Share

Bab 2 Perkenalan

Awalnya Terpaksa Akhirnya Terjerat

Bab 2 (Perkenalan)

Akhirnya kini Fira sedang merenung, dia tidak ingin jadi anak yang durhaka pada orang yang dia sayangi dan sudah membesarkannya sampai saat ini.

 Selama ini kedua orang tuanya tidak pernah meminta apa-apa padanya, sekarang dia hanya di minta menerima lamaran anak dari teman sang Papa, dengan berat hati, akhirnya Fira menyetujui permintaan orang tua nya.

Gadis itu berfikir mungkin adalah takdir yang memang harus dia jalani.

 Soal cinta atau tidaknya ia dengan Dino, entahlah karena belum pernah sekalipun dia bertemu dengan cowok yang akam dijodohkan dengannya, Fira jadi tidak peduli lagi, karena sampai saat ini bayangan wajah sang mantan masih mengisi relung hatinya.

"Mungkin memang takdirku seperti ini, semoga ini memang yang terbaik bagiku," bisik Fira pada dirinya sendiri untuk menata hatinya kembali.

Dengan mengenakan tunik warna mocca dan hijab pashmina warna senada, Fira terlihat sangat cantik. Gadis muda itu kini sedang sibuk mematut diri di depan cermin sambil mengoleskan make up tipis ke wajah cantiknya.

 Afira Alyssa Winata, gadis yang lahir dua puluh tiga tahun lalu itu termasuk gadis yang manis. Dengan tinggi seratus enam puluh sentimeter, dan badan yang langsing, dia termasuk gadis yang cantik meski bertubuh mungil. 

"Maaf Mas Bagus, Aku terpaksa melakukan ini semua, aku harus manut sama kedua orang tuaku, mungkin takdir kita memang harus begini," lirihnya dalam hati, berharap sang mantan kekasih mendengar jerit suara hatinya. Fira tersenyum pahit pada bayangan dirinya dalam cermin. 

Tak lama Kemudian, terdengar suara deru kendaraan yang berhenti di halaman rumahnya, membuyarkan lamunan gadis cantik itu.

"Assalamu'alaikum ... "  terdengar suara salam dari tamu yang berjumlah tiga orang itu didepan rumah Bapak Winata.

"waalaikumussalam ..." jawab orang dalam rumah semangat.

"Monggo silakan masuk Bapak, Ibu,Nak Dino silahkan," ucap Papa Fira semangat, mempersilahkan teman sekaligus calon besannya itu.

Bapak Rahman,Ibu Nurul dan juga  Dino melangkah masuk kerumah Fira, kemudian duduk di kursi ukiran kayu jati yang ditata rapi di ruang tamu keluarga Winata.

Sedangkan Sarah, yang sedari tadi sibuk memasukan kue kering kedalam toples, langsung melenggang pergi ke kamar  putri bungsunya, dengan senyum menawan yang tak pernah lepas dari bibir indahnya, Sarah menghampiri sang anak gadis satu-satunya itu, 

"Eheem ...!" dehem Sarah keras,

 " Yang mau ketemu sama calon suami cantik bener," ucap Sarah untuk menggoda sang anak.

"Mama apaan sih, ya udah aku mau ganti baju aja," seru Fira ketus karena tidak suka dengan ledekan dari Sarah. Karena masih kesal, Fira kemudian menjatuhkan bobot tubuhnya diatas ranjang,  kemudian gadis berjilbab itu memasang muka judes yang tidak sedap dipandang mata.

"Jangan dong Nduk, gini aja ya kamu udah cantik. Mama minta maaf, Mama janji nggak ngeledek kamu lagi," tutur Sarah menyesali ucapannya.

"Au ah Mama." masih cemberut membelakangi Mamanya.

"Kedepan yuk Nduk! temuin tamu kita, inget kamu harus jaga sikap, tampil yang anggun,sopan, jangan pecicilan kayak biasanya ya, malu sama calon mertua kamu," bujuk Sarah pada yang anak yang masih bermuka masam dan membelakanginya itu.

"Apaan sih Ma," gerutu Fira tak terima.

