasanya lelaki itu hanya melihat air mata saja.Entahlah, ada rasa tidak suka ketika melihat Aurora tertawa dengan pria lain.

"Aku lapar!" ucap pria itu menghentikan aktifitas Julian dan Aurora.

"Aku akan mengajak mu makan enak. Pasti selama ini Sean tidak memberi mu makan enak. Lihat badan mu, kurus!" ujar Julian dengan berani nya. Lelaki itu lalu menarik tangan Aurora menuju salah satu restoran cepat saji.

Aurora mana tahu makanan seperti itu, ia hanya gadis kampung yang tidak tahu apa-apa. Tak ada perkataan yang keluar kecuali Julian mengajak nya berbicara. Sesekali Sean melirik ke arah gadis yang duduk di depan nya itu.

"Sejak kapan seorang Sean makan dan duduk bersama seorang gadis kampungan seperti ini?" tanya suara yang sangat di kenali oleh Sean dan Julian.

"Mau apa kau?" tanya Sean dingin.

"Kau menolak makan malam bersama ku dan malah pergi dengan mereka!" cibir Alice tidak suka. 

"Dasar, wanita aneh!" umpat Julian.

Tiba-tiba, Alice menyiram kepala Aurora dengan minuman milik Sean. Gadis itu hanya tertunduk diam sambil merasakan dingin nya guyuran minuman itu. 

"Apa yang kau lakukan? Dasar gila!" Julian berteriak tidak terima.

"Aku tidak suka melihat dia!" tunjuk Alice tepat di wajah Aurora. Julian bergegas mengusap wajah Aurora menggunakan tisu. 

Sean yang geram malah membalas perbuatan Alice dengan menyiram wajah Alice dengan minuman milik Aurora. "Impas bukan!" ucap nya dengan tawa di hiasi sorot tahan. Sean menarik tangan Aurora dan mengajaknya pergi ke toko pakaian. Pria itu mengambil asal satu set pakaian dan menyuruh Rora untuk mengganti nya.

Ingin rasa nya Aurora marah, namun apa daya? Ia sangat takut pada Sean. Sedangkan Alice terus mengumpat perbuatan Sean bahkan langsung melaporkan kejadian tersebut pada Daddynya.

"Kita Pulang!" ujar Sean ketika melihat Aurora sudah keluar dari ruang ganti.Pria itu menarik tangan Aurora dan meninggalkan Julian begitu saja. 

"Lalu, bagaimana dengan aku?" tanya Julian setengah berteriak.

"Gunakan otak mu. Pulang sendiri...!" sahut Sean membuat Julian kesal.

Namun, ketika di parkiran Aurora tiba-tiba bersembunyi di belakang tubuh Sean. Gadis itu ketakutan, bahkan tangan nya erat mencengkam jas milik Sean. "Kau kenapa?" tanya Sean bingung. Namun Aurora tak menjawab. 

Seketika Sean paham saat ia melihat ayah kandung Aurora yang berjalan bergandengan dengan seorang wanita yang biasa di panggil Mamy itu. Sean membiarkan dua orang itu pergi terlebih dahulu baru lah ia dan Aurora masuk ke dalam mobil.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status