Home / Fantasi / Awas Kesetrum! / 9. Kejutan untuk Sekar

Share

9. Kejutan untuk Sekar

last update Huling Na-update: 2025-07-14 15:18:38

Sementara itu, Sekar duduk canggung di ruang kelas A, dikelilingi murid-murid elite yang rambutnya saja kelihatan lebih mahal dari hidupnya.

"Nama kamu siapa?" tanya Valerie, setengah senyum. "Sekar ya? Kamu... kok bisa masuk Kelas A?"

Sekar mengangkat tangan ragu. "Aku juga nggak tahu... tadi pagi kayaknya aku cuma nendang alat pengukur dan... eh, kebetulan langsung nyala 99."

Semua menoleh.

Valerie tersenyum manis. "Kebetulan yang sangat... luar biasa ya."

Reinaldo — entah sejak kapan dia muncul — sudah berdiri di jendela kelas A, teriak dari luar. "KARENA DIA IMUT, BEGO!"

Sekar menutup wajah dengan buku. Hari pertamanya... resmi absurd.

Beberapa jam setelah sesi penempatan, suasana di ruang Kelas A terasa seperti lounge hotel bintang lima. AC-nya adem, karpetnya tebal, bahkan colokan di dindingnya punya lampu indikator LED biru elegan.

Sekar duduk di pojok, berusaha mengecilkan eksistensinya di antara siswa-siswa dengan aura "Saya sudah ikut pelatihan sejak dalam kandungan." Ia bar
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Awas Kesetrum!   23. Jangan terlalu jauh dariku

    “Woiii! Kakak Ipar! Rambutmu masih rapi nggak tuh?”Suara cempreng khas Xiaohan memecah ketegangan lorong.Zhiya langsung refleks mendengus keras. “ASTAGA…” desisnya, wajahnya merah padam.Nathan berhenti melangkah, alisnya berkerut tipis. Murid-murid yang ngintip dari pintu kantin langsung cekikikan, beberapa malah merekam sambil menahan tawa.“Astaga, itu adiknya!”“Fix banget dong Kakak Ipar!”“UWOOOO, ketahuan quality time di lorong!”Zhiya mengepalkan tangan, listrik berdesis halus di ujung jarinya. “XIAOHAN!!”Tapi bocah itu malah lari kecil ke arah mereka, sambil mengunyah biskuit seolah tidak ada masalah. Ia berhenti tepat di samping Nathan, menatap ke atas dengan wajah polos, meski matanya jelas penuh usil.“Eh, Kakak Ipar, kamu harusnya hati-hati loh. Kalau rambutmu berdiri seminggu, jangan nyalahin Kak Zhiya yaaa.”KYAAAAA!! teriakan murid yang ngintip makin menggema.Zhiya menutup wajah dengan tangan. “Tutup mulutmu, bocah tengil!”Nathan tetap diam, hanya menatap Xiaohan

  • Awas Kesetrum!   22. Nath—Zhi

    “—tertarik,” sela Nathan, sangat perlahan.Zhiya berhenti bernapas. “Apa?”“Terhadap anomali,” tambahnya tenang, seolah membahas eksperimen lab. “Data tidak cocok. Ujian awal, nol. Hari ini, percikan. Saat itu, sensor tantangan aktif tanpa niat. Tiga hal, satu orang. Aku… mencoba menyusun persamaan.”Zhiya menahan tatapan. ‘Ia bukan menggoda. Ia menganalisis. Kenapa rasanya tetap… menohok?’Sorak-sorai kembali bergemuruh, semakin liar. Beberapa murid mulai meneriakkan gabungan nama mereka. “Nath—Zhi! Nath—Zhi!” Seseorang meniup peluit entah dari mana. Seseorang yang lain memutar efek confetti di holo.“Luar biasa,” gumam Zhiya datar. “Kita dijadikan festival.”“Kamu bisa menyalakannya,” ucap Nathan tiba-tiba.“Apa?”“Petirmu,” katanya, setengah menantang, setengah… penasaran. “Kamu bilang bisa membuat rambutku berdiri selama seminggu. Buktikan. Di sini.”“Gila?” Zhiya memelototnya. “Kamu mau seluruh kantin gosong?”“Jika kamu tidak bisa, mereka akan menganggapmu berbicara kosong. Jika

  • Awas Kesetrum!   21. Tertarik?