Dengan berat hati karena terpaksa, akhirnya Fira mengekori Mamanya berjalan menuju ruang tamu untuk bertemu keluarga calon suaminya. Berbeda dengan Sarah yang langsung berbicara basi-basi dengan sang tamu, Fira, gadis itu hanya bisa menunduk malu, ia seolah enggan melihat bagaimana wajah cowok yang akan dijodohkan  dengannya.

"Ini pasti yang namanya Fira ya," ucap wanita paruh baya yang mengenakan gamis berbahan brokat warna biru langit, menyapa lembut pada Fira,  mau tidak mau, gadis itu membalas dengan senyum semanis mungkin pada calon ibu mertuanya.

"Ayo Nak salim dulu!" ucap  Winata Papa Fira ramah pada putrinya.

Sesuai perintah dari papanya, Fira kemudian menghampiri Pak Rahman dan Bu Nurul, tak lupa pula Fira mengulurkan tangan untuk menyalami dan mencium punggung tangan mereka, sebagai tanda hormat.

Dino Kurniawan, pemuda dua puluh lima tahun yang dijodohkan dengan Fira mengulurkan tangannya lebih dahulu untuk disambut dengan tangan Fira. 

Jantung Fira berdesir ketika kedua netranya memandang pemuda tampan yang berada dihadapannya kini.

"Dino"

"Fira"

ucap keduanya nyaris bersamaan saat tangan mereka saling bertaut.

"Lumayan juga," batin Dino menatap Fira dari ujung kaki hingga ujung kepala, guna menilai cewek yang ada di hadapannya, dengan tatapan yang dingin dan memasang wajah sedatar mungkin.

"Cakep sih tapi ya ampun tuh muka datar banget bener-bener tanpa  ekspresi, lempeng amat ya kayak jalan tol," gumam Fira dalam hati.

"Eheeemm ..!"

Terdengar deheman dari Mama Fira yang membuyarkan lamunan keduanya yang masih bersalaman kemudian cepat-cepat melepaskannya.

Kedua keluarga kini sedang sibuk membahas rencana pertunangan Dino dan Fira. Sedangkan kedua anak yang akan dijodohkan itu hanya diam pasrah. Mungkin masing-masing sudah lelah untuk membangkang perintah orang-orang yang sudah merawatnya hingga sebesar sekarang.

Karena bosan Dino berinisiatif mengajak Fira pergi berjalan-jalan, setelah meminta ijin yang langsung disetujui oleh Winata, Dino kemudian pergi membawa Fira jalan menuju taman dekat komplek rumah Fira.

 Setelah turun dari motor sport milik Dino, Fira memilih duduk dibangku panjang ditengah taman. 

Tak lama setelah itu, Dino melangkah cepat menyusul Fira, setelah sebelumnya pergi membeli camilan dan minuman dingin untuk mereka berdua.

 "Kenapa Lo mau dijodohin sama Gue?" ucap Dino pada Fira, mengawali percakapan.

 "Apa karena gue tampan ya jadi lo mau sama gue"? tambah Dino bangga.

"Lo jadi cowok aneh banget tau gak, jelas-jelas kita  kan belom pernah ketemu, sok kecakepan banget lo jadi orang," seru Fira tak terima di tuduh pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.

"lagian nih ya mau lo cakep kek, jelek kek, gue bodo amat dan gak peduli, karena gue nerima lo itu  karena tarpaksa, inget itu," sambar Fira lagi, dengan penuh penekanan dengan kata 'terpaksa'. 

"Gue juga terpaksa kali nerima lo, kalau bukan karena Ibu dan Bapak, gue mah ogah sama elu dasar cewek aneh."

"Bilang aja lo gak laku jadi cowok makanya orang tua lo nyariin jodoh buat lo," ucap Fira sembari merebut camilan di tangan pemuda disebelahnya itu.

"Sembarangan aja lo bilang." Dino mulai membuka bungkus snak ditanganya dan memasukkan nya dalam mulutnya.

 "Lo dengerin baik-baik ya cewek aneh, kalau bukan Bapak yang maksa gua, ogah gue nerima cewek kayak lo. Udah belagu, body juga kecil kayak anak SD, jadi cewek kok gak ada seksi-seksinya," ucap Dino sambil memindai tubuh gadis didepannya.

