Beranda / Romansa / Autophile / Senja Bersajak

Share

Autophile
Autophile
Penulis: Ar Ruzain

Senja Bersajak

Penulis: Ar Ruzain
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-14 21:45:51

Goresanku kali ini bersajak tentang senja

Mengisahkan tentang bola bundar bercahaya yang mulai turun ke garis cakrawala

Mengisahkan tentang sebuah kepergian dengan pesona indahnya

Meninggalkan sebuah kesan bagi pengagumnya

Teriknya membawa nuansa sepenggal kisah klasik yang tertinggal kala itu

Senja pergi secara perlahan seakan tahu,

Bagaimana sebuah kepergian agar tidak meninggalkan luka

Di sini, aku bergelut dengan setangkai pena dan secarik kertas usang tiada makna

Mengguratkan sepotong picisan tentang sebuah romansa

Dalam segenggam senja yang bergurat jingga.

Aku tengah duduk, menikmati sebuah kepergian yang begitu indah di pelantaran senja yang bergurat jingga. Aku sangat menikmati keanggunan senja yang setiap melihatnya ada kedamaian yang aku rasakan. Aku sudah terbiasa di sini, menyendiri menikmati angin yang membelai lembut hijabku, di tepi pantai yang menyuguhkan senja di depan mata. Aku suka menghabiskan waktu senja ku di sini, sembari merangkai beberapa kata yang mewakili isi hati menjadi sebuah untaian  puisi. Terlalu sering, hampir setiap hari jika cuaca mendukung. Ah, begitu menenangkan bukan? Hari ini aku mengenakan baju gamis kesayanganku, berwarna hijau army tua dengan hijab senada berwarna hijau muda. Cerah memang, secerah hatiku di senja ini.

Betapa aku mengagumi ciptaan-Mu, Tuhan. Jika dunia saja sudah seindah ini, lalu bagaimana dengan syurga-Mu? Sungguh tak bisa aku bayangkan. Tapi pantaskah aku menginjakkan kaki di syurga-Mu? Sedangkan aku tidak merasa pantas untuk itu, meski hanya mencium baunya saja. Tapi juga tak mampu menahan pedihnya siksa neraka. Yaa Muqallibal quluub, tsabbit qalbi ala diinik.

Kata penuh tanya itu tertera di atas kertas yang sedari tadi aku pegang. Tanpa sadar, ada bulir-bulir bening jatuh membasahi pipiku. Terasa ada yang baru saja menyayat hatiku. Begitu pilu. Mengingat diriku yang masih belum baik. Aku ingin istiqomah dalam berbenah diri. Bantu aku Yaa Rabb, bantu aku. “Yaa Muqallibal Quluub. Tsabbit Qalbi ‘alaa Diniik”  begitu doa yang selalu aku ucapkan.

Setelah beberapa lama aku merenung di ujung senja ini, aku merasa sangat lemas, seakan ada yang telah menguras habis tenagaku. Seakan aku tak mampu lagi untuk berjalan. Aku masih di sini, duduk di pelantaran senja. Sembari mengumpulkan kembali tenagaku yang nyaris habis karena mengeluarkan emosi beberapa waktu tadi.

Di ujung sana, terlihat sosok pria yang sedang mengambil potret senja yang terlihat megah. Dia mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan baju kaos putih di dalamnya. Tak lama, dia menoleh ke arahku, sembari melemparkan sebuah senyum simpul miliknya. "Begitu manis," pikirku.

Astaghfirullah, aku ini kenapa. seketika aku langsung memalingkan wajahku ke arah ombak yang saat ini kurasa tengah menertawakanku.

Lalu aku kembali fokus ke depan, mengagumi indahnya kemilau senja yang hendak pergi. Begitu megah, dengan warna jingga yang menyilaukan, lembayung senja terlihat begitu mempesona. Menarik perhatian setiap orang yang melihatnya. Aku sangat menikmati momen-momen ini hampir setiap hari. Sebab hanya di sinilah aku menemukan tempat untuk melepas segala gundah dan melepas penat dari permainan dunia. Hingga akhirnya senja pun benar-benar pergi dan digantikan oleh malam yang legam. Pekat penuh rahasia, tak terbaca oleh sepercik pelita malam. Lalu apalah dayaku, hanya setitik cahaya ranum yang tersembunyi di sudut kota.

