"Cepat katakan pada ku, Jhon. Apa tujuan mu yang ingin menghabisi keluarga ku?" Sekali lagi Andreson bertanya pada Jhon yang sampai saat ini masih tidak mau membuka suara. "Papi,.....!!" Lirih Alice memalingkan wajahnya saat melihat tuan Andreson menginjak bekas luka tempak di kaki Jhon. Cuiiiiih............Jhon yang tidak memiliki rasa takut meludahi sepatu milik Andreson. Anderson menoleh ke atas bawah, pria ini merasa jijik lalu mengusapkan sepatunya ke arah wajah Jhon. Emosi Andreson telah memuncak, pria paruh baya ini dengan bringas menembaki tubuh Jhon. Dor.....Dor.....Dor.....Dor......Empat peluru bersarang tepat di dada Jhon, Alice yang melihat hal tersebut tentu saja histeris. Jhon di tembak mati tepat di depan mata anaknya. "Papi,....papi......papi.....!!" Alice berteriak histeris, ingin rasanya wanita ini menghampiri tubuh Jhon tapi apa daya ia sendiri di kurung di kurungan yang berbeda. "Kedua anak ku telah merasakan kehilangan salah satu orang tua. Bagaimana A
"Tidak bisakah kau bekerja dengan sangat rapi? Kenapa kau selalu merusak barang di mansion ini?" berang suara berat dan menyeramkan menembus dinding telinga Aurora. Gadis itu nampak ketakutan, hanya bisa menunduk menahan air matanya. "Maaf...!" lirih gadis itu membuat amarah Sean semakin memuncak. Sean menarik kasar rambut panjang yang di biarkan tergerai itu. "Sekali lagi kau merusak barang yang ada di rumah ini, aku tidak akan segan merusak tubuh mu!" ancam Sean penuh penekanan. Dengan sangat kasar Sean mendorong Aurora hingga gadis itu terjungkal menghantam lantai dingin. Sejak dua bulan yang lalu, kehidupan Aurora berubah drastis ketika ayah kandungnya sendiri tega menjual dirinya kepada seorang pria pemilik salah satu club malam yang ada di negara S. Kecanduan judi membuat Frans tega menjual anaknya sendiri. Aurora tidak bisa kabur, hak milik dirinya sudah sepenuhnya berada di tangan Sean dan laki-laki itu berhak atas dirinya sekarang. Mengusap air matanya kasar, Aurora mencob
Sean memasuki mansion nya, pria itu menilik keadaan Aurora yang masih terbaring lemas di atas tempat tidur. Gadis itu masih terlelap, padahal ini sudah sangat sore."Dia baru saja saya suruh untuk istirahat tuan. Rora kembali menimba air di kolam renang." ujar Smith memberitahu."Jangan sampai dia mati, kalian yang harus menanggung akibatnya!" ancam Sean membuat paman Smith mengeryitkan kening nya dalam.Sean kemudian berlalu begitu saja, masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Lelaki itu mengasah kemampuan menembaknya, namun pikiran nya di hantui dengan permintaan Daddy nya tadi siang."Sialan...!" umpat Sean lalu pria itu memilih pergi ke kamar untuk mandi. malam ini Sean harus pergi malam malam yang sudah di rencanakan oleh Andreson.Lelaki itu menekan wajah dinginnya ketika memasuki restoran mewah, Bahkan restoran tersebut adalah salah satu milik keluarga Egalia. Wanita cant
"Apa kau mengenal perempuan yang bersama ayah mu itu?" tanya Sean yang sebenarnya ia sendiri sudah tahu siapa wanita yang bergandengan tangan bersama Frans."Di...a...dia...dia adalah alasan di balik ibu ku meninggal." jawab Aurora gugup. Hati nya kembali perih ketika mengingat bagaimana ibu nya meninggal.Sean tahu betul, bagaimana rasa nya kehilangan seorang ibu. Perjalanan pulang ke mansion cukup jauh, Aurora tak banyak bicara, sejak Sean mengajaknya pulang seketika senyum dan tawa nya menjadi hilang dalam sekejap.Sesampainya di mansion, gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar nya. Begitu juga dengan Sean, lelaki itu masih terngiang bagaimana ia harus kehilangan ibu nya dulu."Aku bersumpah,..." ucap Sean dengan sorot mata tajam "Aku bersumpah akan mencari siapa dalang dari kecelakaan kapal itu? Dia harus membayar mahal akibat dari rasa kehilangan aku dan adik ku!" timpal Sean bertekad.