"Heh,.. lo ngapain lihatin gue kayak gitu,' bentak Fira tangannya ia silangkan didepan dada, seolah takut diapa-apakan oleh Dino.

"Gak usah ditutupin juga,gua nggak doyan sama lo, dada kok  rata kayak gitu." 

 Lelah adu sindiran, makian dan umpatan, mereka berdua sama-sama terdiam. Mungkin tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Gue harap nanti didepan kedua orang tua kita, lo pura-pura nerima perjodohan ini ya!" lirih Dino pasrah, dengan suara melunak.

"Sebenarnya gue nerima perjodohan ini karena Ibu sakit, lbu gue bermasalah sama kesehatan jantungnya. Makanya gue terpaksa menerima ini semua. Mungkin dengan cara ini gue bisa ngebahagiain mereka yang sudah susah payah besarin gue sampai sebesar ini," tambah Dino lagi.

Fira tediam mencerna apa yang Dino katakan. Kemudian gadis cantik itu melirik wajah cowok bertubuh atletis yang bernama Dino, dari matanya dia benar-benar serius, wajahnya begitu tulus. 

"Jadi karena ibunya dia mau melakukan ini semua, dijodohkan dengan aku, orang yang belum pernah dia kenal,"  gumam Fira dalam hati

Tiba-tiba Dino menatap mata wajah gadis di sampingnya dengan intens.

Ditatap seperti itu  membuat jantung Fira tiba-tiba berdesir, ada sesuatu yang mendadak bertalu-talu di dalam sana.

"Gue mohon ...!! " pinta Dino lembut pada Fira.

"Ya gue usahain," jawab Fira pada akhirnya sambil mengalihkan pandangan matanya ke arah lain, karena takut terhipnotis dalam pesona seorang Dino yang tampan.

"Pulang yuk!" Fira beranjak dari duduknya.

"Kenapa ehm ...? Apa lo nggak betah berduaan sama cowok ganteng kayak gue," ucap Dino sambil menaik turunkan alis tebalnya yang menambah kesan tampan di wajahnya.

"Kumat lagi, sifatnya yang sok kepedean, apa dia lupa, kalau tadi mohon-mohon sama aku, sekarang nyebelin lagi dasar cowok aneh," batin Fira menjerit

"Ya udah ayok. Tapi lo jangan liatin gue kayak gitu serem tau," tambah Dino membuyarkan lamunan gadis di depannya.

"Orang gue cantik gini lo bilang serem dasar aneh."

"Tapi lo inget baik -baik ya pesen gue tadi. Lo harus bersikap manis didepan orang tua kita."

"Iya bawel gue ngerti" 

Akhirnya mereka berdua melangkah meninggalkan taman, meninggalkan bungkus camilan yang masih tersisa separuh di sana.

Sampai di atas motor Dino memberitahu wejangan untuk Fira dengan muka datarnya.

"Jangan lupa pegangan lo ya," kata Dino saat Fira mulai naik boncengan motornya.

"Udah gini aja gak usah pake pegangan." Sewot Fira yang tidak mau memeluk tubuh pria di depannya

"Ya udah kalau gitu" Dino berucap sambil melajukan motornya dengan kecepatan tinggi,Karena takut, reflek Fira pun memeluknya erat.

"Katanya nggak mau pegangan kok malah meluk gue, mau modus lo ya," olok Dino dengan senyum mengejek . 

"Lo bawa motornya jangan ngebut dong, gue  takut nih," ucap Fira sambil teriak karena bicara diatas motor Dino yang sedang melaju agar suaraku kedengeran cowok rese di depannya.

Sampai didepan rumah, mereka turun dari kuda besi itu, kemudian,saat hendak  berjalan masuk rumah, tiba-tiba saja Dino mengaitkan jemari pada Fira, sembari berkata,

"Biar lebih menyakinkan aktingnya, eh tunggu sebentar,siapa nama lo? Maaf gue lupa tadi," ucap Dino polos sambil menggaruk tengkuknya tanpa dosa.

"Memang dasar cowok rese, cakep-cakep kok pikun," balas Fira sambil melotot tajam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status