Aku kembali menjajaki trotoar yang lampu-lampunya mulai menyala. Menyusuri sepanjang jalan yang macet oleh kendaraan. Ah, tidak diherankan lagi. Malam ini adalah malam minggu, malamnya para anak muda untuk keluar, bercengkrama dengan teman sebaya, atau dengan lawan jenis yang mereka panggil seorang kekasih. Entahlah, akupun tidak tau bagaimana rasanya.

Hahah, rasanya ingin sesekali aku menertawakan diriku. Entahlah, aku merasa menjadi seseorang yang beda dengan remaja lainnya. Entah aku harus merutuki diri ataukah ini adalah sebuah anugerah yang Tuhan beri, hingga aku mampu bersabar hingga suatu hari nanti dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar tepat, di waktu yang tepat dan yang terbaik sesuai pilihan-Nya.

Aku akan sabar menunggu hingga waktu itu tiba, Ya Rabb. Aku percaya Engkau telah menyiapkan rencana terbaik untukku.

Segala tanya yang berkecamuk dalam pikirku, seakan telah sampai pada titik semu. Bertanya sendiri dalam hati, hingga logika menjawab sendiri semuanya. Ah, tak asing lagi. Selalu begitu, ini lah aku.

Tanpa aku sadari, langkahku kini telah sampai di depan kost. Sebuah tempat pulang yang memberikan kenyamanan untukku dalam menapaki kisah klasik ini. Seribu kisah tentang aku dan dilemaku, disaksikan olehnya, rumah keduaku.

... (bersambung)

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Autophile   Cinta Sejati Takkan Pernah Mati

    Kau tahu apa itu cinta sejati? Bagaimana kamu mengartikan cinta sejati? Bagiku, cinta adalah sebuah benih abadi Yang takkan hilang disapu badai Takkan gugur diterpa hujan Takkan layu di tengah kemarau panjang Takkan pudar ditelan masa Takkan lekang oleh waktu Takkan mati walau dibunuh Sebab ia adalah abadi Datangnya dari sang Ilahi Sang Pemilik Cinta Sejati Tiga bulan berlalu, aku masih di sini menemani hari-harinya. Senyumnya telah kembali. Meski bukan sebagai dia yang dulu. Namun sebagai seorang yang baru. Seseorang yang lain, yang baru saja mengenalku, lagi. Entah bagaimana waktu mengatur segalanya. Semua seakan seperti sebuah perencanaan yang matang. Seseorang yang dulu sempat meminangku, namun hilang dan lupa akan segalanya. Namun kini, hadir sebagai sosok baru yang kembali memuatku jatuh pada pengharapan yang sama. Lalu apa lagi yang akan terjadi setelah ini? Bagiku, yang berlalu biarlah berlalu. Melihat bang Fajar sudah sembuh saja, itu sudah lebih baik bagiku. Te

  • Autophile   Bait-bait Semu

    Jejak kenang membias pada cahaya kerinduanMeratap tajam pada senyap jalan suramPada dingin malam legamSajak-sajak indah yang dulu kini telah rapuhLekang oleh waktu, berakhir semuPada sang rembulan yang enggan menyapaAku titipkan secuil rindu pada ia yang terpujaSampaikan sebait harap yang masih tertata indahDalam doa-doa penuh harap pada Sang KuasaAku di sini, di bawah temaram bulanMasih meratap sendu pada rinduMenerawang angan dalam bayangMeski pada langkah yang tertatihAku masih di sini berteman dengan sepiDengan rasa yang masih tertata rapiTeruntuk dia yang terkasihAku tau semua percuma Sebab raga dan bayangmu sekarang hanyalah semuTanpa ada kata temu Hariku kembali seperti semula, seperti ketika aku belum mengenal sosok bang Fajar. Rutinitasku terus berlanjut, begitupun dengan bang Fajar. Aku kembali memfokuskan diri pada kuliahku yang terbengkalai. Semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu, kemalangan yang menimpa banga Fajar, jujur saja aku sangat tidak fokus