    Keheningan yang menyelimuti kantin terdengar bising di kepala Zhiya. Ratusan pasang mata memantul di permukaan meja, di punggung kursi, di lantai yang dipenuhi remah roti dan percikan jus, lalu kembali lagi ke dirinya. Napas para murid terdengar seperti dengung mesin, tidak jelas, tapi mengganggu. Listrik tipis berdesis di ujung jarinya setiap kali ia menahan dorongan untuk meledak.Ia bersedekap lebih kencang. ‘Kenapa Xiaohan harus nyeret Sekar pergi sekarang juga? Dasar bocah tengil!'Nathan berdiri tegap di hadapannya, bayangannya jatuh menutupi setengah meja. Seragamnya begitu rapi sampai kancingnya seperti sejajar dengan garis lantai. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi rahangnya, yang terkenal tidak pernah goyah, mengeras samar. Ada semacam kesunyian dingin yang selalu mengiringi Nathan, seperti AC rusak yang tetap memaksa ruangan dingin.Detik memanjang. Suara kursi berderit di kejauhan. Beberapa murid menahan tawa, beberapa yang lain menggigit sedotan. Selebihnya, menunggu.“Jadi…”

  • Awas Kesetrum!   20. Kekacauan bertambah

    Suasana kantin sudah seperti pasar malam. Murid-murid berdesakan, sebagian berdiri di kursi, sebagian lain sibuk merekam dengan kamera holografik. Semua mata terfokus pada Nathan dan Zhiya yang baru saja membuat satu akademi mendidih dengan percakapan singkat mereka.Zhiya masih duduk di kursinya, bersedekap, tatapannya dingin menusuk Nathan. Aura listrik tipis menjalar dari ujung jarinya, meski ia berusaha menahannya. Sekar di sampingnya tampak panik, tangannya meremas rok seakan ingin menghilang dari pandangan.Nathan berdiri tegap, wajahnya nyaris tanpa emosi, tapi rahangnya mengeras jelas. Kantin menahan napas. Satu detik, dua detik, waktu seperti melambat—“Wuih, rame banget ya di sini?”Suara cempreng tapi penuh kenakalan terdengar dari arah pintu.Semua kepala menoleh serentak.Di sana berdiri seorang bocah berusia tujuh tahun, rambut hitamnya acak-acakan, pipinya belepotan remah biskuit. Ia berjalan santai ke tengah kantin, mengunyah renyah, seolah seluruh ruangan bukan sedang

  • Awas Kesetrum!   19. Gosip

    Suasana kantin Akademi Superhuman Indo biasanya ramai, tapi pagi itu riuhnya terasa berbeda. Bukan sekadar suara sendok yang beradu dengan piring, melainkan gumaman dan bisikan berantai yang menyebar cepat, seperti api yang menjilat kertas kering. Meja-meja penuh dengan murid yang mencondongkan badan, saling berbisik dengan mata berbinar penuh gosip.“Eh, eh! Katanya semalam ada yang manggil Ketua OSIS dengan sebutan Kakak Ipar!?” seorang murid cewek menunduk ke arah temannya, suaranya penuh sensasi.“Apa?! Ketua OSIS Nathan? Jadi dia udah punya pacar?!” sahut temannya, terlalu kencang sampai tiga meja di sekitarnya langsung ikut menoleh.Desas-desus itu merambat dengan kecepatan kilat. Dalam hitungan detik, separuh kantin sudah membicarakan hal yang sama.Di meja tengah, Valerie duduk dengan anggun. Gadis berambut perak itu menyesap jus jeruknya dengan elegan, tapi matanya menyipit saat telinganya menangkap kata ‘pacar’ dan ‘Nathan’. Wajahnya tetap tersenyum, namun jemarinya mengetuk

  • Awas Kesetrum!   18. Blender rusak

    Lorong masih sepi. Nathan berdiri tegap di depan pintu kamar Zhiya, wibawa ketua OSIS terpancar jelas.“...Kamu potong rambut?” tanyanya datar.Zhiya menoleh setengah, ekspresi dingin. Lalu dengan nada penuh sinis ia menjawab, “Tanya sendiri sama pacar jadi-jadianmu itu!”BRAK!Ia membanting pintu kamar hingga membentur tembok, lalu melengos lewat sisi Nathan tanpa menatap lagi. Sekar buru-buru mengekor sambil membawa sisir, wajahnya antara panik dan berusaha menahan tawa.Nathan tetap berdiri tegap. Tapi kali ini alisnya sedikit berkerut.“…Pacar… jadi-jadian?” gumamnya bingung.Krak krak!Suara kunyah terdengar di sampingnya.Xiaohan, dengan santai duduk di lantai sambil ngemil biskuit, menatap Nathan dengan polos, tapi matanya penuh usil.“Wih, Kakak Ipar selingkuh?”Nathan langsung menoleh cepat, tatapannya tajam.“…Apa?”Xiaohan menggoyang-goyangkan biskuitnya seperti mikrofon. “Pacar asli satu, pacar jadi-jadian satu. Wah, wah… Ketua OSIS ternyata punya life skill ganda juga ya~

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status