Share

Brownies Choco Lava

"Oke boy ... ayo ikut Om ke dalam, lalu pilihlah kue kesukaan ibumu, dan simpanlah uang itu untuk jajanmu, ya,'' ucap Reksa mengusap pucuk kepala Gabriel, ada rasa yang tak biasa dalam hati Reksa ketika ia melakukan hal itu pada Gabriel.

Gabriel pun berbinar, ia sangat bahagia, namun sedetik kemudian senyum itu menyurut, ia kembali menunduk.

"Apa ada yang salah?" tanya Reksa ketika mendapati raut muka Gabriel berubah.

"Aku tidak bisa menerimanya secara gratisan, kata ibu, itu tidak baik."

"Ah, bagaimana kalau bayarnya pakai uang ini saja, lalu Om membayar kurangannya ... Om tidak keberatan kan?'' usul Gabriel penuh harap.

Reksa tersenyum lebar lalu meraih tubuh kecil Gabriel dan dibawa ke dalam gendongannya, mereka berdua pun masuk ke dalam dan mulai memilih kue yang di maksud oleh Gabriel.

Sejenak ia tertegun mendapati Gabriel memilih kue yang sama dengan yang ia beli tadi untuk dirinya dan Aneta.

Setelah memastikan kalau kue itu benar kue kesukaan Ibu Gabriel, Reksa lalu membayar kekurangan uang yang tadi sudah di serahkan pada kasir.

Gabriel yang sudah membawa sebungkus kue kesukaan Ibunya itu pun menuju pintu keluar restoran itu dengan bersenandung ria, dan dari belakang terlihat Reksa mengikutinya sambil tersenyum, begitu mudahnya membuat anak kecil itu bahagia, dengan menambah uang tiga ribu rupiah saja, Gabriel sudah bisa membawa pulang kue itu.

Jujur saja Reksa sangat kagum pada pemikiran anak kecil itu.

Gabriel tidak mau merepotkan orang lain demi tujuannya sendiri.

Dan dengan pintarnya ia mengajukan negosiasi supaya uang hasil jerih payahnya bisa digunakan.

***

Hari pertama Aneta bekerja di perusahaan itu berjalan lancar, walau tadi sempat diremehkan oleh pemimpin di divisi tersebut terkait penampilannya, tapi Aneta membuktikannya dengan hasil pekerjaan yang sempurna untuk karyawan baru seperti dirinya.

Satu persatu teman sekantornya sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Aneta, walaupun tetap masih ada salah satu dari mereka yang memandang rendah Aneta, namun ia mencoba untuk menulikan pendengarannya,karena yang terpenting baginya adalah kinerjanya.

"Aneta, kamu disuruh keruangan wakil CEO sekarang juga, katanya penting.'' Semua orang yang ada di divisi itu menatap Aneta dengan horor.

"Kamu melakukan kesalahan apa, sampai dipanggil langsung oleh wakil CEO?" tanya Sonya, si biang gosip yang ada di divisi tersebut.

Aneta tidak menghiraukan semua orang yang sekarang sedang saling berbisik membicarakan dirinya di depannya langsung, tapi ia lebih memikirkan tentang apa yang menjadi sebab dirinya dipanggil.

Padahal Aneta baru bekerja selama dua hari, tapi mengapa urusan sudah sampai ke wakil CEO segala?

Setelah mengetuk pintu dan menunggu suara seseorang mempersilahkan dirinya masuk ruangan, Aneta langsung membuka pintu, namun melihat siapa orang yang ada di dalam ruangan itu membuat ia tertegun dan seakan berat melangkahkan kaki masuk ke dalam.

"Selamat ulang tahun, Net.'' Reksa sejenak tertegun dengan ucapannya sendiri, hari ini adalah hari ulang tahun sahabat terbaiknya, dan ia kembali teringat akan bocah kecil yang ada di toko yang hari ulang tahun dan kue kesukaan yang sama dengan Aneta, namun ia segera mengenyahkan pikirannya itu dan kembali tersenyum untuk sahabat yang ada di depan matanya saat ini.

