Share

Terlanjur Candu

Kau tahu apa yang aku rindukan pagi ini?

Seuntai kisah tentang senyum simpulmu

Pesonanya membuatku candu

Menjadikan debar seakan tak sabar tuk menikmati lagi indah senyummu

Tak peduli bagaimana dengan kamu

Sebab aku tak perlu izinmu

Bagiku, senyummu bagaikan hujan

Yang datang di tengah kemarau panjang

Yang dengan seketika

Mampu merubah mood-ku yang berantakan

Entah bagaimana waktu mengatur semua ini. Hingga sebuah rasa yang tak dikenal mampu membuatku candu. Entahlah, bahkan aku sendiri tak mengenal siapa dia. Namun tiba-tiba semesta menghadirkan sosok dia tuk menguasai samudera hatiku. Siapa dia? Ah semua terlihat begitu rumit. Lalu apa yang mampu aku perbuat sekarang? Menemui dia? ah, tidak mungkin, jangan bercanda.

Sedari tadi pagi, aku masih saja terus kepikiran tentang hal kemaren. Sudahlah, hentikan semua ini. Apa gunanya aku memikirkan seseorang yang bahkan tak ku kenal sama sekali. Aku memutuskan untuk melaksanakan sholat dhuha sebelum berangkat ke kampus. Jam sudah menunjukkan pukul 09:50 WIB. Beberapa menit lagi waktunya masuk jam kedua kuliah hari ini. Akupun bergegas menuju kampus, yang tidak terlalu jauh dari kost-an ku. Ternyata tak hanya aku yang terburu-buru hari ini. Nyatanya saja ada seseorang yang menabrakku karena terburu-buku.

“Bruuukkkk,” buku yang sedari tadi aku pegang terjatuh.

“Ehh, maaf saya tidak sengaja. Saya sedang buru-buru. Kamu tidak apa-apa kan?” ucap sosok yang tadi menabrakku.

“Iya tidak apa-apa. Lain kali hati-hati, Bang,” ucapku sembari mengutip buku yang berceceran di jalan.

“Sini saya bantu,” ucapnya sembari menolongku mengutip buku.

“Ehh gak usah, Bang. Sudah kok,” ucapku dan spontan melihat ke arah wajahnya. Begitu kaget dan berdebarnya aku, saat aku tau bahwa dialah sosok yang membuat tidurku tidak nyenyak semalam. Dialah sosok yang menghantui pikiranku sejak kemaren.

“Benar tidak ada yang terluka kan? Kalau begitu saya pamit duluan yaa. Soalnya udah telat masuk kelas, assalamu'alaikum,” ucapnya terburu-buru lalu beranjak pergi.

“I iiya, tidak apa-apa, wa'alaikumussalam,” jawabku yang tiba-tiba gugup.

Yaa Tuhan, ada apa ini? Kenapa bisa begini? Apa ini hanya sekedar kebetulan? Ah sudahlah. Lebih baik aku segera menuju kelas.

Di dalam kelas, terlihat sudah banyak yang datang. Untunglah Dosen belum masuk, hingga aku masih bisa masuk dan mencari bangku yang masih kosong.

Seperti biasa, bangku paling depan selalu kosong. Seperti sudah sengaja dikosongkan untukku tiap kali ada kuliah. Hufft, aku tak habis pikir. Memangnya apa hal buruk yang terjadi jika duduk di depan? Aku sendiri bahkan lebih menyukai duduk di depan, sebab di belakang pasti akan sulit untuk fokus mengikuti perkuliahan.

Setengah jam berlalu, Dosen tak kunjung masuk.  Beberapa orang mahasiswa di kelas pun sudah ada yang memutuskan untuk pulang. Aku sendiri masih duduk di bangku depan, tepatnya sebelah jendela kaca.

Mataku tertuju ke sana, ke arah di mana terlihat sosok pria yang tengah berjalan. Ya,  dialah yang menabrakku tadi pagi.

Ribuan tanda tanya kembali datang menghampiri, hingga rasa penasaranku pun sudah meluap.

Lalu bagaimana aku bisa mencari tau tentang dia?

Ah, sudahlah. Lebih baik aku segera keluar, karena sepertinya Dosen memang tidak akan masuk hari ini.

Hari ini sang mentari bersinar terang, hingga terasa sangat panas. Tetes keringat mulai membasahi tubuhku. Aku berjalan menuju kost-an yang tepat berada di belakang kampus. Jam sudah menunjukkan pukul 12:50 WIB. Aku segera berwudhu dan menunaikan sholat Zuhur. Hari ini terasa melelahkan sebab musim kemarau yang panas, untung saja hari ini aku hanya ada satu mata kuliah. Hingga aku putuskan untuk tidur siang saja menjelang waktu Ashar.

Seperti biasa, aku selalu menghabiskan waktu senjaku di tepi pantai. Sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Sekedar menghilangkan penat dari kesibukan tugas kuliah dan dari permainan dunia yang melelahkan. 

Seperti sebuah kejutan. Atau bahkan seperti sesuatu yang direncanakan. Kenapa dia ada di sini?

... (bersambung)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status