Bulan telah berganti bulan, Aurora sudah belajar banyak hal tentang ilmu bela diri. Bahkan gadis itu belajar bagaimana cara menembak dan memanah. Keinginan nya untuk keluar dari mansion ini sudah tipis. Aurora hanya berpikir jika ia keluar akan kemana dirinya pulang. Ayah? tidak,jika ayah nya tahu dia bebas sudah pasti Aurora akan di jual kembali.Sean juga memberi nya guru untuk belajar beberapa bahasa luar. Aurora sangat pintar, tak butuh waktu lama untuk mengajari gadis itu. Sean sangat kagum pada kepintaran gadis itu.Ada satu hal yang membuat Sean jengah, Julian dan Aurora sangat akrab bahkan Aurora bisa tertawa lepas dengan Julian. Sedangkan dengan Sean, hanya ada rasa canggung ketika mereka sedang berdua."Tidak bisakah kau pergi ke kantor? hampir setiap hari kau datang ke mansion ku!" ucap Sean kesal. Meski Sean sedang menekuk wajah nya, namun lelaki itu tetap terlihat sangat tampan."Kau mengusir ku?" dengan enteng nya Julian bertan
Sean mengajak Aurora bicara hanya empat mata tanpa siapa pun yang boleh masuk ke ruang kerja nya. Aurora hanya diam karena gadis itu takut untuk bertanya. Tiba-tiba, Sean menyodorkan selembar kertas kepada Aurora."Apa ini?" tanya gadis itu bingung dan tidak berniat untuk mengambil nya."Jika kau menandatangani ini,maka kau akan bebas!" seru Sean membuat Aurora semakin bingung maksud dari lelaki itu. "Baca lah...!" perintahnya, dengan perasaan takut Aurora mengambil kertas tersebut lalu membacanya inci demi inci tulisan yang di ketik komputer itu."Apa ini? apa maksud dari semua nya? aku harus menikah dengan mu?" rentetan pertanyaan itu keluar dari mulut gadis yang masih bingung dengan isi penjelasan dalam kertas itu."Ya, setuju atau tidak setuju,kau akan tetap menikah dengan ku selama satu tahun. Jika kau berhasil bertahan dalam satu tahun dengan waktu aku yang tentukan, kau boleh pergi dari sini." Sean mencoba menjelaskan maksudnya.
Saat ini, Andreson sedang memandang Aurora dari ujung kaki hingga kepala, sorot mata nya tajam seakan mengintimidasi gadis yang sedang menundukkan kepala itu. Sedangkan Allena, gadis itu sangat senang ketika melihat kedatangan kakak nya dan juga calon ipar nya.Aurora lebih tua satu tahun dari Allena, namun sikap manja Allena membuat dia terkesan seperti anak-anak sekolah menengah atas. Namun, Sean belum membuka suara untuk memperkenalkan Aurora pada Andreson."Siapa nama nya?" suara berat khas Andreson tertuju pada Sean."Kenalkan diri mu...!" perintah Sean pada gadis yang sejak tadi berkeringat panas dingin itu."Perkenalkan, nama saya Aurora..." tenggorokan Aurora seakan cekat menahan ketakutan."Hai kak Rora, nama ku Allena." sapa Allena dengan senyum yang terus menghias di wajah nya."Hai....Allena," sapa balik Aurora dengan senyum manis nya."Kami akan menikah besok...!" kali ini Sean memb
"Kenapa uncle malah mengizinkan perempuan itu menikah dengan Sean?" Alice bertanya dengan nada tingggi, emosi gadis itu sudah menjulang di atas kepala nya."Turunkan sedikit nada bicara mu!" tegur Andreson memandang tidak suka dengan ketidaksopanan Alice.Alice mengerutkan kening nya, gadis itu sejenak terdiam sambil mencerna perkataan Andreson. "Uncle membela nya?" Alice bertanya dengan suara datarnya.Awalnya Andreson tidak menyetujui pernikahan Sean dan Aurora, namun ketika Andreson melihat jauh lebih dalam ke dua bola mata Aurora, ada sesuatu yang harus dirinya pikirkan. "Menikah dengan siapa pun, itu hak Sean. Aku tidak bisa melarang nya." gumam Andreson kemudian beranjak pergi meninggalkan Alice yang sudah menahan emosi nya sejak tadi.Gadis itu mengepalkan ke dua tangannya, mata nya memerah tidak terima atas penghina yang telah di berikan Sean. "Aku harus menyingkirkan perempuan!" ucap Alice dengan menggerakkan gigi nya. Alice kem