Dan Aneta hanya terpaku berdiam diri diambang pintu, padahal seseorang yang berada di ruangan itu sudah tersenyum lebar dan merentangkan kedua tangannya bersiap memeluk seperti yang biasa mereka lakukan dulu ketika masih duduk di bangku sekolah untuk mengekspresikan kebahagiaan masing-masing, karena memang seperti itulah dulu kedekatan mereka, sangat dekat namun tanpa ada status yang memperkuat posisi Aneta di kehidupan Reksa.

Karena mereka sebatas sahabat.

"Kau ini sangat lama.'' Tanpa sadar Reksa sudah ada di depan Aneta dan menarik tangannya masuk ke dalam ruangan wakil CEO, dan memeluk Aneta seperti dulu.

"Apa kau tidak terkejut aku berada disini sekarang, kenapa diam saja seperti itu ... ck ... itu bukanlah dirimu Net.'' Reksa berdecak karena menurutnya Aneta tidak lincah dan ekspresif seperti dulu.

Aneta memaksakan senyumnya, bukan ini yang ia inginkan, bukan bertemu Reksa lagi yang ia harapkan, luka yang mati-matian ia lupakan, kini bagai segar kembali ketika ia merasakan pelukan Reksa baru saja.

"Hei, kau kenapa?"

"Apa aku melukaimu?" tanya Reksa beruntun.

Sebenarnya Aneta ingin menjawab iya, sudah sangat menyakiti dirinya, namun ungkapan itu hanya bisa tersalurkan di dalam hatinya saja.

Aneta mencoba bersikap biasa saja, mencoba bersikap apa adanya seperti Aneta yang dahulu.

Ya, dengan meninju perut Reksa membuat Reksa yakin kalau Aneta masih sama seperti yang dulu.

Mereka sama-sama memperlihatkan senyuman termanis yang mereka punya tanpa tahu, salah satu dari hati mereka begitu sakit dengan pertemuan ini, apalagi Aneta pikir Reksa menjadi wakil CEO disini, posisi yang sangat kuat untuk membuatnya memiliki intensitas berjumpa lebih sering dengan lelaki itu.

"Ayo, duduklah bersamaku, aku membawa brownies lava kesukaan kita.'' Reksa menggiring Aneta duduk di sofa di ruangan itu.

"Tapi Sa, aku sedang bekerja, akan tidak baik jika CEO ataupun teman yang lainnya melihat kita bersantai disini.'' Aneta mencoba menolak, sedang Reksa membuka bungkus brownies yang di bawanya tadi lalu dimasukkan ke mulut Aneta supaya wanita itu berhenti berbicara.

"Aku akan bertanggung jawab,'' santai Reksa sambil menyuapkan sepotong brownies ke dalam mulutnya. 

Tiba-tiba saja pintu terbuka menampakkan seorang lelaki tampan dengan style yang bisa dibilang cukup santai dengan apa yang dikenakan Reksa saat ini.

"Ups ... maaf, aku tidak tahu.'' Dengan gaya yang bar bar dan sok keren, lelaki itu sengaja datang untuk mencari tahu seperti apa sahabat yang sangat di agung-agungkan oleh sepupu sekaligus atasannya itu.

"Cepat katakan, dan pergi dari sini."

"Santai man ... aku kesini untuk meminta tanda tanganmu.'' Jasson sengaja masuk ke dalam ruangan itu dan mengabaikan tatapan tajam dari lelaki yang sebenarnya berstatus CEO itu.

Aneta hanya memperhatikan interaksi keduanya dengan heran dan malu sekaligus, malu karena ia ketahuan bersantai di jam kerja, dan heran dengan sikap mereka yang seakan Reksa lah pemimpin di perusahaan itu, tapi lagi-lagi ia berpikir bahwa mungkin lelaki yang sekarang sedang mencuri pandang padanya itu hanya karyawan biasa seperti dirinya saat ini.

"Cepat pergi dari sini,'' pinta Reksa setelah menandatangani berkas yang dibawa Jasson dan dilemparkan ke dada pria itu kasar, bermaksud menghentikan pandangan Jasson yang sejak tadi tak hentinya memandangi wanita yang sedang duduk di sofa itu.

Jasson mendekatkan diri ke Reksa dan berbisik. "Cantik sih ... tapi penampilannya perlu di permak sedikit.''

Sontak perkataan itu membuat Reksa geram dan segera mendorong tubuh Jasson keluar ruangan itu.

Namun yang di dorong malah asyik melempar senyum pada Aneta, dan Aneta merasa sungkan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status