  • Autophile   Aku Ikhlas

    Tentang bagaimana akhirnya nantiAku hanya dapat belajar ikhlasDari apa-apa yang mungkin memang bukan untukkuAku akan belajar bersabarDari apa-apa yang aku inginkanAku hanya bisa berharapSemoga kelak akan ada jalanSebuah jalan yang indahYang akan datang di waktu yang tepatAku percayaSemua adalah skenario terbaik-Nya. Sudah seminggu berlalu, setelah Bang Fajar siuman dari masa kritisnya. Keadaannya sudah mulai pulih sekarang. Meskipun ingatannya belum dapat kembali seperti dulu, sebagaimana dia mengenal baik orang tuanya, adiknya, dan aku sebagai tunangannya yang hampir saja menjadi kekasih halalnya. Hari ini Bang Fajar sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Dengan mobil yang disetir oleh Ayahnya, kami pulang menuju rumahnya Bang Fajar. Aku, Adik dan Ibunya bang Fajar, duduk di belakang. Sedangkan bang Fajar duduk di depan.Aku bersyukur, setidaknya abang Fajar baik-baik saja sekarang. Meskipun hatiku kini tak bisa dijelaskan, entah harus bahagia, ataukah kecewa sebab tak dapa

  • Autophile   Ada yang Hilang

    Hari-hari berlalu tanpa senyummuAku kalut karena hilangmuAku hampa tanpa hadirmuKenapa kau hadir dan menawarkan hatiJika akhirnya kau menghilang tanpa mengabariAku melihat jasadmuTapi tidak dengan sapamuAku melihat jasadmuTapi tidak dengan senyum simpulmuAku rindu Seminggu berlalu, namun belum ada perubahan pada Bang Fajar. Belum ada tanda-tanda bahwa ia akan membuka mata, lalu menyapaku dengan nyata. Senyum itu terlihat begitu pucat. Kali ini aku benar-benar cemas akan kehilanganmu, Bang. Dan aku belum siap untuk itu. Meski kamu belumlah menjadi sosok pendamping halalku, namun di hatimu kali pertama aku terjatuh, Bang. Di matamu kali pertama aku berani menjatuhkan rasa. Dan aku belum siap mengubur rasa ini. Rasa yang baru saja tumbuh subur. Yaa Rabb, aku benar-benar berharap keajaiban dari-Mu Yaa Rabb. Izinkan dia kembali menjalankan hidupnya Yaa Rabb, izinkanlah aku tetap terjatuh di hatinya. Aku akan menjaganya semampuku Yaa Rabb. Aku tak akan berharap banyak Ya Rabb, a

  • Autophile   Jangan Uji Aku Melebihi Batas mampuku, Yaa Rabb.

    Aku yang bersimpuhMemohon ampun-Mu yaa RabbAmpuni segala dosaku atas segala pengharapan iniMungkin ini teguran-MuAtas pengharapan yang tinggi kepada makhluk-MuMembuat-Mu cemburu yaa RabbAmpuni akuJika ini ujian-MuMaka aku ikhlasMaka aku akan bersabarAku percaya bahwa yang terbaik menurut-MuAkan datang di waktu yang tepat kelakJika bukan dia, mungkin seseorang yang lainYang cintanya kepada makhlukTidak mengalahkan cintanya kepada-Mu “Drrrrrrrttttt drrrrttt drrrrtttt”Terdengar suara alarm yang sebelumnya aku setel sudah menunjukkan pukul 03.00 WIB. Aku segera bangun dan mengambil wudhu untuk menunaikan sholat tahajud. “assalamualaikum warohmatullah”.“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih”“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih"“astaghfirullahal adzim alladzi laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaih" “subhanallah wabihamdih”“subhanallah wabihamdih"“subhanallah wabihamdih" “la

  • Autophile   Senyummu

    Aku pengagum senjaDari senja aku belajar tentang sebuah kepergian yang selalu meninggalkan kesan indahBegitu indah, hingga aku terpesonaRona jingga yang membuatku terpaku takjubBegitu damai, hingga buatku canduNamun kini,Ku temukan sebuah keindahan baru yang jauh lebih indahTak kalah indah dengan senjaSenyummuSama seperti senjaHadirnya membuat semesta takjubNamun menghilangnya mengundang gelapSama seperti senjaMenghilang dan mendatangkan malamSemoga senjaku dan senyummu takkan pudarMeski kadang badai berkecamuk menghantam tapianmuIzinkan kurawat lengkungan indah ituMerekahlah dengan indah, senja baruku pada senyummu.Tak terasa sudah tiga hari berlalu. Sejak malam itu aku dikejutkan dengan sebuah pengakuan yang membuatku merasa istimewa, dicintai oleh pangeran yang aku damba.Aku merasa seperti sedang bermimpi sangat indah. Hingga aku tak mau untuk bangun dan menghadapi kenyataan yang kadang bertolak belakang dengan mimpiku. Siapapun, tolong jangan bangunkan aku dari m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status